Hollaaaaa.....
Yaampun aku baru update lagi, maapkeun ya :D
Happy reading :*
Tok...tok...tok...
"Non, ada temennya dateng non." ucap Bi Inah dengan setengah berteriak.
"Siapa bi? Kalo Shintia, Jane atau Vina suruh naik aja bi." Gue bales bibi dengan teriak dari dalam kamar.
"Temennya non cowok." balas Bi Inah.
Dengan seketika gue membulatkan mata "ASTAGAAAAAA!!!!!! Gue kan mau kerja kelompok sama si kutu kupret." Gue pun langsung segera loncat dari tempat tidur sangking paniknya.
Gue langsung menyusuri anak tangga sampai ke bawah. Lantai rumah gue membawa sengatan dingin ketika kaki gue bersentuhan dengan lantai. Gue berlari kecil, sangking kecilnya kayak nggak lagi lari menuju keruang tamu buat nemuin si "kutu kupret".
Dan benar dugaan gue, Dhanu udah duduk di sofa ruang tamu gue. Dan dengan santainya dia bersender di sofa sambil tatapannya fokus pada layar ponselnya.
"Hoii." sapa gue.
"Eh Lia." Dhanu balas menyapa.
"Cepet banget lo datengnya?" ucap gue dengan halus. Actually, gue bingung mau ngomong apa.
"Lo lagi sibuk?" gue ngangguk. Karena Dhanu mengganggu novel-time gue.
"Apa gue ganggu?" Lagi-lagi gue ngangguk, dan bisa gue liat dengan jelas dari mukanya kalo dia itu cemas yang bikin jantung gue nggak karuan. Sial.
"Hehehe, bercanda kok. Yaudah gue ambil buku dulu ya." Gue berbalik arah buat ke kamar. Tapi belum sempat gue berdiri, tangan Dhanu langsung narik pergelangan tangan gue.
Deg
Deg
Deg
Astaga, kenapa gue dag-dig-dug?
Dengan susah payah, gue mengatur nafas dan perlahan balik badan kearahnya. Dhanu langsung menyingkirkan tangannya dari pergelangan tangan gue. Wajahnya langsung keliatan malu-malu meong dengan senyum manisnya yang menghiasi wajah tampannya itu. Dan gue SALTING. "Tunggu sebentar, jadi ternyata tampilan anak karate itu kayak gini ya dirumah?" tanya Dhanu dengan watadosnya.
Mata Dhanu ngeliat seluruh tubuh gue, mulai dari kepala lalu ke bawah lalu keatas lagi, dan terakhir matanya natap ke mata gue. Jantung gue seakan berhenti waktu mata coklatnya yang sendu itu natap ke dalam mata gue. Grogi dengan cepat menyusup di sela-sela napas gue. "M-maksud lo?"
"Sederhana." Dhanu memasukkan tangannya dikantong jaketnya.
Kening gue pun berkerut, "Sederhana?" dan refleks gue ngeliat baju apa yang gue pakai. "Maksud lo apa? Baju gue?"
Dhanu langsung mengangguk, tapi matanya nggak pernah lepas dari mata gue. "Ya iyalah."
Dan sekarang giliran mata gue yang ngeliat penampilan dia hari ini, simple sih. Dhanu hanya pake kaos polos putih dan ditutup dengan kemeja flanel kotak-kotak hijau hitam, celana jeans pendek selutut, dan jaket kulitnya. Semua itu membuat ketampanan Dhanu semakin bertambah-tambah. Ternyata bener kata Vina, kalo Dhanu yang notabenenya murid baru ini terkenal dengan ketampanannya.
Gue menghela napas sambil tersenyum saat nggak sengaja samar-samar gue denger, "Gue suka yang sederhana," bisik Dhanu.
Haiiii, makasih buat yang udah mau baca cerita aku.
Makasih juga buat yang udah vote dan comment, meskipun hanya boom vote. Tapi aku pengen kalian bener-bener baca cerita aku :(
Jangan jadi silent reader ya.
Makasih sekali lagi :*
YOU ARE READING
LONELY
Teen FictionBanyak orang mengira bahwa hidupku sempurna. Ya, memang dari luar aku kelihatan begitu sempurna dimata orang-orang. Tetapi, mereka tidak mengetahui betapa rapuhnya diriku yang sesungguhnya. Kekayaan, kepintaran, dan kecantikan memang ada pada diriku...