Haiiii, im back :D
Maaf slow update, gara-gara liburan hehe.
Btw, Selamat Natal ya buat temen-temen yang merayakan :)
Happy Readig guys, jangan lupa vote dulu sebelum baca! :*
Gue dan Dhanu pun berjalan ke uks, sepanjang koridor sekolah banyak yang melihat kearah kami berdua. Entah itu tatapan sinis, seneng (bakal jadi bahan gosip), dan tatapan kecewa. Beberapa diantaranya ada Shintia, Jane dan Vina.
"OMG, LIAAA!!!" teriak Shintia sambil lari kearah gue.
"Lo kenapaaaaa Li?" tanya Jane
"Lo nggak macem-macem sama Lia kan?" tuduh Vina ke Dhanu.
"Ya nggaklah, belom halal kali." jawab Dhanu santai.
Gue langsung menatap kearahnya, tapi yang ditatap malah cengengesan.
"Udah udah, gue mau ke uks." Gue langsung mengalihkan pembicaraan biar si Dhanu nggak ngomong macem-macem lagi.
"Sini gue bantuin." ucap Jane sambil mengambil lengan kanan gue dan nuntun ke uks bareng Dhanu.
****
Kring...Kring...Kring...
Bel yang berdentang tiga kali itu membuat seluruh siswa yang sedang melakukan aktivitas diluar kelas pun mulai memasuki kelas dengan wajah yang masam. Kali ini pelajaran favorit yang paling gue tunggu-tunggu. Pak Deni masuk sambil membawa setumpuk buku yang terlihat kumal dan lusuh. Bisa gue prediksi kalau buku-buku itu pasti berasal dari rak-rak buku lama yang sudah berdebu dan penuh usang di perpustakaan sekolah, lebih tepatnya di rak-rak barisan buku tua yang jarang ditemukan sidik jari menempel disana.
Namun, hal yang nggak gue kira adalah Pak Deni menyuruh kami untuk berkelompok dan lebih parahnya lagi, Pak Deni yang bentuk kelompoknya. Nama demi nama pun sudah dibentuk, termasuk ketiga temen gue.
"Dan kelompok terakhir, Callia dan Andhanu." ucap Pak Deni dengan lantang.
"Hah? Saya sama Dhanu pak?" protes gue.
"Iya, kamu sama Dhanu. Dan tugas kalian dikumpulkan minggu depan ya. Dan ingat, jangan telat kumpulin kalo nggak mau saya tambahkan tugasnya. Mengerti?" ucap Pak Deni dengan tegas.
"Mengerti Pakk." jawab temen-temen sekelas dengan serempak.
Pak Deni pun melanjutkan pembelajaran dari minggu lalu. Dhanu pun mengalihkan pandangannya ke depan sambil melipat tangan di depan dada. Saat ini, celotehan Pak Deni menggema seisi ruangan kelas, tapi hati gue yang nggak karuan membuat telinga gue kesulitan buat mendengar penjelasan Pak Deni.
Entah kenapa gue ngerasa deg-degan belakangan ini kalo deket sama Dhanu.
"Berarti gue kerumah lo terus dong?" ucap Dhanu ditelingaku dengan bisik-bisik sambil cengengesan.
Gue kaget dan langsung menatap sinis ke Dhanu "mau ngapain kerumah gue mulu? Hah?!"
"Lo nggak denger? Deadline kita seminggu. Kita harus selesain dalam tujuh hari," jawab Dhanu santai seraya menyisir rambutnya dengan jemari panjangnya yang membuat gue nggak bisa ngalihin pandangan gue dari dia.
Aihhhhh, ada apa sama gueee?
"Tentang apa tugasnya?" gue mencoba mengalihkan pandangan gue dari Dhanu.
"Revolusi Perancis."
"Hah? Serius?"
"Apa tampang gue kayak nggak serius?" kedua ujung bibirnya pun mencuat ke atas.
Gue natap mata Dhanu yang menatap gue juga. Jarak sedekat ini menyadari gue betapa indahnya bola mata coklat milik Dhanu itu. Setau gue, Dhanu orang Indonesia asli. Mamanya orang Sunda dan papanya orang Jawa. Secara fisik Dhanu memang bisa dikatakan sempurna, dengan badannya tinggi itu.
"Udah puas apa belom nih ngeliatin guenya?!" ucap Dhanu dengan senyum jahilnya.
Dan gue refleks langsung buang muka "Bukannya nggak serius. Gue cuman kaget aja."
"Yaudah deh, nanti pulang sekolah bareng ya kerumah lo." ucap Dhanu dengan senyum manisnya.
Dengan itu membuat jantung gue dag-dig-dug nggak karuan. Semoga dia nggak tau.
Cukup sekian dulu ya gaes!
Terimakasih atas partisipasinya yang sudah mau membaca hehe
Diusahakan buat fast update kok :*
Jangan lupa vote dan comment ya :)
YOU ARE READING
LONELY
Teen FictionBanyak orang mengira bahwa hidupku sempurna. Ya, memang dari luar aku kelihatan begitu sempurna dimata orang-orang. Tetapi, mereka tidak mengetahui betapa rapuhnya diriku yang sesungguhnya. Kekayaan, kepintaran, dan kecantikan memang ada pada diriku...