Hai, balik lagi :D
Vote dulu sebelum baca, okey? :)
Happy Reading ! :*
Sejak kejadian aku diajak Dhanu ketaman, aku makin deket sama dia. Tapi gara-gara itu hubungan persaudaraan aku sama lista makin renggang, aku makin dibenci sama saudara kembar aku sendiri. Dibenci tanpa sebab itu menyakitkan.
Pagi ini, aku dijemput sama Dhanu, beberapa hari terakhir ini si Dhanu yang anter-jemput aku kalo sekolah. Aku sih oke-oke aja, soalnya bisa hemat bensin hehehe.
Setelah aku siap-siap, aku langsung turun buat sarapan. Dan aku seneng banget ternyata di meja makan masih ada papa, mama, lista dan kak rio.
"Pagi ma, pa, kak rio, lista." sapaku dengan semangat.
"Hmm, pagi." balas papa.
"Iya, pagi nak." balas mama sambil tersenyum hangat padaku. Aku sangat merindukan senyuman hangat dari seorang perempuan yang melahirkan aku ini. Aku tau aku lebay, tapi sungguh aku sangat merindukan senyuman itu mengingat perlakuan mama sama papa yang nggak perduli sama aku.
Aku pun langsung duduk di kursiku dan mengambil roti.
"Lia, nanti kamu pulang langsung pulang ya." ucap papa
"Tapi, hari ini aku ada latihan karate pa, emang ada apa?"
"Papa nggak mau tau, pokoknya kamu langsung pulang." ucap papa dengan tegas yang membuat aku bungkam seketika.
"Sekali-sekali kamu dengerin papa kamu." timpal mama.
"Iya iya. Yaudah, Lia berangkat dulu." ucap Lia lalu berdiri dan menyalim kedua orang tuanya.
Lia langsung berjalan keluar rumah, dan ternyata Dhanu sudah menunggu Lia daritadi.
"Udah lama?" tanyaku sambil cengengesan
"Lumayanlah." ucap dia sambil mengacak-acak rambutku.
Deg.
Aku ngerasa ada perasaan aneh ketika Dhanu mengacak rambutku.
Aku ngerasa nyaman.
Ya, sejak aku dekat dengan laki-laki itu, hidup aku mulai berwarna, meskipun dirumah aku harus merasakan kesepian.
"Mau sampe kapan ngeliatin gue disitu? Hmm?" ucap Dhanu dengan senyum jahilnya.
"Ihh apaansih, yaudah yuk keburu telat nanti." aku langsung naik ke motor sport miliknya.
"Udah?" Dhanu melirik ke arahku dari spionnya.
"Udah. Nggak usah ngintip gue dari situ." ujarku ketus.
"Dih, geer." Dhanu menjulurkan lidahnya.
"Ih buruannn." aku memukul lengannya dengan keras.
Tanpa mereka sadari, ada yang melihat mereka dari dalam rumah.
"Awww, sakiitt. Galak banget sih. Yaudah pegangan, mau ngebut." Dhanu menuntun tanganku ke pinggangnya tapi aku tarik tanganku.
"Mod--- aaaaaaaaaaaaa Dhanuuuu jangan ngebut-ngebut" teriakku dan refleks aku meluk pinggangnya.
"Sok-sokan nggak mau peluk gue lo." ucap Dhanu sambil tetap melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka pun sampe di sekolah.
"Udah nyampe woi." Dhanu menyentuh tanganku yang sangat dingin ini.
Ya, aku trauma kalo naik motor ngebut gara-gara Doni, sahabat aku waktu SMP meninggal karena kecelakaan motor. Hanya aku yang selamat dari kecelakaan itu.
"Lo kenapa?" Dhanu langsung memutar badannya dan mukanya bener-bener panik.
"Muka lo pucet, Li. Lo sakit? Gue anterin pulang lagi?" ucap Dhanu khawatir.
"Gu--gue t-takut, Dhan."
"Seriusan? Gue nggak tau kalo lo takut gue ngebut. Sorry Li, sorry banget."
"Gapapa." ucapku singkat sambil tersenyum. Aku nggak mau buat Dhanu khawatir.
Aku dan Dhanu langsung masuk, Dhanu merangkul aku, dia masih ngerasa bersalah sama aku. Gara-gara Dhanu ngerangkul aku, sepanjang koridor semua siswa-siswi banyak ngeliat kearah kami. Ada yang ngeliat dengan tatapn benci, terpesona, iri, kecewa, dll yang nggak bisa dijelaskan dari tatapan mereka.
"Gue anter lo ke UKS ya." ucap Dhanu
"Nggak ah, gue mau masuk ke kelas aja, Dhan."
"Tapi lo gemeteran gini, udah pokoknya kita ke UKS sekarang." ujar Dhanu nggak mau kalah.
"Yaudah deh."
Dhanu makin mempererat rangkulannya di bahuku. Aku ngerasa nyaman.
Haiii, sekian dulu ya part ini.
Jangan lupa vomment ya :*
Thankyou !
YOU ARE READING
LONELY
Teen FictionBanyak orang mengira bahwa hidupku sempurna. Ya, memang dari luar aku kelihatan begitu sempurna dimata orang-orang. Tetapi, mereka tidak mengetahui betapa rapuhnya diriku yang sesungguhnya. Kekayaan, kepintaran, dan kecantikan memang ada pada diriku...