FIRST

2.6K 234 68
                                    


Pemuda itu melepaskan helmnya lalu menaruhnya diatas kuda besi itu. Kemudian ia menatap gadis manis berdagu tirus yang kini tengah melepas helm berwarna pink itu.

"Nih" ujar gadis itu sembari menyodorkan helmnya, lalu pemuda tadi mengulurkan tangannya untuk mengambil helm itu dan menaruhnya diatas kaca spion motornya.

"Sana, buruan masuk ke kelas. Nanti telat loh" gadis bernama Ify itu menyuruh pemuda tadi. Pemuda itu tersenyum.

"Iya kakakku yang bawel" setelah berucap demikian pemuda yang tak lain adalah adik Ify yang biasa dipanggil Rio itu mencium kening kakaknya. Tubuh Ify menegang, ia merasa seperti ada sebuah energi yang mengalir. Meski setiap hari hal itu menjadi rutinitas Rio yang mencium keningnya, tetapi hal itu tak bisa membuat Ify terbiasa. Ia selalu merasa ada sesuatu yang salah dengan jantungnya yang tak berdetak dengan normal. Namun sebisa mungkin Ify menyangkalnya dan hanya menganggapnya hanya angin lalu.

Ify tersadar dari lamunannya ketika tangan Rio terulur menyentuh puncak kepalanya dan mengacak rambut hitamnya itu.

"Rio! Berantakan tau, nggak sopan banget sih jadi adek" Ify mengerucutkan bibirnya, sedangkan Rio malah tersenyum menunjukkan gingsulnya, membuat Rio tampak semakin mempesona. Ify sedikit mendongak untuk menatap Rio yang lebih tinggi darinya, Ify memang sedikit kurang tinggi(?) Tubuhnya yang mungil ditambah wajahnya yang manis membuat orang yang tahu bahwa Rio dan Ify saudara, mereka akan mengira bahwa Ify adalah adik Rio. Ify dan Rio hanya selisih satu tahun sehingga memudahkan mereka untuk berangkat sekolah bersama.

"Sana masuk kelas cepet, biar nggak telat" ujar Ify sembari mendorong pelan tubuh Rio.

"Iya kakak cantikk... Kak Ify juga ke kelas sana, nyuruh aku masuk kelas tapi Kak Ify sendiri nggak ke kelas" sindir Rio membuat Ify menunjukkan deretan giginya yang rapi.

"Ify!" Sapa seseorang, Ify menoleh ke belakang dan mendapati seorang pemuda tengah berjalan ke arahnya sembari tersenyum. Ify membalas senyuman itu, sedangkan Rio hanya menatap mereka berdua.

Pemuda itu berhenti disamping Ify. "Nggak ke kelas Fy?" Tanya pemuda yang bernama Gabriel itu. Ify mendongak untuk menatap Gabriel.

"Iya, ini mau ke kelas"

"Ya udah, bareng sama gue yuk" ajak Gabriel. Ify berfikir sebentar dan akhirnya menjawab.

"Boleh deh" Ify mengalihkan pandangannya lalu menatap Rio yang sedang menatapnya. "Aku ke kelas Yo, kamu belajar yang bener!" Pesan Ify. Rio hanya mengangguk untuk membalas ucapan Ify.

"Gue duluan ya!" Pamit Gabriel sembari menepuk bahu Rio. Rio menangguk dan tersenyum pada Gabriel.

Gabriel dan Ify berjalan berdampingan menuju kelas mereka. Rio terdiam, ia menatap punggung kakaknya dan Gabriel yang semakin mengecil. Rio tak mengerti mengapa hatinya terasa aneh saat melihat kakaknya bersama pemuda lain, rasanya seperti ada sebuah jarum yang menusuk hatinya namun dengan tempo yang sangat cepat. Rio tahu bahwa ada yang salah dengan hatinya saat ini.

***

Bel istirahat baru saja berbunyi, para murid dengan semangat yang berkobar berbondong-bondong menuju ke kantin untuk mengisi perut yang kosong. Berbeda dengan Rio yang memilih menuju ke kelas kakaknya dahulu kemudian ia akan ke kantin bersama kakaknya itu.

"Permisi Kak, Kak Ifynya mana?" Tanya Rio kepada seorang gadis berambut panjang yang tengah mengobrol dengan temannya didepan kelas mereka. Gadis itu menatap Rio.

"Ada tuh didalem, masuk aja nggak apa-apa kok" jawabnya ramah, kemudian Rio tersenyum dan mengucapkan terima kasih setelah itu ia pun memasuki ruang kelas itu. Rio mengedarkan pandangannya dan mendapati kakaknya sedang memasukkan buku ke dalam tas sembari mengobrol dengan gadis berpipi chubby yang Rio ketahui bernama Sivia. Rio melangkahkan kakinya menghampiri Ify yang belum menyadari kehadirannya.

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang