SEVENTH

675 81 13
                                    

Ify melepas helm berwarna hitam milik Gabriel. Kemudian tangan kanannya teulur memberikan helm kepada sang pemilik.

Gabriel menerima helm itu lalu dikaitkannya pada tempat yang tersedia. Sesaat Gabriel menatap Ify, satu-satunya gadis yang mampu memporak-porandakan hatinya.

Tangan kanan Gabriel terulur, merapikan rambut Ify yang berantakan. "Gue izin ngerapihin rambut lo. " Tak dapat dipungkiri, hati Gabriel tampaknya benar-benar telah jatuh pada gadis dihadapannya kini.

Ify mendongak ketika Gabriel telah menyudahi kegiatannya, merapikan rambut Ify. Gadis itu menatap Gabriel yang lebih tinggi darinya, dan pandangan matanya tertubruk mata Gabriel yang juga tengah menatapnya.

Hati Ify menghangat ketika ia melihat mata teduh Gabriel. Ketulusan, kesederhanaan dan kesetiaan. Kedua mata Gabriel seakan bercerita, hingga membuat Ify seakan tenggelam.

Mereka saling memandang cukup lama, menyelami hati masing-masing. Gabriel dengan hati yang telah jatuh pada Ify. Sedangkan Ify dengan hati yang telah terpatri nama seseorang, bukan Gabriel.

Prangg...

Hingga sebuah suara membuat mereka tersadar dan mengalihkan pandangannya menatap sumber suara. Ify mengernyitkan keningnya ketika tidak mendapati sesuatu yang aneh di rumahnya.

"Mungkin kucing Fy. " ujar Gabriel, membuat Ify menoleh dan menatap Gabriel.

"Ah iya. Makasih ya Yel udah nganterin gue. " Ujar Ify seraya memberikan senyuman manisnya. Yang tanpa dia sadari membuat jantung Gabriel berdetak tak karuan.

Gabriel berusaha sekeras mungkin menetralkan detak jantungnya. "Iya Fy, eh nanti gue sms boleh? " tanya Gabriel.

Ify mengerutkan keningnya sesaat, kemudian pada detik berikutnya ia tertawa. "Boleh lah Yel. Sejak kapan lo tanya dulu kalo mau sms gue? " tawa Ify belum mereda, membuat Gabriel merutuki pertanyaan bodohnya.

Gabriel memandang wajah Ify yang tengah tertawa, hatinya terasa senang. Melihat orang yang dia cintai tertawa. Membuatnya benar-benar ingin menjaga gadis dihadapannya ini.

"Sorry. " ucap Ify yang sadar bahwa dirinya telah menertawakan Gabriel. "Em.. Besok lo jemput gue kan Yel? "

Gabriel mengangguk mantap sebagai jawaban. Kemudian ia melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kanannya.

"Fy, gue pulang ya? "

"Eh? Nggak mampir dulu? " tawar Ify.

Gabriel menggelengkan kepalanya. "Kapan-kapan aja Fy. "

Gabriel memakai helmnya, kemudian menghidupkan mesin motornya.
"Gue pulang Fy. "

"Hati-hati Yel. " Gabriel mengulas senyumannya, dan detik berikutnya motor Gabriel pun meninggalkan halaman rumah Ify.

***
Rio mendengar suara motor berhenti di pekarangan rumahnya. Dengan rasa penarasan Rio pun mengintip melalui jendela kamarnya. Dan mendapati Ify dan Gabriel diluar sana.

Hati Rio mencelos kala melihat Gabriel merapikan rambut Ify, kemudian keduanya tertawa. Hati Rio terasa panas—lagi.Amarah, cemburu, rasa sakit. Semuanya bercampur menjadi satu, menciptakan sebuah gejolak rasa yang tak Rio mengerti. Namun yang Rio tau—tapi bukan untuk hatinya—ia harus menyatakan cintanya pada Acha secepatnya. Rio mengira semua gejolak itu karena Acha, namun tanpa dia sadari semua kegundahanya bukan karena gadis itu. Tetapi karena seseorang.

Dengan hati yang bergejolak hebat Rio mengakhiri kegiatan mengintipnya. Namun karena kecerobohannya, tangan kanan Rio menyenggol sebuah lukisan yang terpajang di dinding tepat sebelah jendela.

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang