SIXTH

731 133 32
                                    

Ify membuka matanya, dan mendapati bahwa dirinya tengah berada disebuah ruangan bercat putih. Tangan Ify bergerak menyentuh kepalanya yang terasa nyeri, mungkin karena bola yang menghantamnya cukup keras tadi.

"Ify? Lo nggak apa-apa kan? " Tanya Sivia yang tadinya duduk tak jauh dari Ify langsung berdiri dan menghampirinya ketika mendapati gadis itu telah tersadar.

Ify mencoba mendudukkan tubuhnya, namun tubuhnya terasa berat. Dengan segera Sivia membantu Ify, tangan Sivia memindahkan bantal lalu menjadikan bantal tersebut sebagai sandaran punggung Ify.

"Lo jangan banyak gerak dulu Fy, " ucap Agni mengingatkan.

Ify mengangkat kedua bibir pucatnya membentuk senyuman. "Gue nggak apa-apa kok. "

"Fy gue tau kalo lo itu cewek yang kuat. Tapi please, jangan simpen semua masalah lo sendirian. Dan gue yakin lo belum makan dari kemarin kan? "

Ify menunjukkan deretan gigi putihnya, ingin menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja. "Gue nggak apa-apa, beneran. Kalian nggak perlu khawatirin gue, gue nggak mau kalian repot. Maaf."

Sebuah suara membuat mereka menoleh, menatap seseorang yang tengah berjalan ke arah mereka.

Gabriel menghampiri Ify. "Ify? Gimana keadaan lo? " tanya Gabriel, sungguh Gabriel benar-benar khawatir dengan gadis yang mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat ini.

"Gue baik-baik aja kok Yel. " Jawab Ify tak lupa dengan senyum yang terpasang dibibirnya.

Gabriel mengernyit, ia merasa bahwa Ify tidak baik-baik saja. Kemudian Gabriel mendekatkan tubuhnya ke arah Ify, lalu tangannya terulur menyentuh dahi Ify yang ternyata hangat.

"Fy,  badan lo panas. Lo udah minum obat? "

"Ud--"

"Belum Yel, " Sivia memotong ucapan Ify dengan cepat. Lalu menatap Ify sembari melebarkan matanya, agar Ify menyetujui ucapan Sivia.

"Kalo gitu, sekarang lo makan ya. Gue bawain bubur buat lo, tadi sempat beli di luar sekalian fotocopy. "

"Gue langsung minum obatnya aja Yel, lagi pula gue udah kenyang kok. "

"Nggak! " Sivia menolak permintaan Ify. "Fy, lo belum makan dari kemaren. Lo kenyang makan apa? Makan hati? Sekali aja lo nurut bisa nggak sih?" lanjut Sivia yang benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Ify. Mungkin kata-kata yang diucapkannya kasar, tapi bukan berarti Sivia membenci Ify. Itu salah besar, justru dengan seperti itulah Sivia menunjukkan rasa sayangnya sebagai sahabat.

"Gue ngerti kalo misalkan gue ada diposisi lo pasti gue nggak bakal bisa terima. Tapi tolong jangan siksa diri lo. " Tambah Agni yang berada disamping Sivia.

Ify terdiam mencerna setiap kata yang terlontar dari mulut Agni. Dan ternyata kini ia sadar bahwa, ia terlalu menyiksa dirinya sendiri.

"Oke, sekarang gini deh. Lo makan tapi bukan buat diri lo, tapi buat kita. Lo nggak mau kan buat semua orang yang lo sayangin khawatir, lo juga nggak mau kan bikin orang-orang cemas cuma karena lo nggak mau makan?"

Ify menatap Gabriel lalu menatap Sivia dan Agni, kemudian menghela napasnya dan memasang senyumnya. Ia bahagia memiliki sahabat yang sangat perhatian kepadanya. "Makasih ya kalian udah selalu ada buat gue. Gue nggak bakal nyiksa diri gue lagi. "

"Ya udah, sekarang lo makan. Gue suapin ya. "

Ify menggelengkan kepalanya. "Yel, gue bisa sendiri.. "

"Nggak. " Gabriel menolak keras perkataan Ify.  Membuat Ify menatap Gabriel kesal sembari mengerucutkan bibirnya.

"Eh Fy liat. Ada katak terbang tuh! " seru Gabriel sembari menunjuk ke sembarang arah.

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang