SECOND

1.1K 201 34
                                    

Rio menyangga tubuhnya dengan kedua tangannya yang berada disamping kepala Ify. Mereka saling menatap dalam. Hanya deru napas yang terdengar. Hati Rio berdesir, jantungnya berdetak tidak seperti biasanya. Ia tau pasti ada sesuatu yang salah dengan dirinya.

Ify menatap iris mata Rio. Dan entah mengapa perutnya seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang. Dan ia tak pernah tau apa artinya itu.
Dering ponsel Ify membuat mereka tersadar. Dengan cepat Rio berdiri, sedangkan Ify langsung mengambil ponselnya yang tergeletak tak jauh darinya.

"Hallo Bun" Ify menerima panggilan yang ternyata dari Bundanya itu.

"Hallo Fy, apa kabar sayang?" Tanya Bunda Ify disebrang sana.

"Alhamdulillah Ify sama Rio baik-baik aja kok Bun. Bunda sama Ayah gimana kabarnya?" Ify melirik Rio melalui ekor matanya. Jantungnya masih saja berdetak cepat.

"Alhamdullilah baik. Kamu udah makan?"

"Belum Bun, habis ini mau beli"

"Ya udah. Eh Rio mana? Bunda pengen ngomong" Ify menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Lalu menatap Rio yang juga menatapnya.

"Bunda pengen ngomong sama kamu." Ujar Ify sembari memberikan ponselnya. Rio menerima ponsel itu lalu menempelkan diitelinganya.

"Hallo Bun, ini Rio"

"Rio inget pesen Bunda ya, jagain kakakmu. Kamu belajar yang benar biar bisa buat Ayah sama Bunda bangga. Rajin beribadah"

"Iya Bunda. Bunda udah makan?"

"Udah kok. Udah dulu ya Rio Bunda mau lanjutin kerjaan Bunda dulu. Kamu jaga kesehatan ya.."

"Iya Bun, Bunda jaga kesehatan juga."
Setelah berucap salam Bunda menutup teleponnya. Rio mengulurkan tangannya memberikan ponsel Ify. Ify menerima ponsel itu.

Ify mendongak menatap Rio, dengan cepat Rio segera mengalihkan pandangannya kearah lain selain Ify. Jantung Rio masih saja berdegup cukup keras. Sebisa mungkin ia berusaha menetralkan jantungnya.

"Rio, kamu udah lapar? Kita beli makan sekarang aja yuk" Ify mencoba mengembalikan keadaan seperti sebelumnya.

"Iya kak."

"Bentar.." Ify berjalan menuju kamarnya, lalu diambilnya sweater yang ada didalam lemari dan langsung memakainya.

"Udah kak?" Tanya Rio ketika melihat Ify keluar dari kamarnya. Ify mengangguk.

"Kita makan dideket komplek sini aja Yo, jalan kaki biar hemat bensin. Hehe". Rio terkekeh, lalu tangannya terulur mengacak puncak kepala Ify.

"Iya Kak Ifyyyy"

"Rio kebiasaan banget deh!" Ify merengut kesal, walau dalam hatinya ia merasa ada sesuatu yang membuatnya senang. Ify merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Hehehehe..."

***

"Nasi goreng dua sama tehnya dua Pak" Ucap Rio ketika ia dan Ify telah duduk di warung sederhana dekat komplek rumahnya.

Pria paruh baya yang dipanggil 'Pak' oleh Rio itu mengangguk. "Iya Nak, ditunggu ya.." Ujarnya lalu melanjutkan pekerjaannya.

Suasana warung tampak ramai, banyak sepasang pemuda-pemudi sedang menyantap makanan atau setidaknya mereka tengah berbincang-bincang untuk mengisi malam minggu mereka.

Rio menatap Ify yang sedari tadi tak mengeluarkan suaranya. "Kenapa Kak?" Tanya Rio ketika melihat tangan Ify sibuk mengucek(?) mata kanannya.
"Kelilipan Yo." Jawab Ify tanpa menghentikan tangannya.

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang