Chapter Seven( Raja Adelard)

577 74 8
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak 👣👣👍
Yuk cek cerita sebelah judul KELINCI ber-KEBO?? Jangan lupa tinggalkan jejak. Update rabu? Masih di ragukan jadi update lebih awal.

Siders? Tolong berhenti. Tinggalkan jejak 👣👍

Tanpa edit, bikin langsung publish. Kesalahan kata? Tolong beri tahu. Terima kripik dan garam, semangat juga^^

Thankyou!!!
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Ada dua hal yang paling gua benci di dunia ini selain gak kebagian jatah ayam goreng emak gue. Yang pertama adalah gelap, gue benci kegelapan. Dulu, waktu kecil bang Emi abang gue yang paling jail, sadis+rese di dunia ini dan merupakan contoh abang yang wajib di jadikan panutan oleh abang-abang in the world, pernah ngunciin gue di gudang belakang rumah tempat penyimpanan barang-barang bekas. Gue yang waktu itu berusia sekitar 6 tahun cuman bisa mewek sampe ingus gue kemana-mana dan teriak-teriak gaje sambil ngegedor pintu

"Huweeee bang Emi bukaaaaa!! Kalo engga entar jatah ayam bang Emi, Ipeh makan" teriak gue di sela-sela tangis dan ingus yang mulai turun lagi. Ruangan gelap, pengap di tambah sempit karena banyaknya barang yang di simpen membuat gua mulai ketakutan. Fantasi gue yang emang lagi liar-liarnya berkeliaran di dalam fikiran gue semakin menambah ketakutan gue waktu itu.

'Bagaimana kalo hantunya tiba-tiba muncul di depan Ipeh? Atau mbak kunti yang iseng maenin rambut Ipeh yang kata emak ini rambut ajaib, makanya mbak kunti jailin karena iri? Kalo tiba-tiba om poci nongol di sebelah Ipeh, gimana?'

Itu pemikiran gue waktu di kurung di gudang itu yang gue bawa bahkan sampe sekarang dan selalu gue pikirin kalo gue lagi di ruangan gelap. Intinya gue benci gelap kalo tiba-tiba ada setan nongol di depan gue. Kan gak elit kalo gue tiba-tiba pingsan kaya tempo hari.

Gue ini selain konyol dan absurd, gue punya gaya kalem tapi cool yang selalu gue seret kemana-mana. Karena apa? Karena gue Bule.


Meskipun gue ini Bule yang gagal Bule. Tolong jangan di ingatkan lagi!

Gue menutup lubang telinga gue menggunakan kedua tangan dengan kencang hingga kini yang terdengar cuman suara dengungan orang-orang yang lagi berbicara di ruangan ini.

Dan hal kedua yang gue benci adalah... jeng jeng jeng...

Keramaian, lebih tepatnya benci sama suara-suara orang yang berbicara terlalu banyak. Gue gak tau sejak kapan gue benci sama keramaian. Mungkin sejak gue bisa melihat dunia ini eh dunia asal gue (Re: lahir). Dan gue bener-benee mengutuk keadaan yang sedang terjadi sekarang ini. Berisiiik cuuy!! Udah kaya pasar malem di deket kampung logam yang sering gue datengin sebulan sekali. Inget, gue gak suka keramaian.

"Nyesel juga gue sekarang karena udah bisa ngerti bahasa mereka" gumam gue pelan sambil menatap orang-orang yang rata-rata pada menatap gue dengan tatapan penasaran. Kini gue tau apa yang jadi topik pembicaraan orang-orang aneh yang ada di sini. Mereka itu lagi ngomongin gue.

'Apa salah daku?' Batin gue gegana ala mbak cita-cita

"Plissss stop stop stooop membicarakan Ipeh yang cantiknya gak ketulungan ini!!" Geram gue masih terus menutup kedua telinga lalu menutup mata berusaha meredam suara semua orang meskipun percuma.

"Eh? Ko sepi?"

Ruangan yang tadinya rame banget sekarang mendadak sepi setelah gue berkata seperti itu. Gue pun mendongak untuk melihat apa yang terjadi. Mereka semua lagi berdiri dan menundukkan kepalanya dalam-dalam. Bahkan si Bela dan si cowok kampret itu juga melakukan hal yang sama, cuman gue doang yang engga. Gue menatap mereka semua aneh.



Lost In ALZATHAR!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang