Merona??

71 22 16
                                    

Happy reading!😉

-
-
-

Aku segera menundukkan kepalaku saat 'dia' memasuki kelas dan aku masih merasakan tatapannya padaku lagi.

Apa aku pindah kelas saja?

Aku mendongakkan kepalaku ketika mendengar ketukan hak sepatu memasuki kelasku dan mendapati Bu Anye melangkah ke mejanya lalu mulai menyapa kami.

Akupun membalikan tubuhku untuk mengeluarkan buku dan alat tulis dari dalam tasku lalu menumpukkannya diatas meja.

"Denger-denger dari kelas sebelah materi minggu ini tentang drama," bisik Andrita membuatku menoleh.

"Masa--"

"Baiklah anak-anak sekarang masuk K.D. 3.1 tentang penampilan drama.Mm..disini siswanya ada 35 orang ya..."
ucap Bu Anye sambil memperhatikan buku kesiswaan. "kita bagi jadi 5 kelompok kalau begitu" Kemudian Bu Anye membuka tas merah maroonnya mengeluarkan secarik kertas.

"Sekretaris..?" tanya Bu Anye. Kemudian Sheeva menuliskan nama-nama kelompok kami.

Aku terpekur ketika melihat namaku yang tertulis di papan tulis.

Tidak!

Kafka Seravian.

Aku melirik seseorang yang duduk dipojok kelas gugup. Dia menyeringai melihat namanya yang bergabung di dalam kelompokku.

Akupun menghempaskan kepalaku diatas meja, meskipun sedikit sakit ketika dahiku berbenturan dengan permukaan meja. Tapi itu bukan masalahnya.

Menempelkan pipiku kemeja menatap Andrita putus asa. Dia pasti mengerti keadaanku sekarang ini. Tidak hanya dia, tapi semua siswa juga tahu sekarang. Peristiwa dikantin tadi menyebar dengan cepat disekolah ini.

Gosip.
Ya...walaupun itu semua benar.
Gosip bahwa seorang Kafka lelaki tercuek dan dingin mengatakan dengan terang-terangan bahwa ia menyukaiku.

Pernyataan gila!
Bahkan sebagian siswa menatap horror padaku saat Kafka mengatakan itu. Padahal sebelum ini aku tak pernah dekat dengan lelaki itu. Berbicarapun hanya sesekali kalau itupun penting.

Mimpi apa aku semalam?

Andrita mengusap punggungku menenangkan tapi sudut bibirnya berkedut menahan geli walaupun sorot matanya memandangku perihatin.

Akupun mendengus lalu berdiri untuk menggabungkan mejaku dengan meja didepanku membentuk kelompok seperti yang dititahkan Bu Anye.

Redzi mengambil duduk di sisi kiri dekat Andrita 3 teman wanitaku duduk dihadapanku dan...Kafka mengambil duduk disisi meja sebelah kanan didekatku.

Aku memberi kode pada 3 teman dihadapanku agar mereka bertukar posisi dengan Kafka. Tapi mereka langsung menggeleng, Ami berbicara tanpa suara padaku-- "kafka yang minta,Fa"--

Aku merenggut dalam nasibku yang malang ini. Dari 13 anak laki laki dikelas ini kenapa harus dia yang gabung di kelompokku?

God!

"Jadi.." Redzi menumpukan kedua lengannya diatas meja memulai perbincangan ini. "..sekarang tema kita tentang apa?"

Teman-temanku sangat antusias membahas drama kami sekarang, tapi...

Pikiranku melayang entah kemana tidak terfokus dalam perbincangan ini.
Aku masih menunduk memainkan jari-jariku yang bertautan. Padahal biasanya aku selalu bersemangat jika masalah grup diskusi seperti ini. Tapi tidak sekarang...

Aku diam tak berkutik ditiap lirikannya. Dan aku masih dapat merasakannya walaupun aku tak menatap wajahnya sekarang ini.

"Fa,menurut lo gimana?" sikutan dari Andrita membuatku menoleh berjengit padanya. Melihat kelakuan anehku membuat semua anggota kelompokku menatapku termasuk dia,. pastinya..

SeravianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang