Bagian IV

815 52 58
                                    

Panggilan itu mengagetkan Samijan, dan ilusi tentang taman yang indah dan Ken Dedes yang seksi menguap. Kini di hadapan Samijan hanya perkebunan kopi yang gelap dan nyamuknya banyak sekali. Ken Dedes pasti sudah bangun jam segini, gumam Samijan sendiri. Suparwo menghampiri Samijan di depan rumah. Mahasiswa Teknik Sipil itu juga berkalung handuk.

"Masih dingin mau mandi," gumam Suparwo.

"Cewek - cewek sudah mandi?"

"Tadi yang masuk kamar mandi Menuk. Ken Dedesmu itu."

"Apa?"

Samijan melemparkan handuknya kepada Suparwo. Pengagum Menuk Parwati itu bergegas masuk ke dalam rumah. Ah pasti mau mengintip Menuk mandi, dasar kadal buntung! Gumam Suparwo. Suparwo memegangi selangkangannya, ia merasakan burung empritnya menggeliat membayangkan jeroan Menuk yang pasti membuat buncah berantakan hasrat lelakinya.

"Wo!" Suara perempuan memanggil Suparwo dari dalam angannya sendiri.

"Iya, Nuk"

"Kamu suka melihat bokongku?"

"Hmmm, siapa yang tidak ngiler melihat dapurmu itu. Apalagi jika tungkunya bisa aku lihat."

"Isss, mesum. Itu akan terjadi jika kamu menjadi suamiku, Wo.."

"Aku mau jadi suamimu, Nuk."

"Aku yang enggak mau jadi istrimu, Wo.."

"Diancooooooook!"

Suparwo mengumpat sendiri, sambil mengelus – elus burung empritnya yang berkicau meracau. Sangkarnya terasa penuh sesak karena ukurannya tiba – tiba mengembang seperti kerupuk digoreng. Semua karena Menuk Parwati melintas di alam imajinasi "nakal" – nya.  Menuk Parwati bermain di benaknya tanpa busana.

"Hai, melamun saja kau!"

"Ah Nyong. Bikin kaget saja kau!"

"Lagi ngelapor ya?"

"Apa ngelapor?"

"Ngelamun porno!"

"Sok tahu koe, Nyong!"

"Lalu?"

"Gak ada."

"Tadi aku lihat matamu melotot tapi tak melihat. Persis seperti ikan asin."

"Hahaha..." Suparwo terbahak sendiri, untuk menutupi pikiran cabulnya.

Nyong mempunyai nama asli Agus Mulyanto. Dia berasal dari Banyumasan, dengan logat bicara ngapak totok. Kawan – kawan kulaihnya memanggilnya "Nyong". Bukan nyong ambon yang berarti anak muda, tapi "nyong" ngapak yang berarti "aku." Agus Mulyanto mahasiswa Fakultas Hukum.

"Memang kau tidak mengagumi Menuk Parwati?" tanya Suparwo.

"Wo, aku sudah tahu jeroannya semua."

"Maksudmu?"

"Heh dengar!. Setiap dia mandi aku selalu mengintipnya."

"Anjriiiiiiiit! Dasar bandot prengus kamu."

"Heh dengar! Jeroan Mukasih, Sri Lestari, dan Endah pun aku khatam!"

"Diancok, kok kau gak pernah cerita?"

"Nikmat untuk apa diceritakan, cukup dirasakan."

"Sambil memainkan burungmu pasti?"

"Off the record.."

"Asu kowe, Nyong!"

"Hahaha..."

MARKOSET MENGEJAR KEN DEDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang