Gadis itu duduk di bingkai jendela. Sinar bulan menyorot wajahnya yang muram. Buliran air mata memantulkan cahaya, membuat kilauan. Rambut sebahunya menjuntai tanpa arah.
"Hentikan tangismu, Nam. Lihatlah, aku merasa seperti paman yang tinggal di kolong jembatan!" keluh pria berbaju putih kusam di sebelahnya, Ages. Tubuhnya begitu kumuh, seperti belum mandi sebulan lamanya.
"Pantas saja aku merasa diperhatikan oleh pria tua pedofil!" balas Nam yang menyeka air matanya. Ia berbalik, matanya bertatapan dengan Ages. "Jika kau bisa muncul dalam foto, akan kubuat album aibmu, Ages."
"Cih." Ages mendelik. "Aibku itu aibmu juga, tau!"
Nam tersenyum lemah. Ia tau, lebih dari sekedar tau. "Kau membuatku mengingat dosa-dosaku." Ia pun bangkit dan mendarat sempurna di atas marmer dingin. "Mari kita tebus!"
"Baiklah, aku ingin seragam armor yang keren! Semoga kali ini sesuai harapan!" seru Ages dengan senyum menatang. Lihat saja apa kau bisa mengabulkannya, Nona Agnesia.
Nam menepuk roknya, lalu berkata, "Sepertinya kau harus bersyukur dengan selembar kaos putih lusuh, A~ges~!"
Setelah mendengar nada riangnya, Ages tersenyum lega. Ia segera menyusul Nam dengan raut wajah pemuda tampan yang bahagia. "Aku sudah sabar selama 17 tahun, bodoh!"
Nah, apa yang akan mereka lakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ages & Agnesia
ParanormalWaktu adalah hutang. Waktu adalah tanggung jawab. Bagaimana jika ada seseorang--atau sesuatu--yang menagihnya padamu? ••• Agnesia Nam memiliki kemampuan untuk melihat perwujudan usianya, Ages. Ages menganggap itu anugerah, sedangkan Nam menganggap i...