Laila membuka pintu kamarnya dan duduk di tepi ranjang. Dia menarik napas dan menghembuskannya dengan kasar saat mengingat kejadian siang tadi. Tentang dia yang bertemu dengan Hafiz dan tentang pernyataan cinta yang diterimanya dari kawannya itu. Bahkan sampai saat ini Laila masih tidak percaya bahwa Hafiz mencintainya.
Perlahan Laila membaringkan tubuhnya. Entah kenapa dia merasa sangat bersalah kepada lelaki itu. Hafiz adalah lelaki yang baik. Dia adalah orang yang baik dan berpengetahuan serta cakap dalam bidang agama.
Tapi ada apa denganku? Kenapa aku tidak merasakan sesuatu terhadapnya? Sudah sangat jelas Hafiz adalah orang yang baik untukmu, tapi kenapa kamu tidak bisa menyukainya Laila? Laila mengusap wajahnya. Bahkan dia sendiri bingung dengan hatinya. Apa yang terjadi denganmu wahai hati? Apakah... saat ini hatiku sudah mulai tertuju pada lelaki itu? Lelaki yang bahkan tidak pernah aku temui.
Laila meraba sisi kiri tilamnya untuk mengambil ponsel. Lalu dia mencari nomor kontak Ifah dan mendailnya.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam beb, tumben malam-malam nelpon, kamu rindu aku ya?"
"Alah.. Buang-buang waktu aja aku pakai merindukan kamu beb. Lebih baik aku merindukan monyet yang bergelantungan di hutan sana."
"Laila Amelia, lebih baik kamu berkata yang sejujurnya ke aku, kamu ada hubungan apa dengan monyet di dalam hutan itu? Pantas saja kemarin aku baca di surat kabar, ada monyet betina yang mati bunuh diri. Kamu mengambil suaminya atau apa?"
Laila memutar bola matanya mendengar si Ifah yang mulai meracau tidak tentu hala.
"Kamu itu salah info Fah. Suami dia itu ada sms aku dan bilang kalau dia itu berkenan mau menjadikan kamu itu istri kedua dia. Dia sudah siap antar seserahan satu tandan pisang ke rumah kamu. Itu pun kamu pura-pura lupa ingatan."
Laila tersenyum jahat karena bisa membalas racauan Ifah.
"Wei Laila, sesuka hati kamu gosipkan aku dengan monyet jantan itu. Aku itu tidak ada hubungan apa-apa dengan dia. Cuman dianya aja yang terlalu teringin dekat aku. Aku pun heran. Monyet pun bisa terjerat dengan pesona alamiku ini."
"Alah... perasaan diang nih!"
Mereka tertawa setelah menyadari obrolan tidak berfaedah mereka.
"Sekarang aku mau bicara serius ke kamu. Kamu ada gerangan kabar apa sampai menelepon malam-malam kelabu begini? Mau minta saran cara malam pertama atau apa?"
"Issy... Bukan itu Fah! Aku itu mau curhat tau."
"Iya.. Curhat tentang apa?"
Laila terdiam sesaat...
"Tentang Hafiz Fah."
"Hafiz? Hafiz si guru ganteng yang berkacamata itu? Dia kenapa?"
"Dia melamar aku Fah.."
"HAAAAHH???? Bubujur La! Hafiz melamar kamu?"
Laila mengangguk. Seperti dia bicara berhadapan dengan Ifah aja. Padahal hanya di telepon.
"Iya."
"Dia tau tidak, kalau kamu itu sudah dijodohkan?"
"Iya karena tau itu, dia menyatakan perasaannya. Dia bilang, dia ingin aku membatalkan perjodohan itu dan menerimanya."
"Haaah? Bubujur La! Kebaikan apa yang kamu lakukan sampai dapat dua lamaran sekaligus? Wei bagi-bagi aku satu wei!"
Laila lagi-lagi memutar bola matanya. Hissy... nyaris tidak ada faedahnya dia curhat ke Ifah.

KAMU SEDANG MEMBACA
CE'ESTE •SLOW UPDATE
RomanceBagi Laila, Darian itu adalah DURIAN montok yang menggiurkan. Sedangkan bagi Darian, Laila itu ibarat DURI yang menusuk jempol kakinya. ATTENTION! Anda akan menemukan beberapa part berbahasa Banjar yang dilengkapi dengan artinya. Jadi, bisa sekalian...