Part 09

112 22 7
                                    

Mata Laila berkedip-kedip dengan cepat saat memandangi bayangan dirinya sendiri di depan cermin.

Apa ini benar-benar aku?

Gaun berbahan satin dengan corak putih campur merah muda bergaya sederhana namun sangat cantik ketika melekat di tubuh Laila! Rambut yang agak ikal bergelombang di tassel seperti gaya orang Korea. Serta riasan ringan yang semakin membuat wajah yang memang sudah cantik sedari lahir itu semakin berseri!

"Oh my goodness!!! Laila, kamu cantik banget sayang!" tante Anita menjerit histeris saat melihat Laila. Terkaget-kaget Laila mendengarnya. Tante ini sebenarnya histeris habis melihat Laila tau habis melihat hantu sih? Untung jantung Laila masih kuat. Kalau nggak, koit lah judulnya!

"Tante juga cantik. Banget malah." Laila balas memuji. Serius, ini bukan karena dia ingin take and give dengan tante Anita. Tapi tante Anita benar-benar sangat cantik! Kalau seandainya beliau mengaku kalau beliau itu orang eropa, pasti akan banyak yang percaya! Kulit putih, hidung mancung, bibir tipis. Belum lagi rambut yang dicat berwarna coklat. Tidak heran om Kahfi sangat mencintai tante Anita. Sebiji bidadari dunia!

"Oh ya ampun.... Makasih sayang.. Tante tau kok! Kamu kalau sudah siap tante tunggu di bawah ya?"

"Oke tante!" ucap Laila sambil memberi tanda oke ala India.

Setelah beberapa menit kemudian, Laila keluar dari kamar dan menuruni tangga.

Begitu sampai di bawah, dia menghampiri tante Anita dan om Kahfi yang sudah menunggu di ambang pintu.

Tante Anita memperhatikan Laila dari atas sampai ujung kaki.

Semuanya sempurna kecuali.... Wait!

Kening tante Anita berkerut saat melihat kaki Laila yang beralaskan sendal jepit. Ada merknya lagi. Suwalow!

Tante Anita menepuk jidatnya.

Plak!

Hampir saja dia terlupa untuk memberikan Laila benda yang paling penting.

Beliau berlari ke kamar untuk mengambil benda itu dan setelah beberapa menit kemudian beliau keluar lagi dengan membawa sebuah kotak yang cukup besar.

"Jangan pakai itu sayang. Cepet, pakai ini."

"Nggak usah tante. Saya pakai sendal biasa aja." Bukan niat mau menolak, tapi ketahuilah, saat kamu melihat betapa runcingnya tumit sepatu itu, bisa dipastikan kamu akan bertindak seperti Laila. Runcing gila!

"Ma. Kamu yang kira-kira dong kalau mau ngasih Laila sepatu. Masa yang tumitnya kayak duri salak gitu? Itu mah kesukaan mama. Coba mama ambil sepatu yang satunya lagi. Yang tumitnya rendahan dikit. Jangan yang tumitnya ekstrim gitu. Kasian Laila."

"Oh iya-iya, tunggu bentar, tante tau sepasang sepatu yang cocok buat kamu. Tunggu bentar ya."

Tante Anita kembali berlari menuju kamarnya untuk kali ke dua.

Ini beliau yang lari-lari, tapi kok Laila yang capek liatnya ya?

Beberapa menit kemudian tante Anita kembali sambil menenteng sepasang sepatu.

"Nah yang ini cocok sama gaun kamu.. Ayo dipakai sayang!"

Laila menarik senyum. Yang ini baru dia oke. Warnanya netral putih dan tumitnya tidak seekstrim yang tadi.

"Nah.. itu baru cocok. Ayo Laila pakai sepatunya."

Laila melepaskan sendal jepit di kakinya dan mencoba sepatu cantik itu.

"Tuh kan.. Lebih cocok yang itu dari yang tadi kan ma?"

"Iya pa. Oke, ayo kita pergi sayang!"

Laila tersenyum dan mengangguk.

CE'ESTE •SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang