Part 03

536 134 87
                                    

Baru jam 3 pagi tapi mama sudah ralit membangunkan Laila dari tidurnya.

Jangankan minta kelonggaran tidur 1 jam lagi, 30 menit pun tidak tersedia!

Tidur baru jam 11 malam, bangunnya jam 3 pagi.

Anak tirikah diriku ini? Sungguh kejam hidup yang ku jalani. Tak ku pinta terlahir kedunia yang kejam ini. Hatiku hancur berkeping-keping.. Ho.. Ho.. Hoo..

Wey Laila! Subuh-subuh sudah melankolis. Mau ngedrama letew!

Laila berjalan loyo keluar dari kamar tidurnya. Matanya yang masih setengah tertutup alias kelat itu dipaksa menatap keadaan sekitar. Terus matanya melebar manakala melihat sepasang burung merpati telah elok bercanda tawa di depan matanya. Ternyata abang Hasan dan kak Mila pun juga sudah bangun?

Rajinnyaaaa ae....keluargaku ini.

Laila lalu berjalan melewati dua laki bini itu dan menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya.

Tapi tolong. Jangan paksa ataupun tuntut Laila untuk mandi sekarang juga.

Ingat, ini masih jam 3 pagi loh!

Setelah selesai dengan urusannya, Laila keluar dari kamar mandi lalu berjalan menuju dapur. Matanya lagi-lagi melihat pemandangan yang tidak biasa. Di situ ada abang Hasan dan kak Mila yang sedang bermesraan sambil bikin adonan kue.

Laila berpeluk tubuh karena merasa geli melihat abang dan kakak iparnya itu.

"Wayu... kisah geli.. padahal bentar lagi juga kayak gini." Abang Hasan memeluk istrinya dengan erat dan menjulurkan lidahnya kepada Laila. Pamer ceritanya!

Laila mencebik.. Haiya.. Pedihnya mata Laila saat melihat pemandangan yang sangat membahana.

Aishhh!

* * * * * * *

"Darian buka pintunya!"

Ahmad Kahfi berteriak sambil menggedor-gedorkan tangan ke pintu apartemen anaknya itu. Begitu diberitahu kalau hari ini mereka akan berangkat ke Kalimantan, Darian langsung pergi dan bersembunyi di dalam apartemennya.

Tante Anita yang juga ikut berada di situ mengambil ponsel dari tas untuk mencoba menghubungi nomor anaknya.

Darian yang memang sedang berada di dalam apartemen malah sibuk memainkan game play station. Dia kemudian mengeluh saat mendengar bunyi yang terus keluar dari ponselnya. Karena merasa terganggu, dia menjeda permainannya lalu mengambil ponsel yang terletak di atas sofa dan memeriksa.

Begitu tau yang memanggil masih orang yang sama, Darian melemparkan kembali ponsel itu ke sofa dan melanjutkan permainannya kembali.

Sementara di luar.....

"Bagaimana? Belum dijawab juga?"

Tante Anita menggelengkan kepala. Lalu beliau mencoba menelponnya sekali lagi.

"Halo? Darian buk-"

"Darian nggak mau ikut!" Darian langsung memotong perkataan mamanya begitu telpon telah terhubung.

"Kamu harus ikut nak, gimana kamu bisa liat calon istri kamu kalo kamu nggak ikut?" Tante Anita memujuk rayu anaknya.

"Ck. Udah Darian bilang kan? Darian nggak mau dijodohin!" tegas Darian berapi-api. Suaranya terdengar hingga ke luar pintu. Pokoknya gue nggak akan pernah mau! Apalagi dengan cewek yang nggak gue kenal. Kalimantan? Yang bisa gue bayangin tentang daerah itu cuman hutan belantara dengan banyak monyet serta orang hutannya. Belum lagi suku-sukunya. Nanti kalau gue kawin sama orang situ gimana nasib gue? Gimana kalau seandainya kami berantem dan dia langsung ngilangin 'adek' gue gitu aja? Gue nggak bisa bayangin masa depan gue kalau sudah kayak gitu.

CE'ESTE •SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang