Part 08

395 49 20
                                    

"Assalamualaikum. Ifaaaahhh.. Aku harus bagaimana ini? Huaaaa..."

Baru juga telepon tersambung, Laila langsung histeris memanggil nama kawannya itu.

"Wa'alaikum salam. Wei! Wei! Kamu ini kenapa La? Ada kecelakaankah? Atau jatuh dari pesawat? Bilang ke aku La. Bilang!"

"Kurang asam kamu Fah! Kalau aku jatuh dari pesawat aku bukan telefon kamu tapi gentayangin kamu!" omel Laila.

"Lah, lalu yang kamu teriak-teriak histeris itu kenapa? Aku kira kamu sudah ada kecelakaan atau jatuh dari pesawat."

"Aish.. aku itu mau curhat tau!"

"Tunggu dulu, kamu ada di mana ini? Sudah sampai di Jakarta?"

"Bukan. Di Korea. Ya iyalah di Jakarta. Di mana lagi!"

"Gimana kota Jakarta weh? Keren tidak? Di sana kan banyak artis, kamu ada melihat mereka tidak? Atau terserempak gitu. Wah.. aku pengen ke sana juga weh!"

Bukan cuma terserempak, tapi sudah dapat satu. Malah siap dikawinkan!

"Biasa aja weh. Sama kayak di Amuntai. Ada jalan, ada rumah, ada kendaraan."

Laila bicara seadanya. Aslinya dia mana tau. Wong belum pergi ke mana-mana.

"Ada orangnya tidak?"

"Ada. Zombie. Kenapa?"

"Jahanam kamu La. Aku tanya baik-baik kamu jawab asal. Eh btw gimana, calon lakimu itu?"

Perasaan yang sudah mulai relaks karena berbincang dengan kawan itu kini mulai kembali huru-hara.

"Itu dia masalahnya Fah.. Aku sangat malu.."

"Hah? Kenapa kamu bisa malu? Kamu telanjang depan dia atau apa?"

Laila menepuk dahinya. Dasar si Ifah! Malah ke situ pula pikirannya.

"Bisa tidak, otak kamu itu dicuci pakai sabun dulu biar semua pikiran kotor itu hilang. Kawan kamu ini lagi galau tapi kamu malah menuang aki di atas luka!"

"Lah, kenapa aku? Biasanya yang punya pikiran kotor itu orang yang mau kawin. Kalau aku mana pernah berpikiran kotor. Ngeres sih iya. Hahahahahaha.."

Laila memutar bola matanya. Ini dia masalah Nur Latifah ini. Kalau bicara pasti tidak pernah serius.

"Heh. Main ketawa. Ya sudah aku matiin nih!"

"Eh. Eh. Eh. Jangan! Pakai merajuk segala diang nih! Malas aku mau pergi panggil Hafiz buat pujuk kamu!"

Mendengar Ifah menyebut nama Hafiz, otak Laila langsung flashback ke waktu saat Hafiz menyatakan cintanya dan terakhir mengantar kepergiannya sambil tersenyum. Walaupun Hafiz sudah mengatakan bahwa dia sudah merelakannya, tapi rasa bersalah di hati Laila masih ada.

"La? Oy, La!"

"Oy!" teriak Laila. Terkejut.

"Kamu mengamunin apa La? Ngelamunin yang jorok ya? Hayo ngaku!"

"Ih mana ada! Aku itu bukan Nur Latifah yang hobi punya pikiran kayak gitu!"

"Halah kamu ini! Eh btw emangnya kamu mau curhat tentang apa?"

"Jadi gini.." Laila menghela napas sebelum memulai ceritanya.

"Tadi malam aku..."

Tok! Tok! Tok!

Belum habis kalimat yang diucapkan Laila, dia mendengar ketukan di pintunya. Dan saat dia berpaling memandang ke arah pintu, tante Anita sudah nyelonong masuk dan menghampirinya.

CE'ESTE •SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang