Your Call

126 27 6
                                    

Allisa berjalan menikmati setiap hembusan angin malam yang menusuk kulitnya. Dia tidak peduli apakah dia akan terkena hipotermia atau tidak, yang jelas dia hanya ingin sendirian dalam kesunyian menikmati setiap moment yang melintas di pikirannya.

Dia ingat betul bagaimana dia bertemu dengan lelaki, lelaki yang sangat dia kagumi dari pertama kali pandangan mereka bertemu.

Lalu pandangan itu menjadi suatu kebiasaan yang membuat dia nyaman, karena setiap hari dia bisa tatapan teduh itu.

Dia ingat betul bagaimana kedekatan mereka yang tidak pernah ia duga. Mulai dari sosok lelaki itu yang selalu mendekatinya setiap hari. Mendekati bangkunya dan membiarkan Allisa menikmati tatapan teduh lelaki dihadapannya.

Allisa, gadis remaja biasa yang mulai memasuki bangku sekolah SMA. Dia sekelas dengan pemuda yang mempunyai tatapan teduh itu, tatapan yang menjadi favorit Allisa.

Dialah Archandra. Lelaki yang mempunyai tatapan teduh itu.

Dia ingat betul momen saat dia menjadi lebih sering bersamanya seiring berjalannya waktu. Tatapan sendu itu perlahan berubah menjadi tatapan yang sangat berarti. Tatapan hangat yang tidak bisa dijelaskan.

Waktu demi waktu, akhirnya tiba dimana Archandra mengungkapkan perasaan sebenarnya. Allisa tanpa pikir panjang langsung menerima perasaan tersebut dengan hati yang riang.

Momen-momen romantis, suka-duka, dia lalui bersamanya. Allisa selalu bersyukur bahwa Tuhan dengan baik hati mempertemukannya dengan Archandra.

Meskipun pertengkaran selalu menghiasi hubungan mereka, Allisa selalu sabar melewati itu dan hanya berdoa kepada Tuhan bahwa itu semua adalah suatu ujian yang akan menguatkan hubungannya.

Namun, momen seperti itu hanya bertahan sebentar. Lebih tepatnya 3 bulan. Hubungan yang baru seumur jagung.

Perkiraan Allisa selama ini salah. Dia kira Archandra adalah yang terbaik baginya dan pemberian Tuhan kepadanya. Tapi ternyata kebahagiaan itu adalah suatu ujian yang harus dihadapi Allisa bahwa dia harus berhati-hati saat membuka pintu hati untuk orang lain.

Archandra memutuskan hubungan Allisa.

Sungguh ironis bukan saat lelaki memutuskan hubungan secara sepihak tanpa alasan yang jelas.

"it's over, Liss" kalimat yang saat ini masih terbayang di benak Allisa.

Mungkin ini takdir yang harus diambilnya. Ini adalah suatu pelajaran bahwa masih ada lelaki yang lebih baik lagi untuk dirinya.

Merindukannya? Pasti.
Menginginkannya kembali? Mungkin.
Mencintainya? Iya.
Melupakannya? Tidak.

Kapan sih seorang Allisa bisa melupakan Archandra? Lelaki yang membuat sejuta kenangan manis nan berwarna dalam waktu yang singkat dan tiba-tiba pergi meninggalkan sejuta luka serta kehidupan putih abu-abu bagi Allisa.

Hidup harus terus maju, masa lalu hanyalah masa lalu.

Biarkan Archandra mengisi beberapa lembaran dalam hidup Allisa meskipun lembaran tersebut adalah goresan luka dihati Allisa.

Mengetahui fakta bahwa Archandra mencintai gadis lain daripada Allisa, itu tidak masalah bagi Allisa. Selagi Archandra bahagia, Allisa pun akan turut berbahagia untuknya.

Dia hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi kehidupan Archandra, lelaki yang sempat mencuri hati Allisa.

Tidak sadar air mata Allisa menetes. Perlahan namun pasti, air mata itu mengandung kenangan menyakitkan yang pernah dialami oleh Allisa.

Dia menikmati siksaan dari kenangan tersebut. Biarlah hanya angin yang tahu bagaimana perasaannya saat ini.

Namun otak Allisa dengan sigap langsung memerintahkan tangannya untuk menyeka air mata itu.

Biarlah kenangan satu tahun yang lalu itu terjadi.

Banyak lembaran kosong yang masih dimiliki oleh Allisa untuk kehidupan kedepannya.

Dia tidak mau hanya terjebak di satu lembaran yang sama dalam jangka waktu yang sangat lama.

Kenangan pahit biarlah berlalu. Jangan jadikan itu sebagai penghambat masa depanmu.

Melupakan itu susah, namun melanjutkan hidup adalah jalan terbaik.

Goresan hati untuk Archandra, lelaki yang pernah menghiasi hati Allisa meskipun hanya sekedar singgah.

Memories [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang