Long Way Home

20 4 0
                                    

Apa sih yang lebih berharga dari pengalaman bersama sahabat? Apalagi jika itu momentnya terjadi tiba-tiba.

Hari Minggu, murid-murid di kelas itu Ghia diperintahkan oleh guru bahasa Indonesia yaitu Bu Tari untuk menonton drama di gedung seni ibu kota.

Ghia berangkat sendiri dan menunggu kereta di Stasiun Melati. Menuju stasiun kota, dia harus berhenti selama tiga kali, yaitu di Stasiun Tulip, Stasiun Lavender, dan Stasiun Mawar, akhirnya sampailah di stasiun kota.

Diperjalanan, Ghia hanya menatap jendela dipinggirnya yang tersaji pemandangan sawah nan luas. Berhentilah dia di stasiun Tulip.

Saat dia rasa bajunya kusut, diapun berdiri untuk merapihkan bajunya. Saat dia melihat lurus kedepan, dia melihat Ryan didepan. Ternyata dia menaiki kereta yang sama. Ghiaa pun melambaikan tangan, mengisyaratkan agar mendekat. Untungnya Ryan melihat Ghia.

Perjalanan pun berlangsung tanpa kejadian apapun.

Sampailah dia di stasiun kota. Menuju ke gedung seni membutuhkan waktu 15 menit jalan kaki.

Meskipun kesulitan akan arah gedung seni yang berliku-liku, namun pada akhirnya menemukannya.

Setelah setengah jam menunggu, pada akhirnya pintu masuk pun terbuka.

Acara drama berlangsung selama satu jam dengan genre comedy romance.

Setelah selesai, Ghia keluar gedung bersama dengan Ryan. Saat didepan gedung, dia bertemu dengan Shinta sedang berdiri melamun didepan gedung. Memang aneh akan kebiasaannya itu.

Setelah merasakan bahwa Ghia ada disebelahnya, maka lamunannya pun buyar. Sampai sekarang semua orang masih bingung apa yang sebenarnya dilamunkannya, bahkan author sendiri pun bingung._.

Dibelakang Shinta, terlihat Tomy, Raka, dan Fadlan sedang berjalan menuju Fina.

"Okay, jadi kita pulang bareng-bareng nih?" tanya Ghia ke mereka semua, dan dibalas anggukan persetujuan.

"Tapi Ghi, jangan dulu ke stasiunlah. Kita ke mall kota dulu" pinta Fadlan.

"Lha emang ada apa dengan mall kota?" Ghia heran sembari menaikkan satu alisnya.

"Laper nih" ucap Fadlan dengan senyuman sok polos, dan di tanggapi oleh yang lain.

Teman-teman pun rupanya mendukung Fadlan, mau tidak mau Ghia ikut ke mall kota.

Sesampainya disana, mereka tidak menikmati window shopping dahulu, melainkan menuju food court.

Disana mereka makan untuk mengisi perut yang sudah konser sejak satu jam yang lalu. Disela-sela acara makan mereka, Ryan dan cowok lainnya melakukan tantangan aneh yaitu meminum teh dicampur sambal

"This is for the brave man" katanya sambil mengacungkan gelasnya. Dan dengan tidak ragu, diteguklah gelas itu. Semua pada heran, namun pada akhirnya mereka tertawa karena Ryan kepedesan.

Pulangnya, mereka naik angkutan umum menuju stasiun. Di kota terdapat dua pintu masuk, yaitu Utara dan selatan.

Mereka berjalan dengan percaya diri menuju pintu masuk Selatan, menurut Ghia yang sok tau, semua pintu sama saja.

Ghia mengantri menuju loket untuk membeli 6 tiket untuk pulang. Menurut jadwal, kereta malam ini menuju stasiun Tulip dan Melati yaitu jam 6.40 sore. Jika mereka ketinggalan kereta itu, maka mereka harus naik kereta yang jam 8.30.

Namun ternyata setelah lama mengantri, dugaan Ghia salah.

"Maaf mba, kalau ke stasiun Tulip harus lewat pintu Utara. Pintu Selatan hanya dikhususkan untuk pembeli tiket VIP menuju luar kota"

Pemberitahuan itu membuat Ghia panik, sontak dia memberitahu kepada yang lainnya tentang hal tersebut.

"Lu sih, sok tau segala. Emang kereta jam berapa?" tanya Raka kepada Ghia

"Jam 6.40" jawab Ghia sekenanya

"Sekarang jam berapa?" tanya Tomy

Ghia pun melihat jam, "ANJIR KALIAN SEKARANG JAM 6.30!! 10 menit lagi kereta dateng!!!!" semua pun panik.

Awalnya mereka ingin menyebrangi rel saja untuk menuju pintu Utara, namun satpam disana melarang mereka.

Akhirnya mereka terpaksa harus lari-lari demi mencapai pintu Utara agar bisa pulang tanpa dimarahi orang tua.

"Hosh..Hosh.. Berenti dulu deh kalian. Capek nih" keluh Ghia sambil berhenti dan memegangi lututnya

"Woy kampret, kita udah dikejar waktu. Lari sih cepet" ucap Shinta.

Mereka pun akhirnya berlarian dan sampai di pintu Utara tepat pada waktu 6.35. Sialnya lagi, antrian itu melebihi 10 meter.

"Udah deh, mampus kita. Pulang-pulang jam 9 malem" ucap Tomy pasrah.

Namun, keberuntungan di pihak kita, Ghia berhasil menyelap-nyelip antrian sehingga mereka bisa membeli tiket hanya dalam waktu 2 menit. Dan tepat waktu 6.40 pun kereta datang.

Mereka memilih tempat yang nyaman danbterdapat AC. Mereka duduk sambil merasakan kelelahan.

Memories [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang