Kau bisa memimpin dan memerintah semua perusahaan mu, tapi sayangnya aku bukan perusahaanmu~ Hyejin
Dirimu tak bisa disamakan dengan saham, kau juga bukan gedung tinggi yang bisa aku jual dan beli, kau itu separuhku~ Lee Taeyong.
.
.
Gadis dengan rambut sebahu itu kembali menghentakkan kakinya di ruangan itu, menciptakan bunyi gemletak yang cukup keras. Ruangan luas dengan lantai pualam itu terlau lenggang. Lelaki dingin itu masih betah menahannya membusuk di sini.
"Yak.. Lee Taeyong kau benar-benar bosan hidup ya?" makinya di depan CCTV ruangan itu.
Menyedihkan, sudah 3 jam ia ada di ruangan ini, ruangan kerja milik Lelaki itu. Ruangan yang apapun sudah tersedia lengkap di sana dan juga makan malam milik gadis itu—yang masih belum ia sentuh sama sekali—. Ia muak ada di sini, keinginannya untuk menjauhi seorang Lee Taeyong benar-benar tidak bisa mulus sesuai rencana. Keinginannya untuk bisa menghidar dari seorang Lee Taeyong kandas sudah, lelaki itu selalu menginginkannya yang bahkan ia sendiri masih tak mengerti di mana titik menarik yang ada pada dirinya.
Cklek~
Pintu kayu mahoni gelep itu terbuka menampakkan lelaki dengan rambut itam dan kemeja putih yang ia gulung hingga sikunya. Sialan, bisakah seorang Lee Taeyong tidak menghamburkan ketampanannya di saat seperti ini? Dia benar-benar boros soal menghamburkan ketampanannya yang sangat tidak wajar.
Lelaki itu mendekati dirinya, menatapnya mengintimidasi. "Kenapa tidak kau makan?". Mata tajamnya sekilas melempar pendangan pada nampan kayu yang masih terletak tak berdaya di atas meja kerjanya. "Atau kau menungguku untuk menemanimu makan?"
Lee Taeyong dan mulut manisnya tidak bisa di pisahkan. "Aku ingin pulang Tae..."
Taeyong terdiam, melepas dasi merahnya dan melempar sembarangan. Sejenak membuat gadis itu mengepalkan tangan, setidaknya menahan dirinya sendiri untuk tidak berhambur ke pelukan lelaki itu. Ia begitu lemah di hadapan lelaki ini.
"Apa kau lupa kalau kau sudah ku tukar dengan uang besar untuk ayahmu?" Lelaki dengan tatapan membunuh itu menatapnya dari bawah ke atas.
Bukan keinginannya untuk menahan gadis itu lebih lama di sini. Setidaknya ini tempat yang menurutnya paling aman dari jangkauan siapapun, demi tuhan ia tidak akan membiarkan seorang pun melukai gadis di hadpannya ini. Ia akan dengan senang hati memotong leher siapapun yang melukai gadis ini barang semili pun.
"Aku tidak bisa Tae. Aku ingin pergi. Aku akan bekerja dan mengembalikan uangmu." Kalimat sama yang juga ia ucapkan di malam kemarin. Malam sebelum ia kabur dan di temukan lagi oleh taeyong di rumah makan terpelosok dengan lelaki yang bisa kapan pun ia patahkan lehernya.
"Hyejin, sayang..."Nafas kasarnya berhembus lirih. "Aku tidak ingin kau terluka. Aku tidak ingin bajingan brengsek itu menemukanmu lagi dan berrencana menjualmu pada lelaki kurang belaian di luar sana. Tubuhmu yang bagus ini terlalu berstandar tinggi untuk tangan-tangan kotor mereka, termasuk Bedebah yang entah kau masih menganggapnya ayah atau bukan."
Rasanya ia sudah sedikit terbisa mendengar Taeyong memanggil ayahnya dengan sebutan 'bajingan berengsek'. Sejujurnya lelaki di hadapannya ini baik luar bisa, rela membelinya dengan harga yang setara dengan satu hotel miliknya—yang bagi seorang Lee Taeyong itu bukan apa-apa— dan mengharapkan gadis itu tinggal bersama di rumahnya yang lebih layak untuk di sebut istana.
Usia Hyejin yang masih 24 tahun sudah merasakan banyak pahit kehidupan, mulai di tinggal mati oleh ibunya saat masih duduk di bangku sekolah dasar karena sang bunda di pukul ayahnya hingga menggalami gagar otak parah, memiliki ayah yang hobi bermain judi, dan bahkan kejadian satu minggu yang lalu saat ia dipaksa menggunakan baju super mini untuk menjajahkan dirinya di hadapan teman-temannya seperti sebuah barang lelang, dimana otaknya?
"Choi Hyejin, kau dengar aku?" melamun..
"Aku bisa tinggal dengan saudaraku di Busan..." suaranya terdengar sayu. Taeyong meremas rambutnya kasar, gadis keras kepala ini mengapa selalu menghindari dirinya?
"...Tetaplah di sini."
"Aku bukan barangmu Lee Taeyong..!" gadis itu berani menatap matanya tajam. Luar biasa, belum ada gadis manapun yang berani menatap matanya bahkan lebih dari sedetik.
Otak milik lelaki itu sudah mengepul, merasakan denyutan di sana-sini. Ia baru saja menerima laporan korupsi dana pembangunan pabrik, dan kini gadisnya meminta untuk kabur. Apa niat baiknya tak bernilai apa-apa baginya. Sungguh demi tuha, ia tak meminta uang atau imbalan apapun dari gadis di hapannya ini, ia hanya ingin Hyejin tinggal di sini, bersamanya.
Hening.
"..a-apa yang kau lakukan, Yong.." gadis itu beringsut saat Taeyong semakin mengikis jaraknya dengan gadis itu. Ia kalah, tatapan lelaki itu seketika membuat lumpuh lututnya. Pun kakinya tak bisa mundur. Ya tuhan! Pinggangnya di peluk lelaki itu, ada apa?
"uhh.." ..
~~~~~~TBC~~~~~~~
HOPE YOU LIKE IT GUYS ^_^
YOU ARE READING
Be Your CEO
Teen FictionApa yang tidak bisa di dapatkan seorang Lee Taeyong, seorang CEO besar dari bayak perusahaan besar? Dia dengan mudah mendapatkan dirimu, cintamu, hatimu, dan bahkan hidupmu..