.
.
Lelaki itu masih duduk tanpa raut berati di meja kantornya, sudah tiga bulan ini ia tak banyak berbicara. Hanya seketika memecat pegawainya tidak becus yang semakin membuat pening dirinya. Di tinggal oleh gadis itu sedikit demi sedikit menghilangkan sebagian neuron kewarasan otaknya. Lelaki itu benar-benar sudah menjadi lelaki tanpa rasa hangat, begitu dingin. Bahkan ruangan ayng ia masuki akan terrasa seperti di bawa 0 derajad selcius. Dia benar-benar seperti pengendali suhu sejak saat itu.
Tatapannya melayang kecil pada cermin di hadapannya sekarang. Pernah menemukan sepasang mata yang kehilangan pijarnya? Sekarang ia melihatnya di depannya.
Kepalanya semakin terrasa ingin meledak setiap mengingat apa yang terjadi tiga bulan kemarin, sebenarnya apa yang menjadi alasan Hyejin untuk meninggalkannya, semuanya masih terrasa mengambang setelah Hyejin mengatakan bahwa ia tak mencintai lelaki itu, semuanya terlalu klise.
Tangannya terangkat menentuh lembut layar smartphonenya. [Johnny-sii, masuk lah ke ruanganku sekarang.]
Dan sedetik kemudian lelaki jakung itu masuk dengan jas hitam seperti biasanya, tubuh tegaknya sejenak menghalangi pintu masuk ruangan taeyong.
"Ada apa Tuan Lee?"
"Cari informasi apa saja tentang Hyejin."
Lantas mengangguk dan menghilang di balik pintu, setidaknya ia harus menunggu kabar dari lelaki Chicago itu. Dan cepat atau lambat gadisnya akan kembali pada dirinya.
[from : Seo Youngho
Tidak ada informasi lain selain yang bisa aku berikan setelah sebulan lalu kau memintaku untuk mencari informasi lagi. Hyejin tak dapat di lacak]
Sial! Menunggu hingga satu jam informasi macam apa yang ia dapat. Rasanya ia ingin membanting handphonenya untuk yang ke tiga kali.
[from : Seo Youngho
Bulan lalu ia bertemu Dokter Syaraf Jung Jaehyun di Seoul Bycongwon International]
Jaehyun? Ada urusan apa bertemu dengan kekasih adiknya. Apa dia sakit. Fikirannya sudah melayang entah kemana menyatakan banyak presepsi dari benaknya yang semakin membuatnya gila. Lelaki itu dengan cepat mengambil mantelnya dan konci mobil hitam miliknya, berusaha melesat secepat mungkin untuk bertemu seorang Profesor Kepala bagian kedokteran defisi Syaraf taraf internasional seperti Jung Jaehyun, doakan saja semoga lelaki itu tidak ada di Jerman.
[To : NakaYuta
Jaga kantor pusat sekarang, aku sedang ada urusan.]
.
.
.
"Maaf tuan, apa anda sudah membuat janji dengan Tuan Jung?"
Rasany ia ingin membalik meja resepsionist di hadapannya. Apa ketentuan rumah sakit sama menjengkelkannya dengan mulut Yuta sekarang?
"Ya!! Nona, Jaehyun itu calon adik iparku. Jadi izinkan aku masuk..!" Lelaki itu berkata dengan cukup keras, membuatnya mudah menjadi pusat perhatian sekarang. Dan mungkin setelah ini adik perempuannya akan melarang Taeyong untuk ke rumah sakit kalau membuat onar dan membawa-bawa nama kekasihnya.
Wanita itu dengan bergetar masih berusaha menghalanginya. "Baik, silahkan tunggu satu jam lagi, dokter Jung masih memimpin operasi sekarang."
Taeyong duduk dengan limbung di sofa empuk ruang tunggu. Sebenarnya apa yang tejadi pada Hyejin hingga mendatangi seorang Jung Jaehyunyang notabenya sebagai dokter ahli syara. Satu-satunya masalah syaraf yang di miliki seorang Choi Hyejin adalah kegilaannya untuk pergi dan meninggalkan seorang Lee Taeyong, bukankah itu sudah benar-benar gila.
"Ah Hyung.." Dan tatapannya melayang pada lelaki yang menghampiri dirinya. "waegeure?"
Tanyanya singkat, memang hal aneh melihat seorang Lee Taeyong ada di sini dan bahkan rela menunggunya hingga dua jam untuk selesai operasi. Taeyong bukan tipe seorang yang suka menghamburkan waktunya yang berharga untuk masalah remeh, ini pasti bersangkutan dengan masalah yang cukup penting.
Taeyong menatapnya, baju berwarna biru masih melekat di rubuhnya, aroma anyir darah masih menguar menggangu indra panciumannya, dan ia yakin bercak merah gelap di ujung mata lelaki itu adalah bekas darah. Benar-benar sosok dokter.
"Ahh maaf, aku belum sempat mandi, asisten dokter bilang aku di tunggu calon kakak iparku. Hahaha.."
Taeyong sedikit mengernyit dan tersenyum. "Gwenchana.. sebenranya ada banyak yang ingin ku tanyakan.."
Jaehyun menyilangkan tangannya, sepertinya ini masalah serius. "Naik ke ruangan ku saja."
Dokter muda itu melepas baju bekas operasi berwarna biru yang tadi masih melekat di badannya dan membuangnya, menyisakan baju hijau berbahan dingin. Jaehyun duduk di sofa Coklat di ruangannya setelah memepersilahkan Taeyong duduk di sana pula.
Jaehyun sejenak menelfon seorang office boy untuk membawakan segelas americano.
"Jadi.. ada angin apa yang membawa hyung ke mari?" Jaehyun membenarkan letak duduknya.
Taeyong menatapnya sayu, terlihat jelas bagaimana banyak fikiran yang memenuhi otaknya. Suntai nafas panajang keluar lepas. "Apa benar, Hyejin pernah menemuimu?" Taeyong menatapnya ragu. "Satu bulan lalu..?"
Jaehyun sejenak terbelak, kejadian satu bulan lalu seperti memori klise yang terputar secara beruntun di kepalanya. Ia masih ingat betul saat Hyejin datang dengan wajah pucat pasi seorang diri sambil mendatanginya. Dan setelah itu, seperti sebuah sembilu ucapan Jaehyun melayang menikam hidup seorang Hyejin.
Bukan keinginan Jaehyun, tapi memang sudah prosedur.
"Jujurlah Jaehyun.." taeyong semakin mendesaknya.
Haruskah berbicara jujur. Ia sudah berjanji untuk tak membicarakan masalah ini pada siapapun termasuk kekasihnya sendiri, pengecualian untuk Doyoung yang notabenya adalah mantan kekasih sekaligus kakak tidak langsung milik Hyejin yang ia beritahu dengan hujan air mata di pipinya.
".. Hyung.." Suaranya sedikit tercekat. "Apa kau benar-benar mencintainya?"
Taeyong mengernyitkan dahinya, ada acara apa tiba-tiba Jaehyun menanyakan hal ini? Bukankah sudah benar-benar jelas jawabannya mengapa ia rela menghabiskan jam kerjanya selama 3 jam untuk menunggunya selesai operasi demi mendapat kepastian dari rasa ingin tahunya, dan rela menunggu dan mencari apa penyebah hyejin pergi darinya selama satu bulan belakangan ini.
"..sangat.." terdengar yakin tanpa sepercik keraguan di dalamnya.
Jaehyun menghembuskan nafas pasrah , seolah ia akan meluruskan semua hal di sini.
"... setelah ku beri tahu, apapun yang terjadi. Tetaplah mencintai Hyejin sebagaimana mestinya .." Jaehyun terdengar begitu serius, membautnya semakin ingin memaksa Jaehyun mengatakannya dengan cepat. Sebenarnya basa basi macam apa yang di inginkan Jaehyun?
Taeyong semakin meraasa ada yang tidak beres di sini. Jantungnya bergemuruh, bagaimanapun juga ia maasi berusaha untuk menguatkan hatinya untuk kemungkinan macam apapun juga, ia sudah benar-benar terlanjur mencintai gadis itu.
"Dia.." Jaehyun menghembuskan nafas keras-keras.. "Tidak ingin menyakitimu nantinya."
Kening taeyong sekarang benar-benar mengkerut, ekspresi penuh pertanyaan mencuat jelas di sana, menyakitinya? Apa kah meninggalkannya juga tidak menyakitinya?
"Bisakah berbicara langsung?" taeyong benar-benar tidak sabaran.
"Dia pernah terkena infeksi virus Human Papilloma..."
.
.
.
~~~~~~~~~~TBC~~~~~~~~
sorry for long update T^T *bow*
aku menikmati waktu liburan T^T maafkan T^T *bow*
please give me more support T^T
YOU ARE READING
Be Your CEO
Teen FictionApa yang tidak bisa di dapatkan seorang Lee Taeyong, seorang CEO besar dari bayak perusahaan besar? Dia dengan mudah mendapatkan dirimu, cintamu, hatimu, dan bahkan hidupmu..