13. Maaf

3.9K 428 66
                                    

  Typo bilang, ya!
  ♣️♣️♣️

Sebuah ruangan yang tidak terlalu sempit, sedari tadi diisi dengan suara teriakan heboh. Dua laki-laki tengah bermain play station dengan serunya. Ralat, hanya satu laki-laki saja yang heboh, lelaki yang menjadi musuh dalam permainan itu terlihat kalem. Terdapat satu orang remaja laki-laki yang duduk anteng di atas sofa dengan sebuah buku tebal yang sedang ia baca dengan ditemani satu buah snack lays.

"Curang banget lo, Ga." Adnan mendesis sambil melempar stick ps ke atas bantal yang berada di depannya. Cowok itu menoleh dengan kesal ke arah Raga yang tertawa menyombongkan diri.

Raga memeletkan lidahnya, lalu beranjak menuju kulkas yang terdapat di sudut ruangan.

Diambilnya dua buah botol coca cola, kemudian kembali duduk di sebelah Adnan sambil melempar satu botol coca cola kepada Adnan.

"Terima aja kali kalo gue memang lebih jago dari lo," ucap Raga setelah meneguk sedikit minuman bersoda tersebut.

Adnan mendengus, lalu membuka tutup botol coca cola yang ia tangkap dari lemparan Raga, kemudian mencicipi minuman tersebut.

"Wohooo! Udah lama, Boys?" Leon datang sambil menggandeng seorang cewek yang terlihat tidak asing di mata ketiga cowok yang sedari tadi memang menunggu kehadiran cowok yang dijuluki Tukang Ngaret itu.

Raga melotot kesal pada Leon, "napa lo bawa dia? Kan udah gue bilang, jangan bawa cewek ke basecamp, Tolol."

Leon tertawa, kemudian menyuruh cewek yang ia bawa untuk duduk di atas sofa bersama Rassya.

"Males gue nganter Gracia dulu, jadi gue bawa aja, maklum, kecapean gue," Leon meraih sirup yang terletak di atas meja dekat sofa. Rassya melempar bantal sofa ke arah Leon karena telah seenak jidatnya meminum minumannya.

"Parah lo. Inget Mala kali, Yon. Ubah deh sifat lo yang itu. Lo ngerusak masa depan anak orang tau, nggak?" Adnan menyuarakan ketidaksukaannya atas sifat sahabatnya yang satu itu.

Leon lagi-lagi tertawa, lalu menjatuhkan bokongnya di atas sofa, tepat duduk di sebelah cewek bernama Gracia, dengan merangkul bahu cewek itu.

"Adnanku, kalau mau ceramah jangan di sini, ya. Lagian Mala aja yang bego, udah tau gue gini, masih mau aja dia. Diputusin malah nangis, yaudah." Leon berujar santai sambil mencuri kecupan di pipi Gracia.

Adnan mengembuskan napas pelan-pelan. "Kenapa sih suka mainin perasaan cewek? Ini bukan timezone, yang bisa seenaknya dimainin," tutur Adnan, "tapi yaudahlah kalau gitu, gue nggak mau ikut campur."

Leon menyeringai, "ya, lo urus aja diri lo dengan baik. Nggak usah urus orang lain, udah ngaca belum kalau lo itu lebih baik dari gue? Kita tuh sama, sama-sama bangsat."

Merasa gerah, Raga membuka suara. "Yon, mending lo bawa deh cewek lo. Sejujurnya, gue jijik lihatnya. Sekali lagi gue kasih tau, jangan pernah bawa cewek ke sini."

Mendengus kesal, Leon beranjak menarik Gracia untuk ikut keluar bersamanya. "Gue balik," ucapnya, lalu keluar dari basecamp.

Adnan bangkit, meraih kunci motornya.

"Mau kemana lo?" tanya Raga setengah berteriak.

Adnan menoleh saat berada telat di depan pintu, tanpa menoleh Adnan menjawab, "rumah doi." Lalu keluar.

Raga berdecak, lalu bangkit melangkah menuju Rassya.

"Yang satu sibuk sama pacar-pacarnya, yang satu juga sibuk sama doi, yang satu lagi sibuk sama buku-buku membosankannya. Nggak seru semua kalian! Please, ini libur kali! Mending lo santai, Sya, buku teruuuusss!!!"

Shoplifting HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang