Rena memeluk beberapa buku tebal sambil berjalan keluar dari perpus. Waktu istirahat kedua ia habiskan di dalam perpus, karena sekarang Rena sedang berhalangan untuk menunaikan ibadah. Ia sudah melirik ke arah jam putih yang melingkar di pergelangan tangannya, menunjukan pukul 12.50, artinya sepuluh menit lagi bel akan berbunyi.
Beberapa murid yang mengenal Rena menyapanya dengan hangat, Rena pun dengan ramah menyambut. Banyak siswi yang berkerumun di koridor sekolah, sudah dapat ditebak, pasti itu gerombolan cewek tukang gosip.
"Banyak banget?" Suara berat dan serak itu masuk ke dalam indra pendengaran Rena. Ditambah dengan parfum yang menusuk penciumannya, Rena sudah dapat menebak siapa pemilik suara tersebut.
Rena menoleh, mendapati Raga yang berjalan sejajar badannya. Wajah cowok itu terlihat segar. Rambut tebalnya basah. Kini Rena percaya, bahwa seorang cowok akan terlihat berkali-kali lebih tampan setelah wajahnya terkena air wudhu sehabis ibadah.
Rena berdeham. Sedikit mengurangi rasa gugup yang kini mulai menyelimuti. "Mmm... kan buat nanti. Sekalian buat gue belajar juga." Jawaban atas pertanyaan Raga yang sempat tertunda beberapa saat lalu.
Cowok itu mengangguk, tidak lama Raga merebut lima buku yang berada dalam pelukan Rena. Buku-buku tersebut berpindah tangan, Raga dengan cueknya membawa buku itu tanpa memerdulikkan tatapan kaget dan pekikan kecil dari Rena akibat gerakannya yang tiba-tiba saja merebut.
"Eh, apa-apaan?!"
Raga tetap tidak peduli, sampai di kelas, cowok itu segera meletakan buku-buku itu di atas meja Rena. Kemudian, ia duduk di kursi Rena sambil menopang dagu menghadap Rena yang kini berdiri di samping meja.
Kelas mulai ramai. Rena sedikit melirik ke arah belakang, menemukan Adnan yang kini menatapnya dengan raut wajah bingung sekaligus marah. Cepat-cepat Rena mengalihkan tatapannya.
"Minggir, Ga." Rena merendahkan suara. Namun, Rena yakin Raga masih bisa mendengar suara itu.
"Kalau gue nggak mau, gimana?"
Rena menghela napas kesal. Ia melirik ke arah teman-teman kelasnya yang kini sedang curi-curi pandang ke arah mereka. Rena tidak mau adalagi gosip baru yang mengatainya buruk. Desas-desus kedekatannya dengan Raga sudah menjadi topik di SMA GARUDA. Meski, ia terlihat tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang, tapi sebenarnya ia cukup sakit hati.
"Gue mau duduk," ucapnya dengan nada pelan dan memelas.
Raga memandang sekitar, kemudian cowok itu mendengus, dan beranjak meninggalkan Rena menuju mejanya. Sepertinya, ia tahu apa yang ada di dalam kepala Rena.
♣️♣️♣️
Seperti yang telan dijanjikan, mereka berdua kini berada di sebuah saung. Pilihan tempat ini jatuh pada Rena. Rena memilih tempat ini karena suasana di sini sangat nyaman. Banyak pepohonan tinggi menjulang di sekitar tempat makan ini. Dan sebuah danau buatan berada di tengah-tengah.
Rena mengeluarkan buku-buku yang ia bawa dari dalam tas. Kemudian membuka salah satu buku, yang pada bagian ujungnya sudah ia lipat.
Kemudian, ia mengeluarkan sebuah buku tulis tebal dari dalam tas dan mendorong ke tengah meja ke arah Raga yang kini memandangnya dengan sedikit heran.
"Gue udah nyatat materi buat UH. Lo bisa pelajari di sini. Kalo ada yang nggak lo paham, langsung tanya." Rena menepuk-nepuk buku tulis itu, kemudian mengulas senyum ke arah Raga.
Cowok itu mengangguk, membuka lembaran-lembaran buku tersebut. Rasa pening dan sakit di mata langsung menerpa saat melihat beberapa huruf dan angka yang Rena tulis dengan apik. Tidak ada satupun yang ia mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoplifting Heart
Teen Fiction|COMPLETED| Alvero Ragandra Ghiffari. Cowok yang dikenal sebagai biang onar SMA Garuda. Balapan, mengusili teman-teman sekolahnya, sudah menjadi hobi cowok nakal itu. Carrissa Agatha Renafa, teman satu kelasnya, juga termasuk salah satu korban keja...