Lima - Arka

89 20 2
                                    

Setelah dhuhur, aku bersiap menuju Kedai Pelangi bersama Filis. Walaupun hari kemarin diary ku sedih. Melihat Aldi yang sudah berubah, melihat cintaku dengannya sudah hilang, tetapi aku akan tetap melakukan hal – hal yang biasa aku lakukan di kedai itu.

Akan tetap menulis cerita – cerita yang belum jadi sepenuhnya. Hanya, rasanya sudah berbeda. Sedikit lebih hampa. Meski mungkin, di kedai itu akan membuatku selalu ingat kepadanya.

[ Dulu aku menulis cerita - cerita seperti ini bersamamu. Kita sering menghabiskan waktu bersama hanya saling bertatapan. Segala penatku seolah menemukan obatnya saat kita bertemu. Namun, kini sudah berbeda. ]

***

"Some people want it all, but I don't want nothing at all. If it ain't you baby, if I ain't got you baby...." lagu dari Alicia Keys itu terdengar keras siang ini. Selang beberapa menit Filis datang. Menggendong tas berisi laptop kesanyangannya.

"Pesan apa mbak?" seorang waitress kedai menghampiri kami.

"Iced cappucino dua ya mbak?" Filis menjawab setelah aku menunjuk menu.

Desah suara air conditioner terdengar. Lima menit kemudian pesanan kami datang. Lelehan iced mengembun di luar gelas dan segera membasahi meja.

Filis membuka laptopnya, mulai bercerita panjang lebar. Mengenai kisahnya bersama teman satu SMA kami yang sekarang baru menyukainya. Sambil memandang jalanan kota dari bagian depan kedai yang sepenuhnya kaca.

Tak lama setelah itu...

Aku melihat seorang laki – laki yang tak asing. Memakai kaos hitam lengan pendek bertuliskan "Jogja", bergambar tugu warna putih yang simple tapi keren, bercelana jeans, rambutnya bergaya ala salah satu personil one direction, kulitnya bisa dibilang putih dan memakai jam tangan hitam di tangan kirinya.

Aku menoleh ke Filis. Memberitahu sesuatu. Filis juga segera menengok ke arah laki - laki itu.

Laki – laki itu duduk di bangku sebelah kami. Aku mencuri pandang. Memandang matanya yang bening. Sungguh mempesona.

Tidak salah, tidaklah bukan dia adalah mahasiswa baru yang aku tabrak saat hari pertama masuk. Kali ini aku benar – benar bertemu dengannya. Aku salah tingkah! Setengah panik. Malu sekali kalau mengingat waktu itu. Ah, sungguh memalukan.

Setengah menit berlalu. Tiba – tiba dia menoleh ke arah kami. Oh tidak, sepertinya dia masih mengenaliku.

"Hai," aku gugup setengah mati. Dia menyapaku. Benar – benar masih mengingat orang yang menabraknya. Aku hanya membalas dengan senyuman. Bingung. Kemudian dia menghampiri meja kami. Tidak kusangka. Ramah sekali dirinya. Kalian bisa membantu menilai.

"Kamu anak FMIPA yang waktu ospek—" aku buru – buru menjawab "iya" sebelum dia menghabiskan kata – katanya.

"Kenalin aku Arka," sambil mengulurkan tangan.

Aku berpikir setengah menit. Oh mungkin kurang dari itu. Tidak, aku gugup sekali. Tatapannya begitu indah.

"Aku Rika," balasku singkat. Dia segera kembali ke tempat duduknya. Pesanannya jga sudah datang.

Filis sibuk menge- scroll up, scroll down mouse laptopnya. Tidak membantuku sama sekali. Padahal aku sangat gugup. Huft.

"Rik, dia keren banget sih," Filis menyeletuk pelan. Aku tidak menjawabnya. Tanganku masih gemeteran. Pasti batin cowok itu 'tangannya adem banget sih'. Ah, lupakan.

Setelah Filis lelah mengotak atik sosmed nya dan iced cappucino kami sudah habis, kami memutuskan segera pulang. Entah apa yang dilakukan Arka setelah itu. Kelihatannya dia sedang menunggu. Tapi, entahlah. Aku belum ingin berpikir jauh tentangnya.


Bagaimana kisah Rika dan Arka selanjutnya? Apa mungkin Arka akan menggantikan Aldi?

Diary Akhir PekanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang