Ya, kita punya hati dan logika yang keduanya seringkali tak sama. Tapi kalau dipikir, logika tanpa hati juga akan berantakan. Hanya mendengarkan hati tanpa logika pun juga begitu. Sebenarnya tidak banyak yang saya tahu. Mmm, intinya saya bingung mau ngomong gimana. – Rika
***
Mengawali hari pertama kuliahku setelah libur panjang, aku memilih kemeja berwarna biru, celana jeans, dengan flat shoes baru. Semoga hari ini menjadi awal yang menyenangkan untuk ke depannya, batinku. Aku bangun pagi-pagi sekali, mandi lama-lama, duduk di toilet lama-lama, sikat gigi lama-lama, ah kelamaan.
Hari ini cerah, walau sedikit agak mendung. Cukup menarik di hari Senin yang sering dikatakan horor.
Sekitar pukul tujuh kurang tiga menit aku telah sampai di kampus. Datang ke kelas dengan berusaha menyapa teman-teman kampus dengan senyuman paling tulus. Tidak lupa basa-basi menanyakan kabar. Jawabannya pun sama. Baik-baik saja. Oh, ternyata Filis lebih rajin dariku pagi ini.
"Rikakkk, gimana? Kamu nanti datang kan? Aku temenin deh" ucap Filis yang langsung bicara seenaknya.
"Nggak" aku memilih tak menanggapi gubrisannya.
"Oh. Rik, pinjem handphone bentar. Buat ngaca"
Aku langsung mencari tempat duduk. Kebetulan bangku samping kanan Filis masih kosong. Dan aku juga tidak ingin lagi memikirkan pertanyaan dari Filis.
20 menit kemudian....
"Nih Rik handphonenya, makasih"
"Oke"
"Pa apaan nih! Kamu ngehack hp ku ya?!" aku kaget setelah membuka chat di whatsaap
"Apa? Nggak denger"
"KAMU NGE-HACK YA?!"
"Apa sih Rik? Gimana?"
"LO PAKE HEADSET BEGO." Untung saja dosennya baru keluar.
"Eh, iya maaf. Kamu harus dateng Rik. Harusnya kamu ikut seneng kalau Aldi seneng"
Bukan itu. Masalahnya, Aldi bukanlah siapa-siapaku lagi. Hanya teman. Mungkin kalau aku tidak datang sore nanti, tidak ada pengaruhnya apapun di hari spesialnya. Malah aku takut mengacaukan. Aku juga takut tak bisa menahan air mataku jatuh melihat dia bahagia tanpaku.
"Filis, harusnya kamu harus dengerin alasanku dulu. Kalau kamu udah chat Aldi aku dateng, yaudah deh. TERPAKSA aku dateng nanti"
"Yang penting dateng, ada hal yang harus kamu tahu."
"Apa Lis?"
"Biar orang itu langsung yang menjelaskannya nanti."
"Tapi kamu nanti ikut kan?"
"Iya, sama Alif."
***
Setelah pembicaraan itu, kami menjalani hari di kampus seperti biasanya. Ya, seperti yang aku katakan tadi. Nanti sore aku terpaksa datang ke acara ulang tahunnya Aldi. Semoga yang aku takutkan tidak terlalu menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Akhir Pekan
Fiksi RemajaKarena pada nyatanya yang kelihatan suka belum tentu suka, yang menarik belum tentu asik, dan yang asik belum tentu baik. Ini kisah seorang remaja yang berperang melawan takdir cintanya. Apa sebabnya?