Kota ini amat elok di segala sudut. Begitu indah saat mentari muncul dari cakrawala. Segala aktivitas dan rutinitas akan segera dimulai. Kota ini tidak kecil dan tidak juga besar.
Walaupun sudah banyak gedung - gedung tinggi di pusat kota, tetapi masih banyak juga tanah yang dipenuhi oleh persawahan. Ya, pedesaan. Oh, aku tadi menyebut kota? Lebih tepatnya daerah istimewa.
Ketika pagi mulai meninggi, pematang sawah sudah mulai dipenuhi petani. Caping (topi dari ilalang), pundak di cangkul eh kebalik. Maksudnya cangkul di pundak hehe, dan membawa bekal ketela rebus. Anak - anaknya dirumah mulai bersiap untuk sekolah. Menggosok gigi kilat, mandi kilat, memakai sepatu kilat. Kebanyakan kilatnya ya hehe ... karena lupa mengerjakan PR dan bersiap mencontek teman lebih awal.
Berbeda di pusat kota. Persawahan sudah tak nampak lagi. Penuh dengan tempat wisata. Tempat perbelanjaan. Tak ada petani yang bersiap ke sawah atau ladang, tetapi pekerja kantor yang nikmat menyeduh kopi, sudah siap dengan kemeja dan rambut klimis. Dan tidak lupa berpamitan dengan anak istrinya sebelum berangkat.
Hari indah kembali datang. Liburan tengah semester selama dua minggu kali ini aku memilih pulang ke kampung halaman. Tak begitu jauh dari pusat kota. Jika ditempuh menggunakan bus umum sekitar satu setengah jam kalau tidak macet. Makanan khas dari daerahku adalah buah salak. Nah, kalian sudah tahu kan sekarang?
Selarik cahaya matahari yang menerobos jendela ikut membangunku. Ibu sudah membereskan tempat tidur. Melipat selimut yang kupakai semalam. Tak ada salahnya kan jika aku bermanja-manja saat pulang?
"Rik, bangun. Sudah subuh"
"Hm" mataku belum bisa sepenuhnya terbuka. Masih lelah sekali rasanya.
"Rik, bangun" ibu menarik-narik kaosku berharap aku segera beranjak dari tempat tidur.
Jam menunjukkan pukul lima lebih sepuluh menit. Aku beranjak bangun, melaksanakan kewajiban, dan selanjutnya menunggu intruksi ibu harus ngapain. Kalau nggak disuruh ya milih tidur lagi.
From: Filis
Hai Rik, gimana udah sampai rumah?
Filis mengirimkan pesan itu dari semalam, tapi aku baru membukanya pagi ini.
To: Filis
Udah. Baik-baik ya disitu. Awas, belakangmu manusia bukan?haha
Filis emang takut yang gitu-gituan. Kasian juga sih liburan kali ini aku nggak bisa nemenin dia hangout. Setelah sarapan pagi ini, ibu memberiku banyak intruksi
"Rik, tolong halamannya nanti disapu"
"Nggih bu"
"Rik, kamu setrika ya bajunya"
"Rik, piringnya kamu yang cuci"
"Rik, buatkan bapak kopi"
"Rik, beli sayur sana"
"Rik, stop global warming!----
EBUSETDAH BU, -
seharian udah puyeng nih. Ya tapi aku akan melaksanakan dengan senang hati, tapi kalau yang terakhir aku nggak jamin.
***
Satu, dua, tiga hari terlampaui dengan rutinitas yang sama tapi aku sama sekali tak bosan. Hari keempat,
"Selamat ulang tahun kami ucapkan,"
"Selamat panjang umur kita kan doakan-" nyanyian itu terdengar dari ibu dan bapak saat aku bangun tidur. Ya ampun, aku sendiri lupa dengan hari kelahiranku. Desember. Trimakasih ya Tuhan. Hari ini pasti akan sangat menyenangkan, gumamku dalam hati. Aku terharu dan meniup lilin diatas kue blackforest favoritku dengan cepat.
"Rik, nanti masak yang enak ya"
"Rika nanti mau berantas korupsi bu-
"Haha, enggak deh. Nanti ibu masak spesial buat kamu"
"Nah gitu dong bu hihi"
Handphone ku berdering berkali-kali. Alhamdulillah, banyak doa dari teman-teman untukku hari ini. Aamiin, batinku.
***
Siang datang menjelang. Kami makan siang bersama di rumah. Seperti janji ibu tadi pagi, ibu membuat masakan spesial lengkap. Ada soto, tempe goreng, sambal tomat pedas, dan minumnya es buah. Kalian mau mencicipinya?
Langit mulai petang. Matahari sempurna tenggelam di horizon cakrawala terlihat amat elok. Kali ini tak ada gedung yang mengganggu soreku. Pematang sawah yang hijau, seperti turut bahagia dengan hari ini. Hari indah tak terasa berlalu begitu cepat. Dan tak kan pernah kulupakan.
***
Hari indah kembali datang. Aku masih memilih di kampung halaman. Rencananya besok baru kembali ke kota. Aku akan melakukan rutinitas seperti biasanya. Hanya saja, karena ini hari terakhir sebelum nge-kos lagi, aku sempatkan berkunjung ke rumah pakdhe, budhe yang serumah dengan bupuh dan pakpuh dari bapak.
Setelah aku selesai bersih-bersih di rumah, aku pamit untuk ke rumah pakdhe. Naik bus umum.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, alhamdulillah sudah sampai Ndhuk" sambut Bupuh yang kebetulan baru istirahat di teras depan rumah.
"Bupuh, sehat kan Puh?
"Alhamdulillah Ndhuk"
Ada beberapa hal yang belum aku ceritakan, dulu dari aku kecil sampai masuk SMP, bupuh dan pakpuh tinggal bersama ibu dan bapak, tapi setelah aku SMA, mereka ingin tinggal dengan budhe pakdhe. Waktu masih kecil, Pakpuh selalu mendongeng sebelum aku tidur.
Sampai sekarang beberapa judul dongeng Pakpuh aku masih ingat. Harimau ngundhuh layangan (harimau mengunduh layang-layang eh maksudnya main atau nangkep layangan gitu mmm intinya aku bingung ngartiinnya), Kancil nyolong timun (Kancil mencuri ketimun), dan banyak lagi.
Berbeda dengan bupuh dan pakpuh dari bapak, bupuh dan pakpuhku dari ibu sudah tiada saat aku masih kecil. Pakpuh dari ibuku seorang veteran dan bupuh seorang pegawai di BI.
"Rika, sudah sampai tho, ayo masuk" sambut Budhe yang baru saja keluar
Aku pun masuk kemudian bertemu dengan Pakdhe dan Pakpuh. Sungguh kehangatan keluarga sangat terasa di sini. Rasanya aku ingin berlama-lama. Tapi ya gimana, aku besok harus segera kembali ke kota melanjutkan tugasku.
Hari mulai sore, aku bergegas minta pamit. Kalau terlalu sore, bisa-bisa sampai rumah malam.
"Assalamu'alaikum Pakdhe, Budhe, Puh"
"Wa'alaikumsalam"
Sampai di rumah aku packing untuk besok. Rencananya aku akan berangkat subuh, biar nggak terlalu rame. Rasanya liburan kali ini benar-benar istimewa di kota istimewa.
***
Santai Bray, Rika nya baru selesai liburan ehe, tunggu kelanjutan liburannya eh maksudnya kelanjutan ceritanya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Akhir Pekan
Novela JuvenilKarena pada nyatanya yang kelihatan suka belum tentu suka, yang menarik belum tentu asik, dan yang asik belum tentu baik. Ini kisah seorang remaja yang berperang melawan takdir cintanya. Apa sebabnya?