Prolog

114 22 1
                                    

"Terima gue, dan lo bakal jadi ratu di sekolah ini." Ucap Divran

Siswa yang ditakutkan oleh seluruh makhluk yang bersekolah di sekolah milik kakek buyut-buyut-buyutnya. sekolah ini di beri hak milik secara turun temurun dan divran adalah turunan ke 6, otomatis dia memiliki hak atas SMA harapan putra bangsa ini.

Kejadian tembak menembak oleh -cicit dari pemilik sekolah itu- adalah merupakan kejadian yang sudah tidak asing lagi. Bahkan mungkin telah menjadi tradisi setiap bulan. Guru-guru yang melewati koridor atau yang mendengar berita ini sama sekali tidak berani berkutik.

"Lo nembak gue?" Tanya maudi sinis.

Seluruh siswa yang kebetulan sedang menyaksikan itu pastinya tertawa karena maudi yang tidak peka atas divran

"Mau sampai kapan lo mainin cewek div? Cukup, dan lo adek kelas jangan mau sama dia."

Oh, orang yang barusan mencegah itu adalah arthur. Famous sih, tapi bukan siapa-siapa di sekolah ini.

Seluruh pasang mata menatap arthur tak percaya. Sementara maudi menatap sinis ke arah arthur -cowok asing yang sok tenar-.

"Denger ya kak divran, sampe ayam jenggotan gue gak bakal mau jadi pacar lo, dan lo kak arthur gak usah sok ngajarin gue karena tanpa lo suruh gue tetep nolak kak divran." Sontak maudi melenggang pergi dari tempat 'sialan' itu.

Untuk apa dia rela berdiri di lapangan dan di bawah terik matahari hanya karena sedang ditembak seorang cowok?

Bukan maudi sekali.

Dan hari ini untuk yang pertama kali divran ditolak kasar oleh seorang cewek. Maudi afryale tanganda, cewek yang beberapa hari kebelakang ini ia jadikan target.

Namun, tidak berhasil.

Ia masih mematung dan meramas pundak tangan hingga jari-jarinya memutih.

"Arthur,ngapain lo cegah gue? Bukannya lo udah bilang gak mau peduliin gue?" Ia berhenti mematung dan berjalan mendekati arthur.

"Gue cuman lindungin dia." Jawab arthur datar.

"Lo gak berhak-"

"Jelas gue berhak buat mencegah lo untuk berhenti menyakiti cewek lagi, mereka bukan boneka yang bisa lo main-mainin." Jelas arthur panjang lebar.

Arthur tidak melindungi maudi, tapi hanya berniat memberhentikan divran sebelum ia menyakiti lebih banyak cewek lagi.

"Stop sok nasehatin gue. Karena dengan gaya lo itu gue gak akan pernah lupa kalo lo itu perebut, perusak, penghancur hubungan gue." Sinis divran lalu melenggang pergi.

Arthur hanya menghela nafas pelan dan berlalu dari lapangan.

Harusnya kesalah pahaman itu diselesaikan dengan cara baik-baik, tapi waktu itu divran mengikuti egonya dan memilih mengeluarkan arthur dari gengnya. Kedua teman yang lain (edo-jodi) tidak berani berbuat apa apa dan hanya mengikuti kemana arus pikiran divran mengalir.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang