Part 13

49 10 8
                                    

Dia bakal cinta sama gue, dan gue berhasil taklukan dia.

-Divranzmarvellino

***

Plak

"Lo tuh harusnya tahu diri, Divran gak punya rasa apa-apa ke elo. Cupu"

Plak. Tamparan kedua mendarat mulus di pipi maudi, tamparan yang ia tak mengerti apa sebabnya.

Divran mematung. Ada rasa tidak suka yang muncul melihat maudi ditampar seperti itu. Bukan hanya itu, dia gregetan dengan dara yang selalu saja mengganggu kehidupannya.

Punggung tangannya ia ramas hingga memutih. Rasanya ia ingin sekali mengakhiri hidup tiga cewek yang mengelilingi maudi di tengah perpustakaan sana.

"Dara!" Bentaknya.

Seluruh pasang mata tertuju ke arah pintu. Tepatnya, divran.

"Di-divran." Emosi dara terkuras melihat divran. Ada sedikit rasa takut diantara emosinya melihat sosok divran yang pucat pasih disana.

Sigap, divran menghampiri Dara, Sacha dan Tyas, yang sedang mengapit maudi. Spontan, dia menarik tangan Dara sekuat tenaga, hitung-hitung melampiaskan kekesalan.

"Aww. Sakit div." dara meringis, sambil menyeimbangkan langkahnya akibat tangan divran yang terlalu kuat menggenggam.

"Sakitan mana sama tamparan lo tadi? Lo bego apa gimana sih? Ngapain lo nampar orang yang sama skali gak kenal lo?"

Dara diam.

Divran menunjuk ke arah maudi lalu berkata "Lo teriak kayak tadi, sekarang. Gue mau denger!" Katanya menahan emosi.

"Eng-engga div, gu-gue-"

"Karena gue deket sama maudi jadi lo nekat nampar dia?" Divran menyapu permukaan wajahnya lalu berkacak pinggang. "Basi. Mau lo apa sih sebenernya." Tegas divran, dengan tekanan emosi disetiap kata.

"Ohh jadi apa yang diberitain di sekolah belakangan ini bener?" sacha menyilang tangannya ke depan dada dengan satu alisnya yang terangkat.

"Divran. Lo tuh harusnya sadar. Siapa yang lebih tau lo? Dara atau anak yang entah dari mana asalnya ini." Tyas menunjuk maudi.

"Lo berdua, kalo masih mau sekolah disini, diem." Tegas divran.

Sacha dan tyas membungkam.

Dara mengambil tangan divran dan menggenggamnya diantara jarak mereka "Udahlah div. Cuman gue yang pantes buat lo. Dia siapa? Cuman adek kelas bego yang gak tau apa2 tentang lo." Kata maudi percaya diri.

Divran menghempas tangannya agar terlepas dari dara "Lo kalo bukan cewek udah gue bonyokin tai."

"Lo bonyokin gue, dan gue dapetin cinta lo. Deal?" Tangannya ditawarkan ke arah divran.

Divran menatap dara dengan emosi membara. Benar kata maudi, berurusan dengan cewek itu ribet. Jika saja cewek yang berspesies semacam dara ini musnah, sekolah akan tenang-tenang saja. "Lo setres."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang