Mine-01

121 20 1
                                    

"Adududuh maudi lo itu ditembak divran di, buka mata lo lebar-lebar. Lo rugi nolak dia." Ujar viola tak habis pikir sebab baru saja membaca berita 'divran ditolak maudi' di group line putra bangsa.

Maudi melongo menatap viola. Apa untungnya viola setergila-gila ini kepada divran?

Ganteng iya, tapi gantengnya gak pake otak. Hobby-nya mainin cewek, ewh. Batin maudi.

"Nit, lo gak niat nasehatin maudi? Ya.. biar maudi merasa rugi telah menolak seorang divran." Cibir viola berlebihan.

Anita tersenyum sedetik. "Gue males nasehatin maudi, karena biar kayak gimanapun juga tuh anak gak bakalan dengerin kita kalo dia udah buat keputusan." Jelas anita panjang lebar.

Viola menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hehe iya juga sih."

Sementara handphone viola tidak berhenti bergetar dari tadi karena group line sekolah yang sedang heboh.

Maudi mengerutkan kening penasaran karena tiba- tiba saja viola melotot dengan mulut yang membentuk huruf 'o' kecil seperti sedang menemukan uang milyaran.

Maudi menatap anita dengan tatapan 'ada apa dengan viola'

Sementara yang ditatap hanya menggeleng tak tahu.

"Maudi lo nolak kak divran gara-gara kak arthur ya?" Tanya viola berbinar-binar.

Viola hanya menyesal karena tidak ada di lapangan untuk menyaksikan langsung.

Maudi menyeka permukaan wajahnya gusar. "Denger ya vio, gue nolak kak divran murni keinginan sendiri, lagian tanpa kak arthur datang gue tetep nolak kak divran." Ucap maudi sembari bangkit dari duduknya dan pergi dari kantin itu.

Setenar itukah gue? Pikir maudi.

********

Hembusan rokok terhembus perlahan dari mulut seorang arthur

Jam istirahat kedua ini ia memilih berdiam diri di kantin paling pojok di bagian koridor tua sekolah.

"Woy cewek yang tadi pagi ditembak divran lagi dipalak sama divran Buruann" teriak salah satu murid.

Sontak arthur membuang rokoknya kebawah dan menginjaknya hingga benar benar mati dan berlalu dari tempat itu.

Sesampainya di parkiran depan,

Dada arthur kempas kempis melihat kelakuan divran yang sudah kelewatan.

Di depan matanya terdapat divran yang tengah meramas tangan maudi dan berusaha menyeret maudi untuk mengikutinya, maudi sudah menjerit kesakitan dan terpampang jelas matanya yang berkaca-kaca akibat genggaman divran yang terlalu kuat.

"Divran lepasin dia." Ucap arthur datar.

Maudi menatap ke arah arthur dengan menjerit, seakan menganggap arthur adalah pahlawan.

"Gak." Lanjut divran dan tetap menyeret maudi. "Lo ngapain ikut campur terus?" Lanjutnya lagi.

"Jangan kasar sama cewek." Ujar arthur.

Arthur menghela nafasnya kuat kemudian berjalan mendekati maudi. "Ayo ikut gue." Ucap arthur sembari melepas tangan cewek itu dari genggaman divran yang terbilang kuat.

Divran tidak habis pikir kenapa arthur harus mencegahnya, sedangkan selama ini arthur -yang notabenenya sahabat lama- tidak pernah perduli dengan apa yang selama ini dirinya perbuat. Namun kali ini,

Apakah maudi adalah alasan kenapa arthur mencegahnya melakukan ini lagi?

*******

"Lepasin." Ujar maudi kasar sembari menghempas tangannya dari genggaman arthur

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang