Mine-08

98 17 0
                                    

Pemilik mata berbola hitam lekat itu sudah kerap kali melirik ke arah jarum jam yang melingkar cantik di tangannya.

Maudi sudah dari tadi menunggu jam pulang, dia sudah sangat bosan mendengar ceramah pak arif yang panjang lebar, tidak ada satupun kalimat yang merosot masuk ke dalam otaknya.

Berbicara mengenai keadaan otak, otak maudi sungguh kacau balau dengan bayangan divran yang terlalu banyak di dalam otaknya sekarang. Siapa sangka divran seorang most wanted yang dulu sangat asing bagi maudi kini menjadi orang yang sering dipikirkannya.

-kring kring kring

Bunyi bel pulang berbunyi disertai keluarnya pak arif membuat seluruh anak kelas XII-IPA1 mulai berhamburan untuk keluar kelas.

Secepat kilat maudi merapihkan tasnya dan mulai keluar dari kelas itu tanpa berbicara dengan anita atau viola, keduanya hanya bisa saling menatap heran, tidak biasanya maudi tergesa-gesa saat pulang.

Sepanjang koridor, maudi sesekali memejamkan mata guna berdoa kepada tuhan agar tidak mempertemukannya dengan divran. Sungguh dia tidak bisa membayangkan bagaimana sikapnya jika bertemu divran nanti mungkin akan terjadi sebuah fatamorgana yang menjijikan.

"Maudi."

Langkahnya terhenti lalu membalikan badan, dan didapatilah Rasti dan arthur yang sedang berdiri di belakangnya.

"Lo?" Tanya maudi.

Cewek itu menganguk "Mulai sekarang gue sekolah disini lagi."

"Lagi?" Tanya maudi masih belum mengerti.

"Mau pulang bareng?" Tanya Arthur

Maudi menganguk antusias, kalau dipikir-pikir maudi, pulang bersama arthur dan rasti bukan merupakan kebetulan, melainkan anugerah yang diturunkan oleh tuhan untuknya, karena dirinya tidak perlu pulang dengan divran jika ditawari.

Dan, bodo amat jika dia harus menjadi obat nyamuk di dalam mobil nanti, prioritasnya sekarang adalah tidak ditawari pulang divran.

*******

Rintikan air mulai turun dari langit, percikan nya terjatuh tepat pada jidat halus cowok itu, divran mendongkak ke arah langit, dan tepat pada itu pula dia baru menyadari bahwa sampai saat ini dia belum sama sekali bertemu dengan maudi.

Alhasil, ia bangkit dan mencari maudi agar diantarnya pulang.

"Kak divran."

Mendengar namanya dipanggil, divran menengok ke arah sumber suara.

Oh, dia vera.

Sedang apa dia berada di sini sedangkan jam pulang sudah dari 30menit yang lalu.

"Lo vera kan? Perlu apa?" Tanya divran.

Vera menganguk lalu tersenyum, ternyata benar divran adalah orang yang ramah. "gak, vera cuman mau ngucapin happy saturday." Ucap vera.

Divran menyunggikan senyum sebagai tanggapannya. "Lo liat maudi gak?" Tanya divran.

Senyuman yang sejak tadi tergambar tiba-tiba pudar. "Tadi vera liat maudi pulang bareng kak arthur sama kakak cewek satu lagi vera gakenal." Jawab vera dengan mimik yang terkesan sangat jujur.

"Sebahu arthur?"

Vera mengernyit tidak mengerti dengan pertanyaan divran. "Ada apa dengan bahu kak arthur?"

Hmm divran lupa dia sedang berbicara dengan siapa. "Tingginya sebahu arthur?"

Vera menganguk

"Rambut croll?" Tanya divran lagi

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang