Mine-07

74 18 0
                                    

Pagi ini tidak ada yang berbeda dengan suasana harapan putra bangsa semuanya berjalan seperti biasa.

06.50, itu artinya 10 menit lagi bel sekolah akan berbunyi.

Dan tepat pada detik itu pun, divran datang dengan mobil sport new yang semalam di oleh-olehkan oleh kakeknya.

Seluruh pasang mata menatap divran kagum, lebih tepatnya memuji.

Tiba-tiba pandangan mereka berubah melotot ketika melihat cewek yang baru saja turun dari mobil itu setelah di bukakan pintu oleh divran.

Kalau boleh jujur, maudi tidak nyaman, sama sekali tidak nyaman di tatap horor seperti itu, namun karena dipaksa divran untuk menaiki mobil barunya dengan bujukan 'Plis disertai puppy eyes' tadi, maudi akhirnya meng-iya-kan dan merelakan diri untuk berangkat ke sekolah bersama divran.

"Gue di cap playgirl, tanggung jawab lo!" Ujar maudi dengan begitu emosi.

Divran menatap maudi sekilas lalu merangkul maudi seraya berkata "BUAT KALIAN YANG NGIRA MAUDI PLAYGIRL, ITU SALAH BESAR KARENA GUE YANG DEKETIN DIA." teriak divran lalu tersenyum miring ke arah maudi. "Udah?"

Ah, Ganteng.

Mata maudi berubah menjadi bulat besar setelah mendengar teriakan divran tadi. "Norak taik." Celetuk maudi.

Divran terkekeh lalu mempererat rangkulannya. "MAUDI SEKARANG PACAR GUE." Teriak divran lagi.

Seluruh siswi yang mendengar itu merespon dengan teriakan histeris.

Mata maudi serasa mau copot dari tempatnya, dia muak sangat muak dengan perlakuan divran yang terlalu semena-mena. "Cukup perlakuin gue seenaknya, lo punya hati kan?" Ucap maudi berapi-api.

Untung saja dia tidak berbicara dengan berteriak, kalau saja itu terjadi maka entahlah bagaimana reaksi orang-orang nanti.

Dengan percaya diri, divran melepaskan rangkulannya dan memegang kedua bahu maudi "Denger di," kata divran. "Gue sayang lo tulus." Lanjut divran lalu menatap lekat iris mata cewek di depannya itu.

Maudi menatap mata divran dalam mencari sosok bajingan di mata itu namun nihil indera penglihatan maudi seperti tidak berfungsi, dia tidak dapat berbuat apa-apa dan itu membuat mulutnya bungkam.

Karena tidak mendapat respon dari maudi, divran menghela nafas pelan lalu berkata "Kalau gue gak perlakuin lo kayak gini itu artinya gue gak sayang sama lo." Ucap divran lalu menarik maudi ke dalam dekapannya.

Sudah dibilang, divran pandai bersandiwara.

Lagi-lagi maudi dibuat bungkam, dia tidak pernah membungkam seperti ini. Pipi nya kini berubah suhu menjadi panas. Dia tidak percaya kalau dia mendapat kenyamanan di peluk seperti ini. "Jangan kasih harapan, lo munafik dan gue tau itu." Ucap maudi lalu merebahkan badannya kebelakang dan terlepas dari dekapan divran.

Maudi berjalan dan pergi meninggalkan divran yang tengah ditonton banyak siswa di parkiran itu.

Di dalam sana, diri divran seperti sedang berdisco setelah mendengar perkataan maudi yang berbunyi 'jangan kasih harapan, lo munafik dan gue tau itu.' Perkataan itu sudah seperti mengatakan kalau maudi kini berharap kepadanya.

Sepertinya ini sudah mendekati tahap akhir untuk bisa mendapatkan maudi. Divran sudah tidak sabar membuat maudi teraniaya, membuat maudi sengsara, dan bla-bla-bla lainnya. Terutama, membuat arthur sakit hati. Divran tahu, bahwa dengan dia memperlakukan maudi seperti ini dia sudah menyakiti keduanya namun kalau belum meng-aniaya rasanya belum puas.

Dan, apakabar dengan divraners? Melihat maudi didekap seperti tadi kini socmed ramai dengan berita baru yang bertema Divran memeluk maudi di parkiran pagi ini

Ah, itu akan diurus nanti.

**********

"Maudi."

Merasa dirinya dipanggil, maudi menolehkan pandangannya ke arah sumber suara.

"Selamat ya."

Alis maudi berkerut. "Selamat buat?"

Arthur tersenyum simpul "gue udah bilang kan gue gak mau liat lo disakitin divran? Tapi kalo lo suka dia gapapa." Ucap arthur

Arthur bisa saja mengakui perasaannya sekarang, namun niatnya terurung ketika mendengar bahwa divran memeluk maudi di depan umum tadi.

Maudi menggeleng pelan, dia masih tidak bisa mengingat nama divran jika dia mengingat maka perasaannya akan menjadi tak menentu. "Gue gak pacaran sama ka divran."

"Bohong idungnya panjang." Ucap arthur memastikan.

"Buat apa bohong."

Sudut bibir arthur tertarik ke atas mendengar itu, ternyata apa yang dikatakan orang tidak benar.

"Maudi."

"Hm?" Sahutnya.

"Lo nyaman sama divran?"

Shit. Apa yang harus maudi jawab? Dia bahkan tidak tahu apa yang akan dirasakannya jika bersama dengan divran lagi. Tadi dia merasa ada suatu kenyamanan dan juga,

Ah tidak. Divran akan selalu menyebalkan.

Maudi menggeleng cepat. "Gak."

Hati arthur kini tenang, apa yang dikhawatirkannya dari kemarin ternyata hanya ilusi. Maudi sama sekali tidak mempunyai perasaan kepada divran.

Greekk

Kursi kantin yang semula diam kini ditarik seorang cowok dan diduduki.

Keduanya kaget dengan kehadiran tiba-tiba dari cowok itu.

"Tuan Arthur pramada, kenapa lo selalu nyuri kesempatan buat bisa deket sama maudi gue?" Ujar divran dengan nada yang dibuat-buat.

Arthur bangkit dari duduknya. "Gue perlu sebentar, lagian udah selesai." Kata arthur datar tanpa melirik ke arah divran sedikit pun.

"Di, gue balik ke kelas ya." Lanjut arthur pamit tanpa menghiraukan divran yang baru saja akan berbicara.

Maudi acuh lalu menyeruput jus jeruknya.

"Maudi lo-"

Belum selesai divran berkalimat maudi sudah terlebih dahulu meninggalkan dirinya seolah menganggap tidak ada siapa-siapa.

---------

Gak ngomong banyak,

Intinya. Vomment guys ♡

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang