Part 1

50K 3.2K 88
                                    

Sore hari ini terjadi hal yang begitu mengejutkan bagi semua orang terutama Ihsan itu sendiri. Abinya Ihsan hanya berdehem dan meninggalkan putranya yang termenung.

Para pengurus pesantrenpun satu persatu meninggalkan Ihsan untuk memulai aktifitas mereka mengurus pesantren juga mengajar para santri.

Ihsan tetap terpaku, apa yang di alaminya barusan telah menampar harga dirinya. Tubuhnya yang selama ini di jaga dengan susah payah dari hal - hal yang melanggar syariat islam telah di beri sebuah kecupan di pipinya.

Ihsan berjalan tergesa menuju ke rumahnya yang masih berada dalam lingkungan pesantren. Dia masuk lalu berjalan cepat menuju kamar mandi.

Uminya yang berpapasan dengannya menatapnya heran. Ada apa dengan putranya itu?. Di kamar mandi Ihsan membersihkan pipinya yang terdapat bekas lipstick itu. Hati Ihsan serasa ada yang mencubit begitu keras.

"Astagfirullahal adzim" Gumamnya terus berulang - ulang.

Dia lalu mengambil wudhu menjaga kembali tubuhnya agar kembali suci. Ihsan selalu menjaga wudhu Setiap waktu.

Setelah keluar dari kamar mandi pun mulut Ihsan tetap beristigfar. Dia lalu kembali ke pesantren untuk menjalankan segala tanggung jawabnya mengurus pesantren itu.

Di pesantren seorang wanita menjadi pusat perhatian. Dia memang menawan tapi para santriwati menatapnya karena wanita itu memakai pakaian yang begitu minim.

Tapi sepertinya wanita itu tidak peduli dengan tatapan penuh tanya dari benak santri disini akan siapa dirinya dan kenapa bisa dia ada di pesantren.

Wanita itu di persilahkan masuk di salah satu kamar dengan senang hati wanita itupun masuk.

"Peraturan pesantren sudah tertempel di pintu kamar masing - masing. Patuhi semua itu. Assalamualaikum." Ujar pengurus santri dan berlalu.

Wanita itu melihat kertas putih dengan tulisan berisi peraturan serta jadwal para santri terpampang di pintu.

Wanita itu tidak peduli. Dia memilih merebahkan tubuhnya di atas ranjang kecil. Matanya menerawang jauh.

Sampai mata yang sedari tadi entah menatap apa terlelap dengan di iringi nafas yang beraturan.

**

Di ruangannya Ihsan tampak mengkerutkan kening. Wajahnya di tekuk. Dia terlihat begitu fokus dengan pekerjaannya.

"Ustadz ini data santri baru itu" Ujar Parjo orang kepercayaannya Ihsan.

"Hmmm. Simpan saja. Makasih jo."

"Iya Ustadz."

Parjo juga sepertinya tahu Ihsan sedang tidak ingin di ganggu.

Sampai kumandang maghrib menghentikan kegiatan Ihsan. Dia beristigfar lupa akan kebiasaannya yang selalu adzan di mesjid.

Sepertinya santri yang menggantikannya. Dia bergegas, menutup laptopnya dan setengah berlari keluar dari ruangannya.

"Kenapa gak ada yang ngingetin saya." Gumamnya sendiri.

Ihsan langsung mengambil wudhu dan setelah itu berjalan cepat masuk ke mesjid. Para jamaah sudah berdiri tanda shalat maghrib akan segera di laksanakan.

Akhirnya Ihsanpun berbaris di shaf paling belakang.

Abinya Ihsan mencari - cari anaknya tapi dia kembali bersuara.

"Luruskan Shafnya." ujarnya sebelum mengimami seperti biasanya.

Jarak Maghrib dan Isya yang pendek di isi dengan tausiyah atau kajian oleh ustadz atau ustadzah pesantren ini.

IhsanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang