Part 8

40.3K 3.1K 131
                                    

Malam ini terasa begitu hangat bagi Keira. Angin dingin malam yang biasanya selalu membuatnya menggigil tidak mengganggunya sama sekali

Dia berjalan dengan senyum merekah menuju pondoknya. Kehangatan di hatinya menjalar mendekap seluruh tubuhnya

Zahra yang berjalan di samping Keira menatapnya penuh tanda tanya

"Kak kei, sepertinya ada hal yang membuat kakak bahagia?"

"Hmmm" Keira hanya menjawab dengan gumaman sambil tersenyum tersipu - sipu

"Woahh kak Kei punya ekspresi seperti ini juga"

Keira hanya tertawa pelan, Ucapan Maaf Ihsan yang begitu romantis baginya telah melukiskan senyum manis di wajah cantiknya

"Kak kei, lucu kalau seperti ini"

"Benarkah?"

"Ikh kak Kei jawabnya singkat - singkat"

Keira lagi - lagi tertawa pelan. Zahra hanya menatapnya penuh ingin tahu

"Eh iya kak Kei, Lusa kita akan memanen padi. Itu seru loh"

"Serunya dimana?"

"Jadi yah kita memanen padi lalu di masak jadi nasi kuning dan makan bersama, Selalu di hibur dengan marawis pesantren juga Ustadz Ihsan suka nyanyi, Suaranya bikin melting santriwati, itu merduu banget. Kadang Zahra heran kok adanya lelaki yang mempunyai paket komplit seperti ustadz Ihsan"

"Terus kamu juga suka?" Tanya Keira dengan nada sarat akan cemburu

Zahra tersenyum geli

"Semua santriwati disini suka Ustadz Ihsan. Para Ustadzah juga, Zahra nyerah duluan saingannya banyak" Jawab Zahra jujur

Keira terdiam, Zahra aja yang seorang santri menyerah untuk mendapatkan Ihsan tapi dirinya tetap membiarkan Ihsan menguasai pikiran dan hatinya

"Kalau Zahra sih suka Ustadz Ihsan sebagai guru bukan lelaki. Zahra selalu di ajarkan untuk menundukan pandangan dan menjaga hati karena takut ada seorang lelaki yang di harapkan di hati. Jika nanti ada yang ke rumah meminang kita tapi bukan lelaki yang kita harapkan pasti menuai kekecewaan, Zahra tidak ingin seperti itu kak"

Keira mendengarkan dengan seksama, Humairapun memberitahukan hal sama tadi siang bagaimana kita harus menundukan pandangan

"Aku belum pandai dengan semua itu" Gumam Keira

Zahra tersenyum

"Zahra mendukung kakak kok kalau kakak suka Ustadz Ihsan, Jika kakak butuh bantuan Zahra siap bantu"

Keira menatap Zahra dengan senyuman terimakasih

"Apa perasaanku terlihat jelas?"

Zahra mengangguk cepat

"Lalu apa yang harus aku lakukan? Melamarnya terlebih dahulu seperti Siti Khadijah"

"Jika kakak mempunyai mental sebesar Siti Khadijah, Zahra siap bantu. Banyak kok yang mengajukan lamaran kepada Ustadz Ihsan dari para Akhwat"

Langkah mereka yang di selingi obrolan itu sesaat terhenti, Keira melihat Ihsan berdiri di gerbang pondok santriwati

Ada Fatimah juga disana, mengintruksi santri agar mempercepat langkahnya dan lekas tidur

Jantung Keira bertalu di saat langkahnya semakin berpapasan dengan Ihsan berdiri. Dia berharap ada sapaan atau ledekannya tapi sampai Keira telah melewati tempatnya berdiri tidak ada ucapannya terdengar

Hanya terdengar perkataannya yang melinukan hati pada seorang wanita yang seolah lengkap jika melengkapi separuh dien nya

"Fatimah, Kamu istirahatlah. Biar mas dan mang Parjo yang menutup gerbang"

IhsanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang