Part 2

43.5K 3.1K 63
                                    

Pagi hari itu Keira harus duduk di sebuah ruangan dan hanya dirinya yang berada disana. Jelas saja karena semua santri disini masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah.

Santri seusia Keira sudah pergi menyebar ke muka bumi untuk menerapkan ilmu yang mereka dapatkan untuk mereka sendiri juga agama.

Keira duduk bosan. Dia menatap seorang perempuan berwajah lembut dan cantik. Dia sedang menuliskan sesuatu di papan tulis.

UNTUK APA KITA HIDUP?

Tulisnya di white board itu dengan aksara besar.

Perempuan itu berbalik dan kini menatap Keira dengan senyum lembut di wajah cantiknya.

"Assalamu'alaikum. Kita perkenalan diri dulu, nama saya Humaira. Saya salah satu pengajar disini."

Humaira menatap Keira memberi isyarat agar diapun memperkenalkan dirinya.

"Saya Keira" Jawab Keira singkat.

"Iya. Keira. Kita mulai pelajarannya"

Humaira menatap Keira lekat - lekat tapi senyum lembutnya tidak pernah lepas dari wajahnya.

"Saya hanya ingin bercerita. Berbagi pemahaman tentang hidup denganmu. Jika ada yang tidak sesuai tolong beritahu" Jelas Humaira.

Keira hanya memutar bola mata malas. Dia terlihat masa bodo.

"Saya seorang istri dan ibu dari satu anak. Putra saya bernama Albana. Selama saya hidup selalu ada hal yang saya tanyakan untuk apa saya hidup. Apa kamu pernah mendapati pertanyaan seperti itu dalam benakmu?" Tanya Humaira.

Keira yang sedari tadi acuh mulai tercuri perhatiannya. Di benaknya pertanyaan itupun selalu muncul. Humaira tersenyum, Keira sudah mulai fokus mendengarkan penjelasannya.

"Sepertinya kita sama. Pertanyaan seperti itu selalu muncul. Mari kita berfikir rasional. Lihat tubuh kita, anggota badan kita bukankah begitu sempurna? Dari jari ke yang lain begitu di perhitungkan dengan akurat dan dengan fungsi masing - masing."

Keira reflek mengamati anggota tubuhnya.

"Di saat kita menaiki tangga tubuh kita ikut menyesuaikan. Manusiapun pernah membuat robot pintar tapi di saat menaiki tangga robot itu sudah jatuh. Terlihat jelas sebagaimana pintar seorang manusia tidak akan mampu menciptakan bentuk yang serupa seperti kita. Jadi menurutmu siapa yang menciptakan kita?" Tanya Humaira.

"Tuhan."

"Siapa tuhanmu?"

"Allah. Semua orang menyebutkan itu di saat melihat KTPku yang beragama islam."

Humaira tersenyum.

"Kamu percaya bahwa Allah yang menciptakan ini semua juga dirimu?"

"Tentu saja hanya saja saya tidak tahu islam itu apa dan Allah itu apa. Saya hanya hidup mengikuti keinginan saya sendiri" Ujar Keira mengeluarkan isi hatinya.

"Apa kamu pernah merasakan ada kekosongan di hatimu? Ada yang kosong di hatimu sehingga kamu risau."

Keira terpaku. Dia merasakan itu. Dia merasa dirinya kering kerontang tanpa isi. Di saat dia gelisah entah karena apa dia akan lari ke minuman keras. Bergoyang di club malam dengan suara musik menghentakan telinga.

Sampai kejadian kemarin dia di grebek dengan pecandu narkoba yang lain. Dia awalnya ingin menggunakan obat itu untuk menghilangkan kegelisahan nya tapi dia urungkan karena dampak dari narkoba itu sendiri untuk tubuhnya.

Dia mengurungkan niatnya dan di grebek polisi. Dia murni tidak menyentuh barang haram itu dan ayahnya mengirim dia ke tempat ini. Tempat dimana dia ada seorang perempuan berwajah lembut membahas kegelisahan nya.

IhsanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang