Part 3

39.5K 3.1K 65
                                    

Siang hari ini udara terasa begitu dingin terasa. Keira yang menggunakan pakaian terbuka mengusap kulit mulusnya itu.

"Kenapa kak?" Tanya Zahra.

"Dingin" Jawab Keira singkat.

Zahra melihat pakaian yang di kenakan Keira. Pantas saja dingin pikirnya. Pakaian yang di kenakan tidak menutupi kulit dengan baik.

"Kakak emang gak punya pakaian panjang?" Zahra bertanya kembali.

Keira nyengir. Menandakan bahwa pakaian yang dia punya seperti ini semua. Zahra menggeleng pelan.

"Ayo kita ke pondok kak. Kali aja ada pakaian Zahra yang muat di kakak."

Keira mengikuti dengan senang hati karena sedari tadi dia risih dengan pakaian yang dia kenakan. Di tengah perjalanan mereka berapapasan dengan Ihsan yang sedang keliling seperti biasanya.

Zahra langsung menunduk dalam - dalam.

"Assalamualaikum ustadz" Ucap Zahra.

"Wa'alaikum salam."

Ihsan sesaat terdiam. Suara yang ingin dia dengar tidak mengeluarkan sepatah katapun.

"Zahra cepetan yuk" Teriaknya yang sudah jauh dari tempat Zahra dan Ihsan.

"Ustadz saya permisi" Ujar Zahra kemudian.

Ihsan mempersilahkan dan menggeleng pelan. Wanita itu tetap bertingkah menyebalkan jika di hadapannya.

Ihsan melanjutkan langkahnya. Dia tidak ingin mempermasalahkan ketidaksopanan wanita itu sekarang.

Dia merajuk sebal dalam hati kenapa dia harus tertular senyum gadis itu. Karena sekarang Ihsan sebal karena wanita itu tidak bertatakrama baik kepadanya.

Apa kecupan di pipinya kepada Ihsan berefek? Pertanyaan di kepalanya membuat Ihsan menghentikan langkahnya. Wajahnya terlihat memerah bahwa pertanyaan seperti itu muncul di benaknya.

Dia mengusap wajahnya lalu menggeleng pelan. Sepertinya dia harus kembali berwudhu.

**

Di pondok tepatnya di kamar Keira dan Zahra. Zahra menyuruh Keira memilih baju mana saja yang ingin dia pakai karena dia harus ke kelas.

"Zahra sebentar. Tadi Humaira menyuruhku mempelajari arti dari Al - Qur'an."

Zahra langsung mengambil tafsirnya. Dia memberikan tafsir itu kepada Keira.

"ini kak. Kata ustadzah Humaira kakak belajar sendiri saja. Besok kembali belajar tapi sesudah dzuhur."

Keira mengangguk. Hari - harinya disini mulai menyenangkan.

****

Di jam dini hari seperti ini Keira masih susah untuk di bangunkan. Sekarang hanya Zahra yang susah payah membangunkan Keira karena Ihsan sudah menyuruhnya.

"Kak kei, bangun dong. Kata ustadz Ihsan kalau Zahra gak berhasil bawa kakak ke mesjid Zahra yang akan di hukum" Rengek Zahra.

Tapi Keira masih terlelap dalam tidurnya. Zahra tidak berani membangunkannya dengan air seperti yang Ihsan perintahkan.

Dengan langkah berat Zahrapun pergi ke mesjid tanpa bersama Keira. Hukuman sudah pasti ada di depan matanya.

Keira mendadak terbangun saat adzan subuh berkumandang.

"Asholatu khoirum minanannaum." Suara merdu itu terdengar syahdu.

Keira berdiri langsung berlari menuju mesjid. Dia teringat ucapan Zahra jika dia tidak bersamanya ke mesjid dini hari Zahra yang akan di hukum.

IhsanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang