4

3.2K 315 39
                                    

Kalau makannya sama kamu,
ini namanya bukan kentang goreng biasa.
Tapi kentang goreng cinta.
···

SETIAP hari minggu, keluarga gue wajib makan siang bareng di rumah. Untuk menjalin rasa kekeluargaan kembali setelah enam hari terakhir jarang bertatap muka.

Sekarang masih pukul 10, dan gue lagi duduk-duduk di taman belakang sambil liatin keponakan gue yang lagi berenang.

Kepala gue masih pusing karena sisa mabuk semalam. Bukan Saikal namanya kalau gue pulang sebelum teler.

"Oi, Kal," tepuk seseorang dari belakang.

Gue menoleh dan tersenyum lebar ketika melihat sosok tegap yang berdiri di belakang gue. "Kak Bayu, kapan sampe?"

Dia duduk di kursi sebelah gue sebelum gue tawarkan, memandangi anaknya yang sedang asik berenang sebelum menjawab pertanyaan gue. "Tadi malem. Langsung ke Jakarta tadi subuh."

"Capek banget ya pasti."

Dia seperti kaget menyium aroma alkohol dari mulut gue, tapi sedetik kemudian dia bersikap normal. "Ya, mau gimana lagi. Udah 6 kali, kan, gue gak ikut makan bareng keluarga."

Gue mengangguk. Kak Bayu adalah kakak ipar gue satu-satunya. Gue punya kakak namanya Mbak Kenang. Dan sayangnya, gue gak punya adik. 'Adik' yang lain punya. Hehehe.

"Gimana sekolah lo?"

"Ya, gitu. Biasa aja."

Ia mengerutkan dahinya, "si trouble-maker gak mungkin banget kalau masa sekolahnya biasa-biasa aja."

Gue meninju lengannya--yang keras seperti samsak--itu pelan, "nah, itu tau!"

Lama kami terdiam, memerhatikan Nial, keponakan gue, sedang dibantu ibunya untuk naik ke atas. Mbak Kenang tadi sempat tersenyum ke arah kami berdua.

Kak Bayu seperti mengendus bau yang menyeruak dari tubuh gue. Menyadari tingkahnya, gue mencoba menghindar dengan pura-pura mencari posisi yang nyaman untuk duduk.

"Mau sampe kapan?" suara Kak Bayu memecah keheningan.

"Apanya?"

"Sifat lo yang kaya gitu. I know that you're an attention whore."

"You know right."

"Mau sampe kapan, Saikal Aji Bagaskoro?"

Gue mengangkat bahu, "sampe gue dapet yang namanya 'perhatian'."

Kak Bayu menepuk kuat lengan gue beberapa kali, "mungkin lo harus cari yang namanya 'pacar'."

Gue menggeleng, "gue punya tiga sahabat. Menurut gue itu cukup."

"Cukup apanya kalau lo sampe sekarang ngelakuin apa aja untuk carper?"

Gue diam.

"Cari cewek yang bener-bener bisa kasih lo perhatian yang selama ini gak bisa lo dapetin." Kak Bayu menunjuk istrinya yang sedang sibuk memakaikan pakaian kering ke anaknya, "liat mbak lo. Lo inget kan dia berhenti mabok, ngerokok, dan shopping-holic pas kapan?"

"Pas dapet hidayah." jawab gue singkat.

"Iya, dan saat itu pas dia ketemu gue." cibir kak Bayu seperti wanita.

Gue ingat jelas ketika mbak Kenang membuat satu rumah kaget karena mengenalkan seseorang dengan wajah lugu dan sopan--yang jelas berbanding terbalik dengannya--ke mami dan papi.

Ia mengenalkan Kak Bayu sebagai pacarnya saat itu. Tapi baru saja mereka berpacaran, Mbak Kenang berubah drastis. Terlebih lagi ketika mereka menikah, dirinya bukan lagi seperti Kenang yang it-girl yang gue kenal dari dulu. Ia sekarang menjadi wanita bertanggung jawab dan penuh perhatian kepada keluarga.

Kepribadian GANDA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang