Ch 2

94 10 1
                                    

"akhirnya kami menemukanmu juga, tuan Ao" kata salah satu pria itu sambil membusungkan dadanya dengan sangat angkuh.

"oh dan apa ini, kau juga mengajak gadis ini ke tempat rahasiamu, agar kalian bisa menghabiskan waktu bersama, wah dia pasti wanita yang spesial bagimu." kata pria yang berada di sebelah kiri pria yang pertama.

"kalian salah, aku dan gadis ini baru bertemu beberapa saat yang lalu, jangan seenaknya saja menyimpulkan sesuatu bila kau tidak tau kebenarannya." bantah Ao sambil memasang posisi siaga.

"benarkah? Kalau begitu kau tidak masalah bila gadis ini kurebut kan? " tanya pria yang berada di kanan pria angkuh tadi dan mulai berjalan kearahku.

Tapi Ao langsung mengarahkan pedangnya pada pria itu.

"dia tidak ada hubungannya dengan kita semua, jadi tidak perlu melibatkannya." kata Ao sambil menatap tajam kearah pria itu.

"hee.. kau mau mencoba melindunginya? Berusaha jadi pahlawan huh?"

"kau bahkan tidak bisa melindungi adikmu dari serangan kecil kami, dan sekarang berusaha jadi pahlawan hanya karena gadis yang tau kenal ini? Huh menggelikan sekali."

"sebaiknya kau menyingkir sekarang, sebelum kami mengeluarkan kekuatan kami, tuan Ao."

Ada apa dengan pria-pria ini? Apa yang sedang mereka bicarakan? Aku sangat tidak suka sekali dengan mereka yang telah meremehkan Ao, walaupun aku dan Ao baru bertemu beberapa saat yang lalu, tapi aku yakin apa yang di katakan oleh pria itu pastilah tidak benar. Ao pasti memiliki alasan di balik tuduhan mereka itu.

"buat apa aku harus menyingkir? Apa jangan-jangan kau takut melawanku, huh?"

Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Ao, apa dia yakin bisa menang melawan mereka bertiga? Sedangkan dia hanya sendiri, itu sangatlah tidak imbang.

"kau berani meremehkan kami, huh?"

"jangan menyesal dengan perkataanmu itu ya, tapi kemenangan sudah dapat di pastikan. Kami bertiga sedangkan kau sendiri, di tambah kau juga harus melindungi gadis itu, sudah pasti kamilah yang akan menang, karena kami lebih kuat dari pada kau."

"sudahlah, kenapa kalian membuang waktu, langsung kita serang saja dia!" kata pria angkuh itu kemudian berlari bersama kedua pria di sampingnya untuk menyerang Ao.

Namun Ao tidak tinggal diam, dia langsung menangkis serangan pria angkuh itu dan langsung melawan kedua pria lainnya.

Pria yang berambut hijau memang tidak memiliki senjata tapi ditangannya terdapat sebuah api yang langsung ia arahkan pada Ao, tapi Ao sadar dan langaung menghindar.

Tak lama setelah dia menghindar pria berambut hitam itu mulai mengeluarkan sabit besarnya dan mengacungkannya pada Ao, Ao langsung melompat keatas sabit itu lalu berjalan dengan sangat cepat kemudian menendang wajah pria itu hingga tersungkur ditanah.

Pertarungan mereka belum selesai sampai disitu, pria angkuh itu kembali menyerang Ao dengan mengarahkan pedangnya di jantung Ao, tapi Ao segera menangkis serangan itu dan dengan cepat ia menebas kepala pria angkuh itu, membuatku hampir menjerit ketakutan.

Kini giliran pria berambut hijau itu yang menyerang, dia mulai mengambil ancang-ancang untuk melemparkan bola api pada Ao, tapi Ao segera menyimpan pedangnya kemudian mengarahkan tangannya pada air sungai yang ada di dekat lembah.

Ao menciptakan sebuah gelombang besar yang langsung ia arahkan pada prua hijau itu, bola-bola apinya pun mati dan pria itu segera terhempas jauh kebelakang.

Setelah gelombang air itu menghilang, pria hijau itu nampak tidak bergerak sama sekali, mungkin mulutnya kemasukkan air, dan Ao tidak ingin repot-repot menolongnya, karena memang mereka itu adalah musuhnya.

Kini tersisa si pria rambut hitam yang menghilang entah kemana. Tapi kedua bola mataku seketika membesar saat menyadari ada seseorang di belakangku yang sedang menahanku dengan sebuah belati yang mengarah tepat di leherku.

"jangan coba-coba bergerak, atau kau akan kehilangan kepalamu." ancam pria itu yang tak lain adalah pria rambut hitam.

Aku hanya terdiam dan tak berani menengok ataupun melawan, karena aku memang belum ingin mati di usia muda.

"cih! Kau pengecut sekali, menggunakan seorang gadis sebagai tamengmu, apa kau tidak malu?" sindir Ao seakan sengaja memancing amarah pria hitam ini.

Tapi yang jadi masalahnya sekarang, pria itu melampiaskan kekesalannya dengan menusukkan belati itu keleherku, dan dapat kurasakan cairan hangat mengalir turun di leherku.

Sangking takutnya aku memejamkan mataku dan beberapa saat kemudian kurasakan pria itu tiba-tiba terhempas dariku namun belatinya sempat menggores leherku hingga luka tadi jadi membesar dan darah yang keluar pun makin banyak.

Aku mulai meringis kesakitan sambil memegangi leherku, kakiku mendadak lemah mengakibatkanku jatuh terduduk di tanah karena kakiku yang tak sanggup menahan berat badanku.

Aku sempat melihat Ao berjalan begitu cepat menghampiri pria hitam itu, ya, mungkin dia ingin menyelesaikan pertarungannya pada pria itu.

Setelah pria hitam itu benar-benar telah di habisi olehnya, ku dengar langkah kakinya yang sepertinya berjalan menghampiriku, awalnya kupikir dia akan meninggalkanku, tapi ternyata ia malah menolongku.

Dia mengambil sebuah kain dari sakunya kemudian mengikatkannya di leherku namun tidak begitu kuat, dan itu hanya untuk menghentikan pendarahanku saja.

Tbc

My New World (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang