Setelah beberapa bulan aku tinggal dengan Ao dan ibu angkatku, aku mulai terbiasa membantu pekerjaan ibu angkatku, terkadang saat ibu angkatku harus bekerja di kota, maka aku yang akan mengurus pekerjaan rumah. Sedangkan Ao, entahlah, aku tidak tau apa yang di lakukannya di luar sana. Kadang dia pulang saat sore atau malam, atau bahkan tidak pulang sama sekali.
Bila dia pulang pun, yang akan di lakukannya hanyalah mandi, ganti pakian, atau sekedar membaca buku. Haah.. dasar pria aneh.
Sekarang apa yang akan aku lakukan ya? Tugas rumah sudah ku kerjakan semua termasuk merawat tanaman ibu.
Oh aku buat baju saja, lagi pula bajuku hanya ada beberapa. Untung saja ibu sudah mengajarkan cara membuatnya padaku beberapa hari yang lalu.
Aku langsung pergi ke kamarku untuk mengambil warna kain yang kuinginkan, hm.. munkin baby blue bagus. Setelah itu aku mulai mengukur diriku sendiri dengan teliti, dan setelah mencatat serta membuat polanya, kini saatnya aku memotong pola-pola itu kemudian menjahitnya.
Tak kusangka 40 menit telah ku habiskan hanya untuk membuat baju ini, dan tara... bajunya sudah jadi.
Aku tak sabar untuk mencobanya, tapi tiba-tiba aku mendengar suara ketukan pintu dari bawah. Aku terpaksa menahan keinginanku untuk mencoba baju itu, dan segera berlari kebawah untuk membukakan pintu.
Mungkin saja itu ibu, karena seharusnya ibu pulang hari ini. Tapi ternyata dugaanku salah, saat aku mengitip dari lubang kecil yang ada di pintu, ternyata ada 2 orang pria berbadan kekar dengan setelan rapi sedang berdiri depan pintu.
Apa yang harus aku lakukan? Ibu dan Ao bilang jangan pernah bukakan pintu pada orang yang tak dikenal. Lalu bagaimana kalau orang itu memaksa masuk?
Aku makin takut untuk membuka pintu, di tambah lagi orang itu mulai menggedor pintu dengan kasar. Aduh aku harus apa?
Lalu kudengar ada suara Ao diluar,
oh syukurlah dia datang disaat yang tepat.Ao pov
Aku baru saja menyelesaikan urusanku dengan para tertua di kantor. Bagiku itu hanyalah urusan kecil, lalu untuk apa tertua itu sampai repot-repot menyuruhku? Huh dasar, tak berguna.
Aku sedikit terkejut saat melihat 2 orang pria berseragam prajurit tengah menggedor-gedor pintu rumah dengan kasar dan memekakkan telinga. Ku putuskan untuk segera menghampiri mereka sebelum mereka benar-benar akan merusak pintu rumah itu.
"maaf? Ada apa ya?" tanyaku datar sambil menatap mereka dengan penuh selidik.
"oh tuan Aoshi, kami telah menunggu anda sejak tadi."
"memangnya ada perlu apa denganku hingga kau menggedor-gedor pintu rumahku segitu kasarnya?"
"maafkan aku bila aku bersikap kasar tuan, tadinya ku pikir kau sedang ada di rumah karena itu aku terus mengetuk pintunya, namun tetap tidak ada yang membuka."
"sudahlah lupakan, apakah yang ingin kalian bicarakan denganku cukup serius atau hanya masalah sepele?" tanyaku cukup enggan.
"bila hanya masalah sepele, maka pergilah, kalau masalah itu cukup serius kita bisa membicarakannya di dalam." lanjutku dengan nada bosan.
"ah sebaiknya kita bicarakan ini di dalam saja tuan, karena ini perintah langsung dari kerajaan."
"baiklah." kataku segera berjalan ke arah pintu dan mengetuk pintunya.
"hei, cepat buka pintunya, aku tau kau ada di dalam!" perintahku dan tak lama pintu segera dibuka oleh Mei.
Aku mengajak 2 orang tadi untuk duduk di sofa, tapi aku bisa melihat raut ketakutan di wajah Mei melalui ekor mataku. Mungkin dia takut dengan 2 prajurit itu.
"hei, buatkan minuman untuk kami!" perintahku.
Aku sengaja tidak menyebutkan namanya, karena bisa saja kedua prajurit ini mencurigainya dan melaporkannya pada pihak kerajaan. Dan itu bisa menjadi masalah besar bagiku dan bibi Kira.
Salah satu prajurit itu mulai menjelaskan alasan mereka mencariku sementara Mei meletakkan 3 cangkir minuman di meja. Sementara yang satu menjelaskan, aku sesekali memperhatikan pria yang berada dibelakangnya.
Ku lihat pria itu terus memperhatikan Mei yang sedang mengelap meja melalui ekor matanya, lalu saat Mei kembali ke kamarnya, pria itu langsung melihat kearahku.
"jadi-"
"em.. maaf bila aku memotong perkataanmu tuan, tapi sepertinya temanmu itu ingin menanyakan sesuatu?" kataku sambil menyeringai tipis.
"benarkah? Apa yang ingin kau tanyakan Ko?"
"ah bukan sesuatu yang penting, Len, kalau kau sudah selesai sebaiknya kita segera kembali ke istana dan melapor pada pihak kerajaan."
"iya aku tau, ini juga sudah mau selesai. Jadi, bagaimana tuan Aoshi, apa kau bersedia mengambil misi ini?"
"Maafkan aku prajurit Len, prajurit Kogi, aku bukan bermaksud lancang, hanya saja aku sedang ingin istirahat dari segala macam misi yang seharusnya ku kerjakan saat ini. Mohon sampaikan maafku pada raja dan ratu Kuromine."
"apa kau yakin tuan Aoshi? Kami sengaja di utus oleh pihak kerajaan untuk datang menemuimu karena kami sangat berharap kau akan mau mengerjakan misi ini." kata Kogi yang sepertinya sangat menginginkanku untuk mengambil misi ini.
Hm.. sepertinya ada niat tersembunyi dalam dirinya.
"sekali lagi aku mohon maaf, tapi bila raja dan ratu benar-benar memerlukan bantuanku, aku sarankan pada mereka untuk menemui salah satu kenalanku yang tinggal di barat laut setelah hutan. Dia sama berbakatnya dengan diriku."
"baiklah bila itu keputusanmu, kami permisi dulu." kata Len yang segera bangkit bersama Kogi lalu berjalan kearah pintu.
"oh prajurit Kogi, sebaiknya kau mengikat tali sepatumu lebih kencang agar kau tak tersandung." kataku mengingatkan namun sayang pendengarannya ternyata cukup lambat mendengar perkataanku, alhasil dia terjatuh karena tersandung.
Aku hampir saja tertawa lepas melihatnya namun demi menjaga image kaku ku, aku menutupinya dengan poker face ku.
Dan setelah kedua prajurit itu pergi, aku berniat untuk menutup pintu, tapi rupanya bibi Kira telah kembali dari kegiatan berdagangnya, dan aku langsung menyambutnya sambil membantu membawakan barang bawaannya.
Dan kulihat Mei langsung turun untuk menghampiri bibi dengan mengenakan sebuah dress baru bewarna baby blue dan sebuah kain bening mengitari bagian belakang pinggangnya.
Mei pov
Aku langsung menghampiri ibu dan memeluknya dengan erat, lalu aku menunjukkan dress baru yang ku buat padanya juga Ao.
"bagaimana dress baru yang ku buat? Apakah bagus?" tanyaku sambil sesekali berputar di hadapan mereka.
"apa ini benar buatanmu sendiri, Mei? Bagus sekali, modelnya simpel namun tetap manis, apa lagi yang memakainya itu kamu." puji ibu sedikit mencubit pipiku gemas.
"terima kasih pujiannya ibu."
"hei, tuan Ao, apa kau tidak ingin mengomentari dress buatannya? Sedingin itukah dirimu?"
"menurutku dress nya biasa saja." komen Ao datar namun aku sempat melihat rona tipis di wajahnya.
"kalau kau berkata seperti itu, lalu kenapa ada rona tipis di wajahmu?" godaku
"matamu pasti salah lihat."
"tidak kok, aku melihatnya dengan jelas."
"sebaiknya kau periksakan matamu itu ke dokter."
Jackpot. Ao benar-benar mudah di pancing rupanya.
Aku dan ibu langsung tertawa melihat wajah Ao yang kini benar-benar memerah, dan dia langsung pergi ke kamarnya di lantai 2.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My New World (End)
FantasiaSeorang gadis yang telah tinggal begitu lama di sebuah gua atau lubang, kini akhirnya bisa merasakan kebebasan. Saat ia melihat dunia luar, dia bertemu dengan seorang pria yang tak lain adalah anak tiri dari orang yang membuatnya dengan terpaksa ti...