CHOICE #3

1.5K 70 3
                                    

Annie Deppra.

          Ini sungguh mengherankan, jadi benar kalau aku memang dijodohkan dengan Jason?! Mimpi apa aku kemarin malam? Cowok itu benar-benar keren, wangi, tampan. Pandangan matanya misterius, membuatku penasaran siapa dirinya yang sebenarnya? Bodohnya aku kalau karena tidak pernah mengetahui bahwa Paman Deny yang ternyata adalah Daniel McCann mempunyai anak yang rupawan bak seorang pangeran. Luar biasa! Semua wanita juga tidak akan menolak jika dijodohkan dengan pria itu. Meskipun kami dijodohkan, aku masih memasang kecurigaan kepada keluarga sahabat ayahku itu. Apa Justin gay? Atau dia mengidap pernyakit berbahaya? Dia senang tidur dengan banyak wanita?! Atau ternyata dia sudah menghamili pacarnya?! Buktinya dia tidak membantah sama sekali perkataan ayahnya yang dilontarkan tadi, dia bahkan terlihat tersenyum tipis saat ayahnya menceritakan tentangnya tadi, dia tidak membantah padahal sorot matanya benar-benar mencerminkan seorang pemberontak sejati. God! Ini menambahkan nilai plus ku, dia terlihat menyanyangi keluarganya, dia tidak membantah dan itu berarti dia bukan anak durhaka.

          "An, kau masih bangun?" ujar seseorang dari pintu luar, aku mendesah berat dan menyadari bahwa itu kakak perempuanku, tidak diragukan lagi. Tapi, ada apa dia kemari dimalam seperti ini? Bukankah biasanya mom yang akan kemari untuk mengecek apakah aku sudah tidur atau belum? Aku mendesah berat lagi dan membuka pintu kamarku, memperlihatkan sosok Ana yang memasang ekspresi datarnya sambil membawa macbook nya. Aku mengernyit.

          "Ada apa?" tanyaku langsung menutup pintu kamarku saat Ana sudah masuk dan langsung duduk diatas ranjangku, dia terdiam lalu mengajakku untuk duduk disebelahnya. Aku masih bingung sampai akhirnya dia menunjukkan layar macbooknya itu. Ada banyak foto Justin disana, aku mendesah berat lagi.

          "Ini Justin McCann, calon suamimu bukan?" aku menganguk. "Look, dari beberapa foto yang kulihat dia selalu membawa setiap perempuan yang berbeda dalam acara-acara tertentu. Oh Annie! Bagaimana bisa kau menikah dengan lelaki playboy sepertinya?" ujar Ana, aku meneguk ludahku. Ana benar.

          "Aku sejujurnya kagum melihat seorang manager director setampan Jason mau dijodohkan olehmu, tapi aku juga tidak rela tikus kecil seperti kau masuk kedalam perangkap pria yang senang bermain-main sepertinya." ujar Ana yang sedikit menghinaku, aku mendesis. Ana benar, aku tidak kenal siapa Jason, tidak tahu kepribadiannya, dan bukankah ini aneh jika aku menerima perjodohan ini hanya karena dia tampan wangi dan bersih? Tapi aku terlanjur terpesona kepada seorang Justin McCann, sialan.

Justin McCann.

          Aku berkutat serius dengan layar komputer yang ada diruang kerja kantorku ini. Aku terus fokus dan melupakan tentang masalahku sejenak, Bah orangtuaku mencampuri urusan asmaraku? Konyol memang.

Pintu terkuak membuatku menoleh sedikit, ada Michael disana dengan jas formalnya yang benar-benar cocok untuknya, aku melenguh dimana pakaian casual yang biasa dipakainya itu? Apa dia mencoba menyaingiku? Apa dia berusaha menarik perhatian Dad? Dasar sapi!

          "Kau kenapa bro? Pagi-pagi sudah serius sekali."

          "Penjualan pasar menurun," jawabku datar dan mengalihkan pandanganku kearahnya, dia terkekeh geli.

"Seharusnya kau santai man, ini masih pukul delapan." Cih, apa dia berusaha menunjukkan bahwa dia lebih handal dariku?

          "Bagaimana kabar si Belle?" tanyaku kepadanya, dia berdecak sebal.

          "Aku putus dengannya, karena dia tidak mau aku cium." Aku tertawa keras, putus hanya karena tidak mau dicium? Aku terkikik.

          "Dia menolak aku cium karena aku lebih suka makan daging, dasar sinting." gerutu Michael, aku makin tertawa keras sambil melirik pintu takut-takut ada karyawanku yang masuk, bisa-bisa reputasiku turun.

          "Aku sangsi, kau pasti tidak akan tahan dengan vegetarian sepertinya." komentarku, dia menganguk setuju. "Bagaimana bisa aku bertahan dengan kambing sepertinya."

          "Kukira dia sapi, sepertimu. Kerjanya hanya makan rumput."

          "Mungkin maksudmu monyet yang doyan pisang." ujarnya meralat lalu kami tertawa bersama-sama ini memang konyol.

          "Jadi bagaimana dengan calon istrimu?" tanya Michael, aku menggedikkan bahuku. "Dia lumayan manis." komentarku,

          "Siapa namanya?" tanya Michael. Aku memutar kedua bola mataku. "Tidak penting, sana kau keluar. Kembalilah bekerja." 

          "Aku jadi penasaran, apakah dia benar-benar manis? Buktinya kau tidak menolak perjodohan ini. Kau santai saja." ini demi ambisiku. desisku dalam hati, dia kembali mengoceh. "Seleramu kan tinggi sekali Just, aku tidak yakin kau akan menerima gadis yang biasa saja. Mengingat mantan-mantanmu yang benar-benar memiliki tubuh yang seksi dan berkelas semua. Aku ragu bahwa calon istrimu tidak menggoda sama sekali." ujar Michael.

          "Dia gadis yang baik, setidaknya itu yang kuketahui."

          "Wow, seorang Justin dijodohkan dengan gadis yang baik-baik? Sulit dipercaya, aku pikir kau suka gadis yang liar dan yang membuatmu puas diatas ranjang."

          "Sialan! Aku tidak separah itu, keluarlah! Kau memang sapi gila yang gila gara-gara sapi." celotehku dia tertawa lalu keluar dari ruanganku.

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=

          Tidak terasa seminggu hampir berlalu, dan hari ini adalah hari pernikahan Ana dengan Jorge Lorenzo, Annie tersenyum melihat kakaknya itu nampak bahagia diatas pelaminan. Wanita itu sedikit menjauh dari keramaian dan duduk disalah satu kursi lalu membuka high heelsnya kakinya benar-benar lelah karena memakai sepatu tinggi seperti itu.

          "Sendiri saja?" ungkap seseorang, Annie menoleh dan mendapati Jason tersenyum dengan manisnya dihadapannya. Annie meneguk ludahnya gugup, baru kali ini dia melihat wajah tampan Jason dengan jelas dihadapannya.

          "Justin?" tanya Annie sedikit heran, pria bermata karamel itu menganguk lalu membungkuk dan meraih kaki Annie yang benar-benar mulus terawat. Pria itu memijiti pergelangan kaki Annie dengan lembut membuat Annie benar-benar terkena serangan jantung, namun anehnya dia tidak stroke sama sekali.

          "Bukankah kakimu merasa jauh lebih baik hm?" tanya Justin lembut membuat Annie tersanjung, wanita itu meneguk ludahnya gugup dia mengingat apa yang dikatakan kakaknya, Ana beberapa hari yang lalu.

          "Terimakasih, kau pintar mengambil hati seseorang." ujar Annie sedikit menyindir membuat Justin tersentak.

          "Mungkin maksudmu mengambil hati calon istri sendiri." Annie tertawa miring, Justin membasahi bibir bawahnya, takut-takut bawa wanita muda dihadapannya tidak menyukainya lantas menolaknya dan membuat kursi panas milik ayahnya jatuh ketangan Michael, adiknya.

          "Kau menerima perjodohan konyol kita?" tanya Annie lalu kembali memakai sepatunya namun tetap duduk dikursinya. Justin tersenyum tipis lalu mendekatkan wajahnya kearah Annie, membuat wanita itu benar-benar gugup.

          "Ayahku memilihmu sebagai yang terbaik untuk diriku, apa salahnya menerima hm?" jelas Justin sambil menelusuri pandangan matanya diwajah Annie.

          "Kita tidak saling mengenal."

          "Kita bisa saling berkenalan, menghabiskan waktu bersama, atau berpacaran?" goda Justin, Annie meneguk ludahnya.

          "Kau bukan seorang gay yang sedang mencari status aman kan?" tanya Annie, Justin sedikit terhenyak dan menggerutu dalam hati namun pria itu tidak menjauhkan sedikitpun wajahnya dari wajah Annie.

          "Tentu saja tidak, aku bukan seorang gay, manis." Annie tertegun.

          "Aku tidak bisa menerima perjodohan ini."

          "Aku akan membuatmu berpikir dua kali." jelas Justin lalu memiringkan wajahnya dan mencium bibir tipis milik Annie yang dilapisi lip gloos dengan aroma strawberry nya. Annie terlonjak kaget, namun wanita itu tidak bisa melakukan pemberontakkan. Tubuhnya kaku, dia membiarkan Justin menciumnya. Justin menarik bibirnya lalu menatap Annie dengan serius.

          "Kau akan menyukaiku, aku pastikan itu nona manis."

CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang