CHOICE #2

1.8K 70 1
                                    

          "Apa?! Perjodohan?!" pekik Annie saat mereka sekeluarga berkumpul diruang keluarga rumah mereka, Anadell hanya memutar kedua bola matanya jengah, sementara Leon hanya menahan tawanya melihat wajah adik kecilnya yang benar-benar shock. Annie meneguk ludahnya.
          "Dad, kau selalu saja bercanda. Bagaimana kau bisa menjodohkanku?" tanya Annie berusaha mengatur nafasnya.
          "Lantas siapa yang kuharapkan lagi? Ana akan menikah satu minggu lagi bersama Jorge, aku tidak mungkin menjodohkannya." jelas Jimmy menatap anaknya itu penuh pengertian. Leon terkikik.
          "Aku dilewati oleh dua adik-adikku." gumam pria itu, Ana memutar kedua bola matanya jengah lagi dan lagi. "Makanya brobear, kau itu bergaul jangan cuma berkutat dengan laptop dan pulpen setiap harinya." jawab Ana cuek, gadis itu memang selalu begitu. "Kau bercanda dad? Mana bisa Annie mengurus suaminya, lagi pula bukankah dia masih 24 tahun? Sejujurnya ini adalah waktunya mnggali karirnya." jelas Ana membuat Annie menganguk setuju, baru kali ini kakaknya yang satu ini mendukung keputusannya.
          "Lagipula, bagaimana bisa Annie menikah dengan cepat padahal kakaknya baru sja menikah. Bagaimana tanggapan orang-orang?" ujar Leon. Annie mendesah berat. 
          "Aku tidak memaksa adik kalian, Annie. Kalian tahu bukan bahwa keluarga kita dekat dengan keluarga McCann? Lagipula aku kenal siapa Daniel. Annie bisa mengurus calon suaminya kelak, aku tahu dia gadis yang mandiri." puji Jimmy, Annie mendesah berat.
          "Akan kupikirkan." ujar Annie lalu bangkit dari duduknya dan bergegas kekamarnya. Jimmy mendesah berat alu menatap istrinya. "Dad, bukankah ini aneh? Mengapa McCann tiba-tiba ingin menjodohkan Annie dan Justin?" tanya Leon sedikit ragu, Ana menganguk setuju. Meskipun dia sering kali memarahi Annie bukan berarti dia tidak menyanyangi adiknya tersebut, itu hanya caranya menunjukkan rasa sayangnya.
          "Astaga Leon, singkirkan pikiran burukmu itu. Daniel tidaklah seperti itu." ujar Momnya membuat Leon terdiam, "Bukankah kita harus mencurigai seseorang terlebih dahulu baru mempercayainya?" tutur Ana tiba-tiba, Jimmy mendesah berat dan terdiam.
          "Mereka tidak sekeji itu Ana, aku bersahabat dengan Daniel lebih dari dua puluh tahun. Aku mengenalnya dengan baik." tutur Jimmy, ayahnya..
          "Aku harap ini bukan ide yang buruk." timpal Ana lagi, Leon menganguk setuju lalu bangkit berdiri sebelum akhirnya pamit untuk pergi kekamarnya.


=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=


          "ANNIIIIEEEE BUKA PINTUNYA?! ITU PASTI JORGEEE!!" pekik Ana dari lantai atas, Annie mendesah berat lalu meletakkan remote televisi yang dipegangnyadan beranjak kepintu rumahnya, dan benar saja ada Jeorge disana dnegan senyum manis yang mengembang.
          "Hai lil' sist." sapa Jorge membuat Annie tertawa. "Dasar sok akrab, masuklah Ana sedang mandi." ujar Annie, Jorge menganguk lalu masuk kedalam rumahnya.
          "Kemana mom dan dad?" tanya pria itu yang memang sudah memanggil orangtua mereka dengan sebutan mom dan dad. Annie mendesah berat.
          "Ada urusan dengan client nya, kupikir pergi kepesta." Jorge menganguk tanda mengerti. "Leon?"
          "Masih tertidur, kau tahu bagaimana anak laki-laki." 
          "Biar aku tebak, kau yang pertama kali bangun dari antara kakak-kakakmu itu?" tanya Jeorge berusaha menebak, Annie mencibir lalu menggeleng. "Tidak, Ana yang pertama bangun, lalu aku, dan mungkin yang terakhir brobear." ujar Annie, Jorge mendesah berat karena tebakannya salah. "Panggilan yang manis, brobear?" tanya Jorge.
          "Aku dan Ana memang memanggil Leon brobear, kau juga akan kupanggil brobear jika kau sudah resmi menjadi suami kakakku kelak." tutur Annie membuat Jorge tertawa.
          "Inilah yang aku suka dari lil' sist ku ini, kau benar-benar punya selera humor yang tinggi." Jorge memang mengganggap Annie sebagai adiknya sendiri, karena da tidak memiliki adik perempuan. Tiga bersaudara dan semuanya adalah lelaki.
          "Kau sudah datang?" tanya Ana sambil menuruni anak tangga.
          "Dan kau baru selesai mandi?" Jorge membalas pertanyaan Ana dengan pertanyaan membuat wanita itu menghela nafasnya.
          "Aku harus bersiap-siap dulu, kukira aku bisa telat jika terus mengobrol bersama kalian." jelas Annie saat mengerti tatapan yang diberikan Ana kepadanya.



Justin McCann.
          "Kau harus ikut bersamaku malam ini, bertemu calon istrimu." saat itu juga aku membulatkan mataku, Michael hanya tertawa geli sambil melahap rotinya. Ibuku terdiam sambil menyesap tehnya.
          "Tidak bisa, ada rapat penting hari ini."
          "Batalkan." 
          "Apa?! Dad kau bisa kehilangan salah satu rekan kolege mu yang benar-benar berpengaruh untuk perusahaan." protesku, sial.
          "Mereka akan mengerti, aku akan menghubungi mereka nantinya. Aku harus benar-benar mengurusimu terlebih dahulu." Aku menekuk wajahku dalam-dalam.
          "Menikah eh?" goda Michael, yang membuatku langsung mengarahkan garpu ditanganku kearahnya, dia tertawa geli. "Aku lupa, kakakku memang sudah besar." 
          "El, berhentilah bersikap menyebalkan!" pekikku, dia menggedikkan bahunya tidak peduli. "Pilihan yang bagus dad, kau benar-benar pintar dalam mengambil keputusan." ujar Michael membuatku ingin menonjok rahangnya itu.
          "Menikah bukanlah ide yang buruk bro, kau tahu? Akan ada seseorang yang menemanimu, membantumu, merawatmu, dan menjagamu. Itu menyenangkan." Dad tersenyum tipis, aku mendesah berat.
          "Look, bahkan Michael berpikiran yang sama denganku." Bajingan kecil ini ckckckck. Apa dia baru saja berusaha mengambil perhatian ayah? Benar-benar menyebalkan, saat dia kuliah di Inggis aku merasakan ketenangan, tapi setelah dia menyelesaikan pendidikannya dan kembali kemari aku benar-benar ingin membunuhnya.
          Kau harus tahu, hubungan kakak-adikku dengan Michael memang baik, tapi kami aneh. Kami masih suka ribut hal sepele, saling meninju ataupun memukul namun keesokan harinya kami bisa saja sudah mengobrol ataupun bercanda. Hhhh...
          "Kau akan menyukainya Just, dia gadis yang cantik dan pintar. Benar-benar tipemu bukan?" ya aku memang suka gadis yang cantik dan pintar namun apa artinya jika aku menikah dengan gadis antah berantah dan sama sekali tidak aku kenal, terlebih lagi aku memang dijodohkan. Mimpi yang sangat buruk. Sekali lagi, ini demi ambisiku, demi perusahaan, karir dan kehormatan. Ya demi semua itu. Satu lagi, aku tidak mau dibilang anak durhaka, karena tidak menuruti permintaan orangtuaku sendiri.
          "Namanya Annie Deppra, dia gadis yang manis, baik, dan sopan." tutur momku sambil tersenyum ceria, aku hanya diam sambil tersenyum tipis padahal dalam hati aku merutuk habis-habisan.
"Dia anak paman Jimmy." saat itu juga aku terbatuk. Aku buru-buru mengambil air putih dan meneguknya.
          "Paman Jim?!" pekikku, aku kenal paman Jim-atau lebih tepatnya paman Jimmy Deppra-dia salah satu sahabat ayahku yang paling dekat. Aku suka sekali dengan karakter paman Jim, dia berwibawa dan selalu memikirkan apa yang menjadi opini orang lain. Aku juga sering menemani dad kerumah Paman Jim, dan setahuku hanya ada Leon-umm anak lelakinya dan Ana, anak perempuannya yang manis itu tapi tingkahnya sedingin es batu atau lebih tepatnya lautan antartika. Dan, Annie? Siapa Annie? Sifat kakak-kakaknya saja abstrak semua, bagaimana adik mereka? Leon suka sekali bertingkah konyol, sedangkan Ana sekeras batu dan sedingin es. Bagaimana dengan Annie? Apa dia seperti alien? Holy fuck.


=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=


Still Justin McCann POV.
          Aku duduk dengan manis diantara ruang tamu rumah yang cukup besar, oh yang benar saja. Paman Jim juga orang sukses, bukan sebuah pertanyaan jika aku menayakan tentang rumah ini. Aku menarik lengan  kemejaku sampai siku dan memandangi para orangtua yang asik bernostalgia tentang masa lalu. Err, membosankan.
          "Mom dad aku pulang." ujar seseorang dari arah pintu, kami semua menoleh. Ada seorang gadis disana, apa itu Annie?! Aku berharap bukan!
          "Annie, jam segini kau baru pulang? Apa jalanan macet?" tanya aunty Pricilia, istri paman Jim. Aku meneguk ludahku, jadi benar itu Annie? Yaampun, dia bukan seorang gadis dengan make up super tebal, dia bukan wanita dengan pakaian yang glamour, dia sama sekali bukan gadis liar. Tapi, dia juga bukan gadis yang jelek, dia bukan gadis yang norak, dia juga bukan gadis yang cuek. Aku menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepala.
          Dia mengenakan kaos putih bertuliskan I'm not perfect, dengan jam tangan bewarna biru laut di pergelangan tangannya, tubuhnya mungil, dengan celana hitam denim dan sepatu ketsnya, rambutnya diikat dalam satu kunciran kuda, dengan tas ransel dipunggunya.

          Masa calon istriku seorang siswi kelas Senior?!

          "Tidak mom, tugas dadakan." Apa benar dia siswi SHS?! Aku ingin mati saja sekarang. Aku bukan pengidap pedophillia yang menyukai anak kecil. Eww.
          Dia melangkah masuk membuyarkan keterpakuanku. "Nah, yang ditunggu akhirnya datang juga." ujar ayahku, aku mendesah berat. Gadis bernama Annie itu sedikit kaget dan akhirnya tersenyum ramah. Tampang yang benar-benar menjijikkan bukan? Aku tahu jelas, dia sudah tahu rencana perjodohan ini. Tidak usah sok-sok tersenyum polos seperti itu. 
          "Oh hai, paman bibi..." sapanya ramah dan menyadari keberadaanku, aku tersenyum simpul tapi dia malah mengernyit heran. Hell! Apa yang dia lakukan?! Kenapa dia tidak terpesona sama sekali?!!! 
          "Dia siapa paman?" tanyanya, ini gila! ini benar-benar gila! Dia tidak mengenal Jason McCann?! Dad tertawa sementara aku hanya mendesah berat dan menjulurkan tanganku untuk berkenalan.
          "Justin McCann, kau Annie Deppra bukan?" tanyaku berusaha sopan, dia membalas jabatan tanganku dan menganguk cepat dan kembali menarik tangannya. Oh gadis ini. -_____- 
          "Duduklah," ujar ayahku lalu menyuruhnya duduk, dia terduduk diantara paman dan bibi Deppra dan menatap ayahku bingung. "Kau sudah tahu bukan untuk apa aku kemari?" tanya ayahku langsung, dimana kepiawaiannya membangun sebuah komunikasi. Apa tidak bisa berbasa-basi terlebih dahulu?! Aku mendengus dalam hati dan memperhatikan Annie, sejujurnya dia memang manis.
          "Aku sudah tahu paman." jawabnya sopan, aku membasahi bibir bawahku. "Bukankah pasangan hidup yang baik selalu memberikan sesuatu yang baik?" pertanyaan dad membuatku terdiam, keheningan melanda kami. Aku tidak bisa membantah pertanyaannya, batinku menyetujuinya. Sepertinya dad memang berniat membunuhku secara perlahan dia sengaja membuatku kehabisan nafas dan menukik jantungku lalu jantungku putus. Aku tidak yakin, sebenarnya niatnya menjodohkanku itu demi kepentinganku. Jangan-jangan dia sengaja menjodohkanku karena ingin menimang cucu? Tapi menyentuh gadis seperti Annie sama sekali membuatku tidak berselera, dia jauh dari kata menggoda. Sama sekali tidak.

CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang