Resepsi berlangsung sangat meriah, para tamu hilir mudik memenuhi balroom hotel bintang lima ini. Nita terkagum-kagum dengan dekorasi ruangan yang sangat menakjubkan, aneka makanan lezat dan minuman beraneka warna memanjakan para tamu. Sayangnya tak ada tamu yang dikenal oleh Nita kecuali dari pihak ibunya. Alangkah bodohnya Neta meninggalkan pesta mewahnya dan suami tampannya, apalagi sih yang dicarinya? Seharusnya dengan kondisi masa lalu yang tak terlalu baik Neta bersyukur mendapatkan suami tampan seperti Jendra. Ini malah ditinggal kabur dengan cowok lain pula, apa cowok itu jauh lebih baik dari Jendral kancil ini?
Nita melirik sosok tampan yang berdiri disampingnya, begitu gagah dengan stelan biru terang senada dengan gaun panjang yang dipakai Nita. Para tamu berdecak memuji ketampanan dan kecantikan raja dan ratu sehari ini dan Nita tidak tahu apakah para tamu yang ia salami ini menyadari bahwa pengantin perempuan yang mereka kasih selamat tak sama dengan foto pengantin yang terpasang diundangan.
Ritual melelahkan itu akhirnya selesai juga, Nita memijit kakinya yang terasa kaku kelamaan memakai heels, alas kaki yang membuat Nita keki . Mungkin Nita akan mengomeli pencetus sepatu tinggi yang digandrungi para wanita kecuali dirinya, ia lebih nyaman kemana-mana memakai flatshoes.
"Baju gantimu udah bunda taruh dikamar, besok kamu langsung pulang ke apartemennya Jendra ya? Bunda juga udah mengantarkan pakaianmu kesana," terang Arini membuat Nita terhenyak, jadi malam ini ia tak pulang kerumahnya? Tepatnya tak tidur dikamarnya? Dan membayangkan akan tinggal diapartemen Jendra bersama lelaki itu membuat Nita gugup, kenapa tak terpikirkan olehnya setelah acara resepsi ia akan mengikuti suaminya pulang kerumahnya, Shit!!!
"Emang Nita nggak pulang kerumah kita bun? biar Jendra pulang sendiri keapartementnya," Nita menyesali pertanyaan bodoh yang meluncur begitu saja dari bibirnya.
"Nita, kamu sekarang istrinya Jendra berarti dia yang jadi imam kamu, jadi kamu harus ikut suamimu nak," Jamil beralih pada Jendra yang berdiri terpaku disebelah Nita, "Nak Jendra, ayah titip Nita tolong perlakukan dia dengan baik, ayah tahu ini sangat berat bagi nak Jendra karena semua tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan, tapi yakinlah Allah punya rencana lain untuk kalian dan berusahalah menerima semua ini dengan lapang dada."
"Ayah jangan khawatir, saya akan berusaha menerima Nita apa adanya dan saya janji akan memperlakukan Nita sebagai mana mestinya."
"sebaiknya kalian istirahat," keduanya mengangguk dan memasuki lift setelah berpamitan pada orang tua masing-masing.
Tak ada pembicaraan yang terjadi, keduanya sibuk dengan jalan pikiran masing-masing dan berlangsung sampai masuk kekamar hotel. Jendra menghilang kekamar mandi dan keluar dengan telanjang dada dan handuk melilit pinggangnya. Ia begitu seksi dan hot membuat Nita yang menatapnya dari pantulan cermin jadi salah tingkah dan nafas tertahan, ia segera memalingkan wajahnya begitu mata mereka beradu dibenda tipis itu.
Jendra berjalan mendekatinya dan berdiri satu langkah dibelakang Nita yang terpaku didepan meja rias, aroma sabun mandi yang menguar membuat jantung Nita berdetak kencang. Mau apa dia? ia merinding memikirkan hal yang biasa dilakukan pasangan penganten baru dimalam pertama mereka, malam pertama? Tiba-tiba oksigen lenyap didalam kamar itu.
"Jangan harap aku akan melakukan apa yang ada diotak kotormu itu!! Sampai kapanpun takkan pernah terjadi!! Dasar jalang!!" sinis Jendra membuat Nita tersentak kaget, lelaki itu menatapnya penuh kebencian lewat pantulan kaca dan segera masuk kebalik selimut tebal diatas ranjang, meninggalkan Nita yang terkesima dan tak menangkap maksud dari perkataan Jendra barusan.
Nita mengusap wajahnya sedih, nasib tragis apalagi yang harus diterimanya, apa belum cukup kesedihan yang selama ini menghantamnya? Apa belum cukup ketidak adilan yang selama ini diterimanya? Apa ia belum cukup mengalah? Dan jalang? Kenapa Jendra menyematkan kata tak pantas itu padanya? Kesalahan apayang telah diperbuatnya pada lelaki itu? Bahkan mereka tak pernah bertemu sebelumnya, lagipula pernikahan ini bukan kehendaknya dan semua terjadi tiba-tiba. Jika ada yang harus disalahkan itu adalah Neta karena ia yang mungkir dari pernikahannya dan malah kabur dengan lelaki lain. Seharusnya lelaki itu berterima kasih padanya karena telah menyelamatkan mukanya dari aib memalukan, bahkan Nita sudah mengorbankan semuanya untuk menyelamatkan muka dua keluarga itu, mengorbankan perasaan dan masa depannya. Apa lelaki itu tak konsisten dengan janji yang diucapkannya didepan orang orangtuanya tadi?
Tanpa sadar setitik air mata jatuh dan mengalir membasahi pipinya, ia tak apa-apa jika lelaki itu tak mau menyentuhnya dan bahkan tak menganggap istrinya pun Nita tak masalah, tapi sebutan jalang? Sungguh itu kata-kata yang tak pantas diucapkan seorang lelaki yang telah menjadi imamnya meski dengan terpaksa, tapi bukankah pernikahan itu sakral dan bukan permainan? Sepertinya baru sehari bertemu Nita sudah bisa menilai lelaki seperti apa Jendra, apa karena itu juga Neta meninggalkannya? Tak nyaman dengan tindak tanduk lelaki yang saat ini telah tidur dengan pulasnya?
"Apa yang akan terjadi, terjadilah!!" putus Nita dan masuk kekamar mandi membersihkan diri, dan ikut bergabung dibawah selimut dengan pria angkuh itu meluruskan punggungnya yang terasa sakit dan tegang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Replacement Wife
RomanceREVISI (BEBERAPA PART DIHAPUS) Jenita hanya mengernyit tak mengerti kenapa ia harus memakai pakaian seperti itu. Harusnya ia memakai pakaian yang sama seperti yang dipakai bundanya karena ia adiknya mempelai perempuan, tapi kenapa ini beda? Belum l...