SEMBILAN

44.8K 3.1K 56
                                    

Dua pria dewasa itu duduk berdampingan dibangku taman disebelah dapur dengan mata mengarah kesatu objek, dan orang yang mereka awasi itu sibuk menyiapkan masakan bersama Alma dan mbok Darmi.

Nita yang jadi pusat perhatian bersikap cuek dan pura-pura tak tahu dengan dua pasang mata yang terus menatapnya. Ia menyibukkan diri dengan spatula dan centong mengaduk masakan diatas kompor. Sesekali terdengar tawa berderai dari dalam dapur, berbanding terbalik dengan dua lelaki yang berdiam diri dengan suasana mencekam.

"Jadi dia yang bikin lo susah move on?"pecah Jendra tiba-tiba, matanya tak beralih dari sosok Nita, "Gue rasa lo udah buang-buang waktu buat perempuan kayak gitu," dengusnya dengan senyuman sinis.

"Gue kenal Nita sudah lama, kami sahabatan sejak kelas 7 dan gue tahu dia gak seburuk yang ada dalam pikiran lo, bahkan lo kenal dia baru sebulan, gue udah kenal dia bertahun-tahun," Balas Alvin tak kalah sinisnya, aura persahabatan dan persaudaraan yang selama ini ada diantara mereka raib digantikan aura tegang dan permusuhan.

"Sahabat apa yang menghilang begitu aja tanpa kabar, waktu lima tahun bisa mengubah segalanya Vin,"

"Gue tahu, tapi gue yakin Nita gak kayak gitu dan pasti ada alasan dia menghilang. Lebih baik kita dengar penjelasannya biar gak ada buruk sangka diantara kita dan kalau alasannya masuk akal dan Nita gak seburuk dugaan lo jangan salahkan gue kalau gue rebut dia dari tangan lo. Gue gak rela orang yang gue suka lo sia-siain.

Nita terlalu baik untuk dikecewakan bahkan setelah dia mengorbankan segalanya untuk menyelamatkan muka lo dari malu. Dan apa balasannya? lo menganggap dia dalang dari semuanya dan mencap dia jalang! Dimana akal sehat lo Dra?"

***

Makan siang berlangsung meriah dan digelar ditaman belakang dekat kolam renang, semua keluarga hadir lengkap dengan pasangan dan anak masing-masing termasuk orang tua Jendra. Mereka memuji masakan yang terasa lezat berbeda dengan masakan sebelumnya, dan Tante Alma menceritakan Nitalah yang menyiapkan bumbu dan memasak semuanya dibantu dirinya dan mbok Darmi.

"Wah beruntung ya Jendra punya istri cantik dan pintar masak, beda sama calonnya yang kabur itu, jangankan masak bantuin didapur aja dia nggak mau, takut kukunya patah," komentar Tante Yana kakak tante Alma.

Nita tersipu, ah tante Yana mah nggak tahu kalau keponakannya itu nggak pernah makan masakan Nita, batinnya.

"Kak Nita ajarin Rena masak dong, Rena juga pingin pintar masak kayak kak Nita," celetuk Rena adiknya Jendra dengan mata mengerjap lucu.

"Ok, kapan-kapan Kak Nita ajarin,"

Acara kumpul-kumpul keluarga dilanjutkan dengan ngerujak bareng, memang sudah jadi tradisi dikeluarga ini untuk berkumpul satu bulan sekali dan tempatnya bergiliran, tujuannya sih untuk memupuk kebersamaan dan rasa saling peduli diantara mereka.

"Asyik juga ya acara kayak ini, kumpul bareng sekali sebulan kayak gini, jarang-jarang loh keluarga lain ngelakuin begituan," ucap Nita yang ikut bergabung dengan Alvin dan Jendra digazebo, diletakkannya nampan yang berisi tiga piring rujak dan tiga gelas air putih dan duduk berjuntai dipinggiran gazebo.

"Emang dikeluarga lo nggak ada acara kayak gini?" tanya Alvin dengan tangan menusuk mangga dengan garpu dan memasukkan kemulutnya, matanya menyipit mendapati rasa kecut mangga muda yang dikunyahnya.

"Boro-boro Vin, kumpul sekali setahun waktu lebaran aja susah, apalagi sekali sebulan kayak gini, Keluarga kami tinggal berpencar nggak ngumpul disatu kota kayak disini," jelas Nita, Alvin hanya ber 'oh dengan mata menatapnya, binar-binar rindu terpendam terpancar dari sorot matanya membuat Nita mengalihkan pandangan, ia makin terintimidasi dengan sorot mata tajam dan dingin milik Jendra.

Replacement WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang