Menyentuh masa lalu.

39 5 9
                                    

Hari ini sungguh melelahkan.Jadi biarlah sejenak tubuhku direbahkan.Sudah selesai aku menghibur para pendengar.Pendengar radio yang sekarang ini entah sudah tersisa berapa peminatnya.Hampir saja punah.Tenggelam oleh asiknya aplikasi di dalam gadget mereka.

Sengaja aku membiarkan bunyi telepon masuk terus memenuhi ruangan.Sudah beberapa kali si penelepon itu mencoba menyambungkan panggilan.Sepertinya dia mempunyai jiwa pantang menyerah.

Ini waktunya break!.Jika saja aku mengangkat telepon itu aku akan bilang seperti itu dengan kasarnya.Tapi tak ada gunanya,mungkin itu hanya akan membuatku dipanggil oleh atasan yang tanpa pernah berfikir panjang untuk memotong honorku.

Usai menyantap makan siangku.Aku melihat samar seseorang menuju pintu masuk ruang rekaman.

Postur tubuh big size memakai jaz hitam pekat,kepala pelontos hampir tak ada rambut.Tak salah lagi ini dia si pemotong honor!ups! maksudku dia bosku.

Yang ada di ingatanku adalah honorku yang nantinya akan berkaitan dengan keseharianku,bagaimana aku makan,bagaimana aku hidup,bagaimana aku mencari kesenangan hidup.

Tapi yang terpenting adalah bunyi telepon itu harus kuberhentikan sekarang juga.Agar tak kudapat teguran darinya.

Dengan cepat aku meraih gagang telepon tahun 90-an itu.Bersamaan saat atasanku membuka pintu.Membuatnya tak jadi menghampiriku dan kembali menutup pintu.

Aku membuat diriku terlihat sibuk menerima panggilan.Padahal tombol cancel sudah ku pencet.

"huuh..." kataku lega.

"Ahh...,orang di telepon itu hampir saja merengut nasib honorku" derusku berbisik.

Aku masih tak habis fikir ada apa dengan si penelepon itu.Apakah sepenting itu menelepon seorang penyiar yang sedang menikmati waktu breaknya.

Tapi aku sempat mendengar dia berbicara 'halo' berulang kali.Suaranya itu masih terngiang di telingaku.Suara yang pernah ku kenal,tak asing bagiku.Apa jangan-jangan dia masih staf di sini yang sengaja untuk mengujiku?.Ahh bisa gawat jika benar seperti itu.

Tubuhku merasa ada yang tak enak,hatiku tak karuan,bagaimana jika iya dugaanku benar.

Telepon kembali berbunyi.Tanpa harus ku fikirkan lagi,siapaun dia , bagaimana pun juga aku harus mengangkatnya.

Dengan gemetar saking takutnya,kuangkat kembali gagang telepon berwarna putih gading itu.

"Halo,Selamat sore,bersama Lia dari radio Harian FM!ada yang bisa dibantu?" kataku berusaha profesional seperti biasanya.

"Lia sepulang kerja kamu saya tunggu dikantor!"kata seseorang di ujung telepon dengan nada kerasnya,suara bos-ku.

Tut tut tut ....

Gawat!Apa benar dugaku.

...

Dengan fikiran yang kalut dan tergesa-gesa aku mendatangi ruang atasanku itu.

Hanya ada do'a yang mengiringi setiap langkahku.

Tok tok tok ...

"Masuk!"

"Maaf,permisi"

"duduk!" katanya menghentak , terpaksa menuruti perintahnya.

"Ada apa ya pak?" kata setelah duduk tegang dihadapannya.

"Ini,terimakasih sudah bekerja dengan baik"

Ia memberikan setumpuk kertas yang dibalut amplop coklat.Mirip ...

Menyentuh masa laluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang