Aku berbalik meninggalkan gerbang rumahku setelah mobil Ashton benar-benar sudah tidak terlihat. Dengan penuh perasaan cemas, aku mengambil langkah untuk cepat- cepat pergi dari sini. Menyusuri jalan komplek perumahan yang sunyi.
Butuh dua kilo meter untuk aku jalan kaki menuju tempat angkutan umum biasa lewat.
Ada beberapa kali belokan dan jalan lurus melewati kavling-kavling yang gelap gulita. Aku meringis ngeri membayangkan kemungkinan setan pohon rambutan sedang mengintaiku. Atau bisa saja perampok kejam sedang membuntutiku dari belakang. Tumben sekali tidak ada satupun mobil yang lewat.
Suasana hening. Yang aku dengar hanya suara nafas dan jantungku yang mulai berdegup kencang. Tiba-tiba sebuah tangan menarikku, dan tangan lainnya membekap mulutku yang baru saja akan menjerit.
Ya tuhan!! Perampok?!
Aku belum bisa menyadari siapa yang membekapku ketika badanku di tarik ke sebuah mobil SUV hitam. Aku menjerit dan meronta. Tapi tangan besar itu dengan gampangnya mengangkat badanku yang kecil seperti membawa boneka.
Beberapa detik kemudian aku sudah berada di dalam mobil. Pintu terkunci dan laki-laki yang menyeretku sudah duduk di kursi kemudi. Aku berhenti meronta mencoba membuka pintu mobil sialan ini karena mobil sudah melaju dengan kencang. Air mataku mengalir, badanku mengigil ketakutan, membayangkan hal buruk bisa saja dilakukan oleh pria ini. Dia tidak memakai penutup kepala layaknya penculik, dia juga tidak bertato seperti perampok. Siapa orang ini?
“Siapa kau?!” Aku menjerit dan mencoba memandang wajahnya yang tegang. Siluet nya tidak asing bagiku. Tapi itu membuatku makin takut. Wajahnya masih samar, dikaburkan oleh gelap malam dan topi yang dikenakannya.
“JAWAB SIAPA KAU DAN MAU APA?!!!”
Aku teriak sekencang yang aku bisa. Laki-laki itu mendengus kencang dan menghentikan mobilnya dengan mendadak. Kepalaku terpelanting ke depan dan mengenai dashboard. Rasa sakit di kepalaku menandakan benturan tadi cukup kencang. Tapi tidak aku pedulikan. Kesempatan ini aku pakai untuk mencoba menggedor-gedor kaca sambil berteriak minta tolong.
“Jessie!”
Sebuah suara memanggil namaku. Laki-laki ini mengenaliku. Sontak aku membalikan badan menghadap ke arah suara itu berasal. Sebuah wajah yang ku kenali samar terlihat di balik topi dan redup nya cahaya malam.
“Jessie maafkan aku. Ini aku."
Laki-laki itu menarik tanganku. dengan reflek ku hempaskan tangannya. Siapapun dia, sangat kurang ajar karena membuatku begitu ketakutan.
Pelan-pelan wajahnya terlihat jelas. Aku masih meyakinkan kan penglihatanku yang masih kabur akibat rasa takut dan panik serta benturan di dashboard tadi. Dan ketika topi nya di lepas, tampak lah sesosok wajah yang sangat ku kenal.
“Alex?”
Suaraku bergetar. Tidak percaya dengan apa yang ku lihat.
Alex mantanku yang sudah beberapa bulan pergi ini harusnya ada di Batam. Kenapa dia kembali ke Bandung?“Maafkan aku Jessie, tapi kita harus bicara.” Dia masih mencoba memegang tanganku. Dan tentu saja aku tidak mengijinkanya.
“Keluarkan aku dari mobil atau aku teriak sampai polisi datang. Aku pegang handphone dan bisa panggil polisi kapan saja!” Ancamku sambil mengeluarkan handphoneku dari tas.
“Jessie kita bisa bicara baik-baik.” Rengeknya.
“Membekapku dan memaksaku masuk ke mobil ini apa itu cara baik-baik?"
“Aku kalap jess. Aku cemburu liat kamu sama pacarmu tadi.”
“Hah? Pacar?”
“Laki-laki yang pakai volvo silver tadi. Dia terlalu tua buat kamu.”
Apa yang dia maksud pacarku itu Ashton? Ini konyol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Love (Sudah di terbitkan)
RomantikAku Jessie. Hidup dengan ayah dan kakak yang tidak berguna. Berjuang sendiri untuk kelulusan Kuliahku. Semuanya suram sampai aku bertemu dengan nya. Si Laki-laki tampan yang mobilnya kena baret olehku. Hidupku indah dengannya sampai aku mengetahui r...