Hari belum terlalu siang ketika jeritan telepon membangunkanku. Nama Aaron terpampang di layar. Aku mengabaikannya. Sampai beberapa pesan masuk dan aku memutuskan untuk membacanya.
Dickhead : 'kamu dimana?’
Aaron mengirim kan text ini sampai tiga kali. Mataku berputar menebak apa lagi yang di inginkan bajingan ini. Aku menyentuh ikon balas pesan pada layar handphone dan menuliskan balasannya.
Me : ‘Dua meter di bawah permukaan tanah’
Tak lama kemudian Aaron membalas lagi text yang ku kirim tadi.
Dickhead :‘Ayolah baby girl aku serius’
Aku mendengus memabaca text dari Aaron. Aku mempertimbangkan untuk tidak membalasnya. Tapi beberapa menit kemudian Aaron mengirimi aku text lagi.
Dickhead : ‘Aku tinggal di apartementnya Felly’
Yeah, Felly si cewek berambut merah yang masih setia aja jadi pacar kakakku.
Me: ‘so?’
Dickhead : 'for your information Miss Carliste’
Me: ‘Informasi yang sangat penting. Sayangnya aku enggak peduli’
Dickhead :'What ever you say, little girl. Just call me when u need something’
aku membanting telephone. Tapi segera kuraih lagi untuk mengecek sisa saldoku di bank. Nominal yang tertera disana menyedihkan. Memupus harapanku berkuliah. kepalaku serasa berputar-putar. Perutku melilit. Ini mimpi buruk.
Aku mulai menghitung-hitung lagi mana yang paling ampuh dan paling sedikit meninggalkan rasa sakit. Racun tikus untuk ku minum, pisau daging untuk memutus nadiku, atau tali untuk mencekik leherku. Atau aku bisa pergi ke toko kimia untuk membeli racun senyawa arsenik.
Yeah itu ide paling brilian. Aku tertawa puas.
“Hai Jessie. Bisa tidur nyenyak tadi malam?” Suara Sam menariku kembali dari lamunan. Aku tersenyum lemah.
“Ya. Kasurmu nyaman.” Jawabku.
“Sudah merasa baikan?” Sam menggeser tempat duduknya. Lebih mendekat ke arahku. ”Sudah bisa bercerita sesuatu?” tanyanya.
Aku mengambil nafas panjang sebelum mulai bercerita.
“Semalam memang malam yang buruk. Aku enggak menyangka mereka segila ini." Aku mendesah.
“Ayahku mengusir kami. Aaron berulah swwaktu dia sedang mabuk. Dia menyiram pacar ayahku dengan air kotor. Membuat ayahku marah besar.” Paparku mencoba santai.
“Semua akan baik-baik aja. Mereka tidak akan sanggup hidup tanpa kamu." Sam mencium puncak kepalaku.
“Well, aku enggak yakin. Mereka itu monster." Aku bergidik.
Hening menemaniku sesaat membuatku sedikit nyaman. Membiarkan Sam memberikan sedikit perlindungan padaku.
“Minum ini. Abis ini kita sarapan di bawah." Sam menyodorkan segelas susu hangat padaku sambil menepuk pelan punggungku.
“Terimakasih untuk semuanya Sam. Kamu sahabat terbaikku selamanya." Ucapku tulus.
Sejenak Sam memandangku. Tatapannya sedih. Entah perasaanku atau memang dia tersenyum lemah, aku tak begitu yakin. Banyak hal yang perlu aku pikirkan. Dan salah satunya adalah bagaimana aku memulai hari ini tanpa keluarga dan uang.
***
Sudah tiga hari aku menumpang di rumah Sam. Pagi-pagi aku membantu ibu Sam di rumah makan miliknya. Walau tidak terlalu besar, tapi rumah makan ini selalu ramai. Jadi walau pegawai rumah makan ini sudah banyak, tetap saja di jam-jam tertentu mereka kewalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Love (Sudah di terbitkan)
RomanceAku Jessie. Hidup dengan ayah dan kakak yang tidak berguna. Berjuang sendiri untuk kelulusan Kuliahku. Semuanya suram sampai aku bertemu dengan nya. Si Laki-laki tampan yang mobilnya kena baret olehku. Hidupku indah dengannya sampai aku mengetahui r...