Musik mengalun memenuhi kamarku. Pintu dan jendela aku kunci rapat membuatku aman dari suara ribut di lantai bawah. Ribut seperti biasa. Jikka ada keributan di rumah ini, itu artinya Aaron pulang ke rumah setelah berhari-hari menghilang tanpa kabar.
Sebetulnya dia pulang kerumah pun hanya sebentar. Sebisa mungkin dia menghindari pertemuan dengan Ayah. Aaron dan Ayahku seperti Api dan bensin. Selalu ada kobaran api jika mereka bertemu.
Keripik kentang, kacang kulit dan beberapa biskuit coklat berserakan di karpet. Beberapa sengaja aku lempar sebagian lagi tak sengaja aku tumpahkan dari bungkusnya. ada juga gelas kopi yang terjungkal dari tatakannya di meja riasku. Piring bekas sarapan aku tumpuk di pojok dekat pintu.
Kakacauan kamarku tidak hanya dimonopoli oleh makanan tumpah. Beberapa pakaian dalamku juga berexpansi ke segala penjuru ruang. Bahkan aku sudah kehabisan bra karena semuanya sudah menumpuk di keranjang cucian di pojok kamar.
Pemandangan yang buruk untuk sebuah kamar gadis. Tapi tidak di mataku. Semuanya indah semenjak senyum pria dengan volvo baret itu tidak mau pergi dari pikiranku.
Aku membuka lemari baju dan melihat ke rak paling bawah mencari sisa makanan. Yang berhasil aku temukan hanya sebuah botol coke. Tidak ada kripik kentang lagi. Tampak nya malam ini aku harus mengangkat pantatku untuk membeli beberapa stok camilan lagi.
Aku menarik botol coke dan menyenggol tasku yang menggantung di belakang pintu. Isi nya tumpah. Beberapa alat make up. Buku-buku dan handphone. Handphone itu mendarat mulus di karpet dan menjerit-jerit mengeluarkan bebunyian aneh. Itu ringtone panggilan masuk ternyata.
Aku menggeser layar untuk menerima panggilan.
"Ya Sam". Ku kencangkan suaraku.
Di ujung ada suara berdecit tak jelas. Samar-samar orang di ujung telepon berteriak minta aku mematikan musik yang menenggelamkan suaranya.
"Astaga Jessie. Aku sudah mengigil kedinginan nunggu kamu di gerbang depan! Cepat turun!" Dia berteriak.
"Oke chill out." Aku terkekeh sambil memutus sambungan telepon tadi.
Dilihat dari banyaknya panggilan yang tidak terangkat sudah dipastikan Sam memang sudah menciut kedinginan menunggu gerbang di buka.
Aku menuruni tangga. Tidak ada orang. Padahal baru tadi aku mendengar ayahku beradu mulut dengan kakak laki-lakiku.
Sampai di pintu depan kulihat Sam yang menekuk wajahnya di balik gerbang.
"Sorry Sam. Udah lama di sini?" tanyaku basa basi.
"Oh ya, tidak terlalu lama kok. Setengah jam celangak celinguk seperti orang tolol di depan rumah orang bukan masalah besar." Katanya sarkastik. alisnya terangkat dan mendengus kencang. Dia melangkah masuk mendahuluiku.
Sam seniorku di kampus. Di beberapa matakuliah kita satu kelas dan Dari situ kita mulai akrab.
"Argh! Jessie. Ini mengerikan." Sam mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar.
Dengan hati-hati dia melangkah masuk. Memungut sebuah bra di atas selimut. Melemparkannya di pojok kamar dan jatuh di atas piring bekas mie instan yg masih ada kuahnya.
"Hahaha bahkan ini tidak seburuk kamarmu yang penuh jamur dimana-mana." Aku terkikik.
Aku berbaring di sebelah Sam yanh sudah mengambil posisi tengkurap di ranjang. Laptop di depannya sudah menampilkan sederet kode bahasa pemerograman.
"Kemana pembantumu." Kata Sam tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop
"Di pecat." Jawabku santai.
"kenapa?"
"Dia... hmmm... selingkuh." Aku menjawab ragu.
"Wow. Ada gosip hangat nih. Selingkuh dengan siapa?"
Aku berdehem. Aku malas membahasnya tapi Sam menaikan alisnya tanda menunggu.
"Dengan ayahku."
Sam terbatuk. Bukan kali ini dia mendengar ayahku main wanita. Tapi dengan pembantu? Itu sangat menjijikan.
Aku menutup mata berharap Sam tidak melanjutkan pertanyaanya. Dan dia pun sepertinya mengerti itu.
"Jangan tidur. Bersihkan dulu semua kekacauan ini. Bau nya busuk. Pantas enggak ada laki-laku yang mau dekat-dekat dengamu." Dia mendorongku ke tepi ranjang.
"Dasar tidak tau diri. Sudah bagus aku mau tampung kamu disini. Coba kalo aku punya pacar. Kamu mau malam mingguan kemana?" aku mendengus.
"Jangan buru-buru dulu punya pacar. Nanti sakit hati lagi. Aku juga yang repot." Sindirnya. Arah obrolan nya mulai tidak menarik.
"Jangan mulai lagi deh!" Aku mulai kesal.
"Oke manis, sebaiknya kamu cepat beresin semua ini sebelum bra kamu yang di pojok itu jadi hutan jamur." Ujar Sam Melembut.
Baiklah Untuk kali ini aku mengalah. Kekacauan kamar ini harus segera mendapatkan penanganan. Satu persatu piring kotor aku bawa turun ke pantry. Membuang semua bungkus dan sisa makanan di pojok-pojok kamar. Dan terkahir mengangkut semua pakaian kotor ke box laundry.
"Selesai!" seruku setelah kembali ke kamar.
"Anak pintar." Ucap Sam datar. Bahkan dia masih fokus dengan deretan kode program di laptopnya.
"Kamu sendiri kapan mau punya pacar?" Tanyaku sambil memainkan ponselku.
"Aku tidak perlu pacar selama ada kamu." Sam masih sibuk dengan laptopnya.
"Alibi untuk seseorang yang enggak laku-laku." Aku meledek.
"Jika aku berniat, aku bisa dapatkan wanita manapun. Tinggal sebut namanya." Ucap Sam sombong.
Akhirnya Sam bangkit dari laptopnya. Aku tersenyum licik.
"Oya?" tanyaku meremehkan.
"Siapa yang mau menolak seorang Sam? Tampan, Keren. Pintar. Kurang apa lagi coba" dia mulai besar kepala.
Okelah Sam memang berwajah di atas rata-rata. Andai saja rambut panjang yang lepek itu di hilangkan. Mungkin dia bisa lebih menarik lagi.
"Well aku punya satu nama. Kalau kamu bisa ajak dia kencan. Aku kasih hadiah." Kataku sambil menutup laptopnya. Maksudku agar dia lebih fokus padaku.
"Siapa?" Sam masih terdengar santai.
"Hmmm... Rachel?"
Ada jeda sesaat sebelum Sam menjawab tantanganku
"Are you sure?" Mata Sam menyipit tanda tidak percaya.
"Definitely." Jawabku sambil mengangguk.
"Oke Jessie. Aku terima tantangannya dan hadiah nya aku yang tentukan." Katanya datar.
Ada sorot mata yang aneh di mata Sam. Tapi aku tidak terlalu memperdulikannya. Sam, temanku yang ini memang aneh tidak bisa aku tebak. Tidak dapat di prediksi. But he is a good friend..
Marlon Teiexeira as Samuel Howie a.ka Sam
Abang Sam ganteng kn kalo dia rapih kayak gini.. sayangnya doi keseringan berpenampilan amburadul. Hehe..
Jangan lupa vote and comment ya.. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Love (Sudah di terbitkan)
RomansaAku Jessie. Hidup dengan ayah dan kakak yang tidak berguna. Berjuang sendiri untuk kelulusan Kuliahku. Semuanya suram sampai aku bertemu dengan nya. Si Laki-laki tampan yang mobilnya kena baret olehku. Hidupku indah dengannya sampai aku mengetahui r...