Hai, maafkeun karena update semua cerita on going sangat lambat. Dunia nyata sedang sibuk-sibuknya sehingga waktu untuk menulis lumayan berkurang. Juga sedang mengerjakan revisi "Janji Yang Retak" yang akhirnya ketemu jodoh penerbit. Walaupun inti ceritanya tetap sama, versi cetaknya akan lebih enak dibaca setelah direvisi. Masih agak lama sih terbitnya karena masih di tahap awal revisi dengan editornya. Semoga lancar jaya deh ngerjainnya. Selamat membaca dan semoga suka. Oh ya, cek typo, ya. Lop yu all...
Huwaahhh.. Sampe lupa, makasih buat @sarahferdina yang sudah buatin cover yang superkece ini. Lop yu...
**
DARA tidak suka berada di dekat laki-laki itu, tapi tidak tahu bagaimana melepaskan diri. Alih-alih mampir ke rumahnya sendiri, laki-laki itu malah mengatakan akan ikut meninjau lokasi. Dara tidak mungkin melarang. Dia benci mengingat kalau dirinya hanya pion dalam perusahaan. Kacung yang tidak diizinkan menolak semua perintah yang dititahkan.
Pak Raihan yang diharapkan Dara memasang muka masam karena dia terlambat dari waktu yang disepakati malah tampak sumringah melihat siapa yang datang bersamanya. Laki-laki itu kemudian bicara lebih banyak pada Pak Raihan. Dara memilih menyingkir ke mobil setelah membahas gambar yang dibawanya dengan Pak Raihan.
"Kita mampir ke rumahku dulu," kata laki-laki itu setelah menggabungkan diri dengan Dara di dalam mobil.
Dara menghela napas kesal. Ya, seolah dia bisa membantah. Dia memutuskan tidak menjawab. Membawa mobilnya menuju rumah laki-laki itu. Jaraknya hanya beberapa ratus meter. Dia sengaja tidak mematikan mesin mobil ketika sudah sampai di halaman rumah.
"Tidak usah." Dara menggeleng kuat-kuat saat laki-laki itu menawarinya turun dan menunggu di dalam rumah. "Terima kasih. Biar saya di mobil saja."
Satya sudah menduga penolakan itu. Sudah mengantisipasinya. Dia memutar menuju pintu sopir. Langsung membukanya sebelum Dara bereaksi. "Ayolah," ajaknya setengah memaksa. "Jangan membuatku terlihat tidak sopan."
"Saya di mobil saja, Pak." Dara sengaja menggunakan kata saya dan panggilan Bapak untuk menciptakan jarak.
"Apakah aku harus membuka sabuk pengamanmu?" Satya menunduk. Tubuhnya mendekati Dara.
"Tidak perlu!" Dara setengah memekik. Dia tidak suka bersentuhan dengan laki-laki itu. Hanya akan membangkitkan kenangan yang sudah dikuburnya dalam-dalam. "Maksudku, saya bisa melakukannya sendiri, Pak."
Satya menegakkan tubuh. Masih di dekat pintu mobil. Mengawasi Dara yang bergerak perlahan membuka sabuk pengaman, seolah itu siksaan mahaberat. Dia terus menunggu sampai Dara mengekorinya masuk ke dalam rumah.
"Duduk dulu." Satya menyilakan. "Mau minum apa?"
"Tidak usah." Dara membuang pandang. "Saya harus kembali ke kantor. Ambil saja barang yang Bapak butuhkan supaya kita bisa pergi sekarang."
Satya tidak membutuhkan apa-apa karena dia memang hanya mau mengikuti Dara. Tapi mengakuinya akan membuat kemarahan gadis itu meledak. "Tunggu sebentar." Dia lalu beranjak menuju ruang kerjanya. Berniat mengambil satu atau dua map yang bisa digunakan sebagai alasan untuk meyakinkan gadis yang kini sedang menunggu dengan paras tegang di ruang tamu.
Dara terus mengawasi pergelangan tangan dengan gelisah. Dia punya janji dengan sepupu Muti sore ini. Membicarakan konsep desain interior kafe yang akan dibukanya. Muti yang memintanya membantu. Kalau bukan karena Muti, dia pasti sudah menolak. Pekerjaan kantor sudah cukup menyibukkannya. Namun menolak Muti rasanya tidak enak.
Dua kali pertemuan pendahuluan biasanya mereka lakukan setelah jam kerja. Tapi hari ini Dara tidak bisa malam karena sebentar malam adalah perayaan ulang tahun Muti. Muti sudah mengundang beberapa teman mereka di kantor untuk makan bersama. Jadi Dara tadi memutuskan bertemu Irman, sepupu Muti itu, setelah meninjau lokasi. Hanya saja, dia tidak mengira laki-laki itu akan ikut dengannya. Ini menyebalkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/87103098-288-k610566.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia (Yang Kembali)- TERBIT
ChickLitKehadiran pria itu seperti mimpi buruk yang menjelma nyata bagi Dara. Mungkin jauh lebih mengerikan daripada mimpi buruk, karena alam mimpi selalu bisa ditinggalkan saat terjaga, tapi bagaimana menghindari dunia nyata? Dia kembali. Layaknya menggar...