Hai, typo mungkin masih ada. Selamat membaca...
**
SUASANA kantor belum pernah seriuh ini. Para OB sibuk membersihkan dan membereskan ruangan. Dinding kaca bahkan sudah bisa membuat lalat atau nyamuk yang nekat hinggap di situ tergelincir. Lantai juga tidak kalah mengilap. Bu Santi sudah meyakinkan bahwa semuanya bebas debu. Kubikel karyawan yang biasanya berantakan, tampak rapi.
Dara mengawasi kesibukan itu dari ruangannya. Dengan cangkir kopi di tangan. Cangkirnya yang ketiga padahal matahari belum mencapai puncak kepala. Semua kegaduhan ini terjadi karena satu hal. Pengganti Pak Yamin, kepala kantor mereka yang memutuskan pensiun karena penyakit jantung yang dideritanya, akan datang hari ini. Seseorang dari kantor pusat.
Karena penggantinya datang dari kantor pusat, dan bukan promosi dari salah seorang karyawan yang ada di sini, semua berkasak-kusuk. Kecuali Dara, tentu saja. Dia tidak suka terlibat dalam gosip apa pun di kantor. Dia tidak mempermasalahkan siapa pun yang akan menggantikan Pak Yamin. Tidak akan berpengaruh banyak padanya, selama ia tetap mempertahankan kinerjanya. Tidak ada kantor yang akan mem-PHK karyawan yang punya track record bagus. Dan dia punya itu. Klien-klien yang pernah memakai jasanya mengaku puas.
"Dara!" Bu Santi tiba-tiba sudah berada dalam ruangannya. Matanya memindai meja Dara yang masih berantakan. Wanita setengah baya itu hanya menghela napas panjang dan menggeleng. "Bos baru akan menempati satu unit di Tanjung Garden," lanjutnya. "Kamu bertanggung jawab untuk mengisinya. Tanyakan seleranya, jangan mengikuti keinginanmu. Hari ini beliau akan sibuk dengan meeting, jadi kamu bisa mendiskusikannya besok saja. Sambil menunggu rumahnya siap, dia akan menginap di hotel. Jadi jangan mengerjakannya terlalu lama."
"Saya butuh beberapa tukang untuk membantu mengatur barang, Bu." Dara tahu Bu Santi tidak bisa dibantah. Dia orang kedua di perusahaan ini setelah Pak Yamin. Dan sekarang menjadi orang pertama sampai bos besar yang baru menginjakkan kakinya ke kantor beberapa jam ke depan.
"Aku sudah bilang pada Herman untuk menyuruh beberapa tukangnya membantumu. Hubungi dia saja."
"Bosnya laki-laki, Bu?" Dara buru-buru melanjutkan saat melihat Alis Bu Santi bertemu. "Kalau laki-laki, saya mungkin bisa bicara dengan istrinya saja. Biasanya para suami tidak terlalu ambil pusing dengan interior rumah. "
Bu Santi tampak berpikir. "Iya juga, ya. Aku tidak berpikir sampai di situ. Nanti sebentar kita tanyakan." Dia berjalan menuju pintu, tapi berbalik lagi. "Bereskan ruanganmu! Aku tidak mengerti bagaimana bisa pekerjaanmu yang bagus itu dihasilkan dari gudang seperti ini. Tahu begini aku tidak akan memindahkanmu dari kubikel sempit itu. "
Dara meringis. "Baik, Bu." Dia tahu Bu Santi tidak percaya dia akan membereskan mejanya yang berantakan. Dan dia memang tidak merencanakan mengadakan make over besar-besaran di ruangannya hanya karena kedatangan seorang bos baru.
Bos baru itu pasti terlalu sibuk untuk menginspeksi ruangan pegawainya satu per satu. Dia hanya perlu memanggil mereka di ruangannya yang besar dan nyaman jika membutuhkan atau ingin tahu tentang sesuatu.
Dara segera meletakkan cangkir kopinya di atas meja dan menuju meja gambarnya setelah Bu Santi menghilang ditelan pintu. Dia memutuskan melanjutkan gambarnya sebelum bos besar yang baru datang dan dia dipanggil ikut meeting.
"Coba tebak!" Pintu terkuak diikuti teriakan saat Dara sudah tenggelam dalam kesibukannya bermain dengan kertas dan pensil. Tanpa menoleh Dara sudah tahu itu Muti, teman dekatnya dari divisi marketing. "Bos baru itu sudah tua atau masih muda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia (Yang Kembali)- TERBIT
Literatura FemininaKehadiran pria itu seperti mimpi buruk yang menjelma nyata bagi Dara. Mungkin jauh lebih mengerikan daripada mimpi buruk, karena alam mimpi selalu bisa ditinggalkan saat terjaga, tapi bagaimana menghindari dunia nyata? Dia kembali. Layaknya menggar...