Sebelas

29.4K 4.3K 125
                                    

Maafkeun kalo part-nya pendek. Sedang berusaha mengembalikan mood menulis setelah hampir dua minggu berkutat dengan dunia nyata dan revisian naskah. Selamat membaca. Cek typo, ya. eh, pengen tahu sih, vote untuk part ini bisa nyampe 500, nggak ya?

**

Satya tidak suka meninggalkan Dara sendirian di vilanya. Tapi ancaman Erina juga tidak main-main.

"Aku tahu Dara ada di vilamu. Temui aku di restoran dekat vila Irwan, atau aku akan ke situ dan memberitahunya tentang taruhan itu. Aku tahu, Sat. Irwan mengatakannya padaku," ancam Erina lewat telepon.

Ini menyebalkan. Mengapa dia dulu menempatkan Dara dalam bursa taruhan? Akan sangat sulit menutup mulut Erina. Kalau gadis itu tahu, berarti hanya masalah waktu maka berita ini akan menjadi konsumsi publik di sekolah. Tidak ada jalan lain, dia harus menemui Erina dan menegosiasikan imbalannya menutup mulut. Apa pun, asal dia bungkam. Jangan sampai Dara tahu. Satya tidak mau kehilangan dia. Penyesalan benar-benar datang belakangan. Kalau tahu kejadiannya akan seperti ini, dia tidak akan menjadikan Dara taruhan. Kalau tahu dia benar-benar akan jatuh cinta pada gadis itu, dia akan mengubah cara pendekatannya sejak awal. Masalahnya, dia tidak tahu.

Tapi dia akan memperbaikinya sekarang. Dia tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti Dara. Pun Erina. Dia akan menjaga gadis itu. Bodohnya dia iseng menerima ajakan Erina pacaran. Hanya untuk memuaskan ego bisa memacari gadis paling cantik di sekolah.

Satya menunggu dengan gelisah. Hampir dua jam berlalu tapi Erina belum muncul juga. Teleponnya tidak aktif saat dihubungi. Ponsel Dara juga sibuk. Satya merasa tidak enak meninggalkannya sendiri. Mungkin dia seharusnya membiarkan Dara ikut tadi. Mengantarnya di hotel sebelum dia ke restoran ini bertemu Erina.

Restoran itu di pinggir jalan raya. Satya sempat melihat beberapa mobil pemadam kebakaran lewat. Sirenenya meraung-raung. Rupanya ada kebakaran di sekitar situ. Tapi Satya tidak terlalu peduli. Tidak mungkin terjadi di vilanya. Dara tadi tidak jadi memasak. Dia melarangnya karena akan membeli makanan di luar.

Dua jam berlalu. Kesabaran Satya habis. Persetan dengan Erina. Dia akan bicara dengan Dara. Meminta maaf karena sudah bersikap seperti bajingan. Dia akan membujuk gadis itu supaya mau menerimanya sebagai kekasih. Dia akan menerima kemarahan atau syarat apa pun yang akan Dara ajukan. Apa pun.

Berbekal keyakinan itu Satya memacu motornya kembali ke vila. Perasaan tidak enak merayapi seluruh pori-porinya ketika mulai mendekati vila. Ada asap tebal yang berasal dari sana. Ada banyak orang di sana. Dan beberapa mobil pemadam kebakaran yang tadi dilihatnya juga ada di sana.

Dia bergegas turun. Membiarkan motornya tergeletak begitu saja saat dilepas. Dia menguak kerumunan untuk sampai di baris paling depan. Dia terenyak. Vila yang ditinggalkannya dalam keadaan utuh kini hanya berupa puing. Tungkainya terasa lunglai. Dara...di mana Dara-nya?

"Kasihan gadis itu," kata seseorang di dekatnya.

"Tapi siapa yang hangus di dalam sana?" tanya yang lain.

"Hangus?" Satya tercekat. "Ada yang hangus?"

"Gadis itu selamat," jawab orang itu tanpa melihat Satya. "Sekarang ada dalam ambulans. Sepertinya belum sadar. Tapi yang satu hangus dan benar-benar tidak bisa dikenali."

Satya benar-benar gemetar sekarang. Dia berlari ke arah ambulans. "Itu vilaku," katanya ketika salah seorang petugas menahannya. "Aku harus melihatnya." Dia menunjuk ambulans.

Dia (Yang Kembali)- TERBIT               Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang