Sequel 2: Papa Jeon

7.1K 671 17
                                    

Hembusan angin pagi bersemilir di antara suhu gerah minggu pagi yang cerah. Dua putra ku Junhee dan Junghee sudah sibuk dengan tingkah lucu mereka. Beberapa mainan mungkin jadi objek dua bocah berumur empat tahun tersebut. Pagi ini mungkin seperti pagi-pagi yang biasanya. Aku sebagai ibu rumah tangga yang harus merawat dua putra kami dan menunggu sang suami pulang bertugas.

Sejak awal kata "menunggu" itu menjadi salah satu matra terbaikku. Keadaan yang tak mengharuskan Jungkook selalu berada di sampingku setiap saat membuatku selalu tegar. Hanya satu konsep yang selama ini ku junjung tinggi.

"Asalkan suami dan anak-anakku hidup dengan baik. Sehat dan tanpa kekurangan suatu apapun, aku akan selalu menjadi ibu dan istri yang paling tegar. Aku mencintai kalian keluargaku."

Lengan kekar seseorang tiba-tiba saja menyapa pinggangku dan merengkuh tubuhku erat dari belakang. Ada perasaan bergemuruh bergentayangan di benakku.

Wanginya...

membuat perasaan ku hangat

"Selamat pagi istriku," suara si pemeluk akhirnya keluar.

Tanpa dinyana Jungkook mendaratkan beberapa ciuman-ciuman geli di sekitar area leher dan pundak membuatku melenguh karena sentuhannya. Aku membenci godaanya tapi juga membutuhkan sentuhan ini. Mengingat bahwa sanga jarang sekali kami bermesraan jika tugas Jungkook menguasai waktunya.

Geli dan mengelitik hingga aku mengeliat.

"Suka sentuhanku?" Jungkook bertanya.

Tak menjawab, aku hanya tergelak karena suara sensual yang ia lontakan. Tidak berhenti sampai situ saja, Jungkook bahkan tak segan-segan menyusupkan tangannya ke dalam bajuku dan memberikan sentuhan-sentuhan yang sedikit mengarahkanku pada firasat-apakah Jungkook membutuhkan aku untuk melepaskan hasratnya?

Tak pelak, aku bertanya secara langsung.

"Mau melakukannya?" Tanyaku. Kali ini Jungkook yang tergelak, alis matanya bergerak naik turun menggodaku. Senyumnya mengembang sempurna di hadapanku. Mata Jungkook pun ikut berkedip manja.

Ahhh...

"Kau selalu tahu apa yang suamimu butuhkan sayang."

Kerlingan nakal Jungkook membuatku merinding. Mungkin setelah kesakitan yang pernah aku dan Jungkook jalani, kami-aku dan Jungkook-tahu bagaimana cara merealisasikan hati dan pikiran secara jelas. Tak ada lagi pemaksaan dan tak ada lagi penjagaan berlebihan yang Jungkook tunjukkan padaku dan kepada anak-anaknya.

"Tapi ini sekarang sudah pagi, Oppa. Jatah untuk mu nanti malam saja ya. Junhee dan Junghee lebih membutuhkanmu saat ini." Aku mengelak.

Spasi antara alis Jungkook tampak bergelombang, dahinya bekerut seperti nada ketidak setujuan atas apa yang aku katakan.

Tak peduli teriakan ku Jungkook menaikanku di atas meja wastafel lalu memberiku ciuman memabukkan miliknya hingga aku mendesah keras.

"Mama!!" Suara Junhee dan Junghee terdengar begitu keras tapi tak bisa menghentikan apa yang Jungkook lakukan padaku. Begisnya perbuatan pria ini, batinku marah.

"Ma! Huaaa...Hikss..."

Mendengar tangisan kedua putraku secara otomanis kakiku menendang organ vital Jungkook hingga ia mengaduh. Aku mendorong Jungkook dan segara turun dari meja wastafel.

Gemas, aku bahkan mencubit kedua kedua pipi suamiku.

"Papa egois, tidak ada jatah untuk nanti malam." Gertakku. Aku melengos, membiarkan Jungkook berlutut karena rasa sakit di bagian organ vitalnya.

"Jeon Eunhye...tunggu pembalasanku. Akan ku buat kau lemas di ranjang."

End.

Protective Husband ❌ Jungkook Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang