SAPPHIRE'S 5

1.2K 108 15
                                    

9 Agustus 2006 @11 p.m.

Sudah hampir dua jam lebih Presiden Kim masih betah berada dalam kamar tersebut. Berkali-kali Leeteuk mengedarkan pandangannya gelisah kearah kamarnya berkali-kali. Entah kenapa, sejak kehadiran Presiden Kim ke dorm mereka perasaannya berubah tak tenang. Sudah bisa dipastikan, jika Presiden Kim mendatangi dorm pasti telah terjadi hal-hal buruk yang tak sejalan dengannya.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka menampilkan sosok Kim Youngmin dengan wajah merah padamnya. Semua member membungkukkan badan menyambut petinggi SM tersebut.

Setelah dirasa Presiden Kim sudah berlalu dari sana. Leeteuk segera menghampiri Donghae dan menutup pintu rapat.

"Lee Donghae ..." lirihnya saat melihat Donghae hanya berdiri mematung dengan menundukkan wajahnya.

Perlahan Leeteuk mendekatinya, dan merengkuh namja itu kedalam pelukannya, mencoba memberi ketenangan, mencoba mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja. Donghae yang tadinya hanya diam tak bergeming, kini bahu kurus itu sudah bergetar, menyalurkan setiap kepedihan hatinya melalui pelukan erat pada sang hyung tertua.

"Hyuung, mianhae, karena aku, Super Junior menjadi buruk," isak tangis Donghae semakin menjadi kala ia mengucapkan hal yang membuatnya begitu sakit. Meski Leeteuk tak tau benar maksud kedatangan Presiden Kim kesana, tapi ia sadar jika Donghae sudah berbuat kesalahan. Tapi apa? Sebisa mungkin Leeteuk memendam berbagai pertanyaan itu dalam benaknya saja. Tak berniat menanyakan pada Donghae saat ini.

"Bukan. Ini bukan salahmu, hae, kenapa kau menangis? Kau tau sendiri kan bagaimana perangai namja itu, eoh?" Hibur Leeteuk. Ia terus mengusap punggung yang masih bergetar itu. Samar, Donghae mengangguk dalam pelukannya.

"Uljima ..." lirih Leeteuk lagi, masih berusaha menghentikan tangisan Donghae. Berbagai kalimat-kalimat penghibur juga ia lontarkan, namun tak berhasil meredam tangisan itu. Leeteuk mulai memutar otak untuk membuat Donghae tak bersedih lagi.

"Eoh ... hae, hyung punya sesuatu untukmu," bujuknya, dengan mengendurkan pelukannya. Donghae menurut, ia tatap Leeteuk hyungnya dengan tatapan sendu andalannya. Kedua matanya telah basah oleh air mata, wajahnya juga terlihat kuyu.

Leeteuk miris melihatnya, tapi ia tak ingin menunjukkan tatapan belas kasihan itu pada sang adik, ia memilih untuk bersikap layaknya tidak-apa-apa, "aigoo, bagaimana bisa Presiden Kim memarahi namja manis sepertimu, hae?" goda Leeteuk sembari mengusap pipi anak itu lembut. Dengan isakan kecilnya, Donghae mulai menyunggingkan seulas senyuman, hatinya sedikit menghangat mendengar godaan itu.

Satu perubahan tercipta. Leeteuk-pun turut tersenyum menanggapi senyuman itu. Ia semakin yakin, jika surprisenya kali ini bisa membuat namja itu benar-benar tertawa.

"Hyung akan mengajakmu berlibur besok ..."

Donghae tak bergeming, tak juga terlihat berbinar mendengar kata 'berlibur'. Ia hanya menatap Leeteuk dengan pandangan tak-mengerti-nya.

"Waeyo? Kau tak suka, huh?" Tanya Leeteuk, ia memasang wajah sesedih mungkin. Ia juga memegang kedua bahu Donghae untuk lebih meyakinkan jika ia benar-benar kecewa dengan Donghae. Melihat raut kecewa sang hyung, Donghae lantas menggeleng, "ani" jawabnya.

"Tapi kenapa ekspresimu seperti itu, eoh?" Rajuk Leeteuk dengan menunjuk ekspresi datar Donghae.

"Aku menyukai liburan, hyung," terang Donghae. Ia tak lagi memasang wajah datar, tapi berganti dengan gurat kesedihan. Leeteuk yang paham suasana, segera mengajak Donghae untuk duduk di atas rajangnya.

"Hyung akan mengajakmu berlibur besok, lagipula, besok kita tak ada jadwal. Dan hyung pastikan, tak ada seorangpun yang tau. Jadi, sekarang kita tidur dulu, agar keesokan paginya tak mengantuk saat melakukan perjalanan," ucap Leeteuk sembari membaringkan namja itu. Ia juga sudah mengambil posisi disamping kanannya, memeluknya erat.

SAPPHIRE'SWhere stories live. Discover now