SAPPHIRE'S 19

876 70 23
                                    

" ... aku tak peduli kau akan menyetujuinya atau tidak. Yang jelas, foto-foto ini akan kuhargai dengan sangat mahal."

"Noona, apa yang kau katakan?"

Donghae kembali melangkah perlahan, berusaha menjangkau Perawat Oh meski kepalanya berdenyut sakit dan pandangannya kabur. Ruam akibat alergi yang ditimbulkan oleh proses transfusi darah sama sekali bukan menjadi fokusnya. Ia bahkan tak mengetahui jika kulitnya mengalami reaksi demikian.

"Noona, kumohon, tolong hapus foto-foto itu," pinta Donghae sekali lagi, berusaha meminta belas kasihan perawat Oh. Sementara perawat muda itu tak peduli, ia terus saja tertawa mengejek melihat Donghae memohon padanya sembari berjalan tertatih dengan bertumpu pada tiang transfusi darah. Perawat tersebut bahkan tak mempedulikan kondisi Donghae yang payah. Padahal ia mengetahui jika reaksi yang ditimbulkan pada kulit pasiennya tersebut adalah karena laju darah yang terlalu cepat. Seharusnya ia memperlambat laju darah itu sekali lagi, tapi sayangnya ia tak melakukannya.

"Noona ..."

Donghae mulai putus asa. Malangnya, ia tak bisa melakukan apapun untuk Super Junior, untuk menyelamatkan grup yang menurutnya sebentar lagi akan hancur karena dirinya. Tapi ia tak ingin berhenti sampai disini, ia harus tetap berusaha untuk mendapatkan ponsel itu bagaimanapun caranya.

Donghae kembali melangkah setelah mengumpulkan tenaganya yang sedikit tersisa. Pandangannya mulai kabur saat ia tak bisa lagi membendung air mata yang semakin berdesakan turun, membuat perawat Oh semakin tertawa menang. Wanita itu bahkan mulai menggoda Donghae dengan memainkan ponsel itu didepannya, menunjuk-nunjukkan hasil jepretannya pada Donghae seraya tertawa puas.

"Ada apa ini?"

***

Leeteuk menatap Manager Kibum yang baru saja menjenguknya dengan perasaan gelisah. Ia ingin menanyakan kondisi Donghae, tapi ia masih terlihat begitu enggan untuk mengatakannya. Hingga beberapa menit berlalu, ia hanya membiarkan keheningan menyergap mereka. Membiarkan Kibum berkutat dengan pekerjaannya, sementara dirinya berusaha untuk menyusun kalimat yang tepat agar tak terlalu menunjukkan kekhawatirannya pada Donghae. Terlebih Shindong dan Eunhyuk juga tengah berada disana, menungguinya.

"Beruntung sekali kita masih memiliki jadwal saat krisis seperti ini," ucap Kibum sembari menatap Leeteuk, Shindong dan Eunhyuk bergantian.

Eunhyuk yang tengah menikmati kopinya turut menatap jadwal pada layar laptop, lalu menimpali, "apa aku tidak memiliki jadwal untuk minggu ini, hyung?" Tanyanya kemudian. Kibum kembali mengamati jadwal cukup padat member Super Junior, mencari nama Eunhyuk disana.

"Euhm, seharusnya kau memiliki jadwal bersama Donghae, tapi kurasa Donghae masih harus beristirahat satu minggu ini. Jadi hanya kau yang harus pergi."

"Uh? Donghae?"

Balas Eunhyuk, meyakinkan. Mendengar nama itu, sepertinya ia mulai menyadari jika selama beberapa hari ini ia memang tidak melihatnya sama sekali. Bahkan ia tidak mengetahui bagaimana kondisi salah satu teman dekatnya semasa trainee itu.

"Donghae belum sembuh, hyung?" Tanyanya sekali lagi, masih dengan raut tak percaya.

Kibum mengangguk, lantas membuang nafas lelah, "Donghae menderita thalasemia, beruntung masih belum pada tahap kronis. Tapi dia harus tetap mendapatkan transfusi darah karena anemia akut."

Baik Eunhyuk maupun Leeteuk terlihat begitu terguncang mendengar kabar tersebut. Separah itukah keadaan Donghae?

Beberapa kali Leeteuk menggeleng, mencoba menampik kenyataan itu dan menganggapnya sebagai lelucon. Tapi sayangnya, semakin ia menyangkal, semakin besar pula rasa bersalah yang menyergapnya. Hingga tanpa pikir panjang, ia segera meraih ponsel yang diletakkanya di atas nakas. Mengirimkan sebuah pesan singkat, untuk Donghae.

SAPPHIRE'SWhere stories live. Discover now